33.4 C
Jakarta
20 November 2024, 15:06 PM WIB

Jaga Empat Pilar Kebangsaan Wujudkan Masyarakat Adil Makmur

DENPASAR – Krisis kebangsaan akhir-akhir ini mengundang banyak pihak untuk membuka kembali diskursus tentang tatanan berbangsa dan bernegara.

Menyikapi hal tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Denpasar, kembali  menyelenggarakan Dialog Kebangsaan dengan tema,

“Bersatu Dalam Kebinekaan Mewujudkan Cita-cita Proklamasi” di Aula Gedung PWNU Bali, jalan Pura Demak Denpasar, Kamis (29/8).

Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Denpasar, H. Pujianto, dalam sambutannya, mengatakan keberagaman sudah menjadi keniscayaan di negeri ini.

Bahkan telah menjadi salah satu poin dari empat pilar kebangsaan. Yakni, Bhineka Tunggal Ika.

Menurutnya, Indonesia dalam masa Pemilu lalu sempat terjadi gesekan dan terbelah dalam dua kubu. Itulah menurutnya, pentingnya merajut kembali persatuan.

“Betapa mulianya cita-cita Proklamasi, sehingga kita harusnya merawat kerukunan dalam kebersamaan sepanjang masa,” tandas Pujianto.   

Dialog kebengsaan yang di pandu M. Ruslan, itu menghadirkan tiga narasumber. Yaitu,  Kabag TU Kemenag Provinsi Bali, H. Abu Siri,

Danramil Denpasar Barat, Mayor Inf Ircham Effendy  dan  Rais Syuriyah PCNU Kota Denpasar, KH Mustafa Al Amin. Sejatinya,

Menariknya, H. Abu Siri dalam presentasinya mengemukakan bahawa, Indonesia bertahan dan kuat karena PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945).

“Empat konsensus kebangsaan tidak boleh lepas. Indonesia akan tetap ada karena PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Ketika empat konsesus itu tidak dipakai akan tercabik cabik,” ungkapnya, disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, KH Mustafa Al Amin menyatakan bahwa  ada tawaran ideologi lain selain Pancasila sebelum Proklamasi. Namun bangsa Indonesia sedikitpun tidak tertarik.

Kenapa? “Karena Pancasila adalah kesepakatan bersama menjadi falsafah dalam kehidupan berbangsa., sehingga harus tetap kita pegang kuat,” ungkap KH. Mustafa.

Danramil Denbar, Mayor Inf Ircham Effendy, menyatakan  negara sebesar nusantara harus berdaulat dan  bersatu untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

Menurutnya, tanpa persatuan mustahil bangsa Indonesia mampu mewujudkan cita-cita Proklamasi.

“TNI khusus kesatuan kewilayahan punya tanggung jawab untuk menjamin keamanan seperti saya bertanggung jawab melindungi warga Denpasar Barat. 

Tidak akan pernah mampu untuk meruntuhkan NKRI. Kenapa? Kebersamaan TNI dan rakyat didukung komponen yang lain,” pungkasnya.

Sesi dialog dialog bahkan berlangsung dinamis. Salah seorang peserta menanyakan urgensi isu NKRI Bersyariah.

“Empat pilar kebangsaan sudah final, jadi semestinya tak ada lagi konsep-konsep lain dalam berbangsa dan bernegara,” tanggap Mustafa Al Amin. 

DENPASAR – Krisis kebangsaan akhir-akhir ini mengundang banyak pihak untuk membuka kembali diskursus tentang tatanan berbangsa dan bernegara.

Menyikapi hal tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Denpasar, kembali  menyelenggarakan Dialog Kebangsaan dengan tema,

“Bersatu Dalam Kebinekaan Mewujudkan Cita-cita Proklamasi” di Aula Gedung PWNU Bali, jalan Pura Demak Denpasar, Kamis (29/8).

Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Denpasar, H. Pujianto, dalam sambutannya, mengatakan keberagaman sudah menjadi keniscayaan di negeri ini.

Bahkan telah menjadi salah satu poin dari empat pilar kebangsaan. Yakni, Bhineka Tunggal Ika.

Menurutnya, Indonesia dalam masa Pemilu lalu sempat terjadi gesekan dan terbelah dalam dua kubu. Itulah menurutnya, pentingnya merajut kembali persatuan.

“Betapa mulianya cita-cita Proklamasi, sehingga kita harusnya merawat kerukunan dalam kebersamaan sepanjang masa,” tandas Pujianto.   

Dialog kebengsaan yang di pandu M. Ruslan, itu menghadirkan tiga narasumber. Yaitu,  Kabag TU Kemenag Provinsi Bali, H. Abu Siri,

Danramil Denpasar Barat, Mayor Inf Ircham Effendy  dan  Rais Syuriyah PCNU Kota Denpasar, KH Mustafa Al Amin. Sejatinya,

Menariknya, H. Abu Siri dalam presentasinya mengemukakan bahawa, Indonesia bertahan dan kuat karena PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945).

“Empat konsensus kebangsaan tidak boleh lepas. Indonesia akan tetap ada karena PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Ketika empat konsesus itu tidak dipakai akan tercabik cabik,” ungkapnya, disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, KH Mustafa Al Amin menyatakan bahwa  ada tawaran ideologi lain selain Pancasila sebelum Proklamasi. Namun bangsa Indonesia sedikitpun tidak tertarik.

Kenapa? “Karena Pancasila adalah kesepakatan bersama menjadi falsafah dalam kehidupan berbangsa., sehingga harus tetap kita pegang kuat,” ungkap KH. Mustafa.

Danramil Denbar, Mayor Inf Ircham Effendy, menyatakan  negara sebesar nusantara harus berdaulat dan  bersatu untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

Menurutnya, tanpa persatuan mustahil bangsa Indonesia mampu mewujudkan cita-cita Proklamasi.

“TNI khusus kesatuan kewilayahan punya tanggung jawab untuk menjamin keamanan seperti saya bertanggung jawab melindungi warga Denpasar Barat. 

Tidak akan pernah mampu untuk meruntuhkan NKRI. Kenapa? Kebersamaan TNI dan rakyat didukung komponen yang lain,” pungkasnya.

Sesi dialog dialog bahkan berlangsung dinamis. Salah seorang peserta menanyakan urgensi isu NKRI Bersyariah.

“Empat pilar kebangsaan sudah final, jadi semestinya tak ada lagi konsep-konsep lain dalam berbangsa dan bernegara,” tanggap Mustafa Al Amin. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/