DENPASAR – Program vaksinasi Covid-19 di Kota Denpasar mendapat warning dari Pemprov Bali.
Pasalnya, Ibu Kota Bali ini paling awal mendapatkan vaksin, namun belum mencapai target tenaga kesehatan (nakes) yang divaksin Covid-19.
Untuk mengatasi kemoloran vaksinasi, mulai kemarin digelar vaksinasi massal di Kota Denpasar.
Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra menjelaskan, vaksinasi ini dilakukan secara massal khusus di Denpasar saja. Katanya ini salah satu cara melakukan percepatan proses vaksinasi bagi tenaga kesehatan.
Karena di Denpasar tenaga kesehatannya paling banyak di Bali. Bahkan, Dewa Indra menekankan pencapaian Denpasar rendah nomor dua terbawah.
“Progress Denpasar per kemarin 57 persen, itu nomor dua terbawah di Bali. Terbawah capaiannya Kabupaten Bangli 38 persen, setelah itu Denpasar,” jelasnya.
Dewa Indra membandingkan dengan kabupaten lainnya capaian vaksinasi rata-rata sudah di atas 60 persen.
Disebutkan Denpasar belum optimal, padahal paling pertama kebagian vaksinasi bersama dua kabupaten lainnya. Yaitu Kabupaten Badung dan Gianyar.
“Badung dan Gianyar sudah di atas 60 persen. Denpasar masih belum, padahal ini pertama. Justru kabupaten lain yang belakangan dapat vaksin capaiannya lebih tinggi,” sambung Dewa Indra.
Menanggapi hal tersebut maka pihaknya mencari cara untuk mempercepat proses vaksin. Sedangkan jika proses vaksin secara regular di tempat tenaga kesehatan tersebut diandalkan akan tidak mencapai target.
Menurutnya, pertengahan Februari tahun 2021 ini vaksinasi tahap satu harus sudah selesai. “Kalau regular saja tidak akan tercapai,
sesuai perintah Menteri Kesehatan, maka kami melakukan terobosan dengan vaksinasi masal hari ini dan besok,” ucap Dewa Indra.
Tiga lokasi vaksinasi masal dilakukan pada masing-masing wilayah, dijelaskan tenaga kesehatan yang ada di wilayah Denpasar Timur melakukan vaksin di wantilan kantor DPRD Bali.
Wilayah Denpasar Selatan di Kampus Poltekes, Sesetan Denpasar. Sedangkan yang ada di wilayah Denpasar Utara dan Denpasar Barat di halaman Gedung Sewaka Dharma Lumintang, Denpasar.
“Kita juga lakukan regular tempat para nakes itu tetap berjalan, ketika secara masal ini belum sesuai harapan kami akan berkoordinasi kembali dengan Wali Kota Denpasar
supaya mendatangkan tenaga kesehatannya. Jika dilihat tenaga kesehatan tidak ada alasan lambat, karena divaksin nakes lebih mudah
jika dibandingkan dengan masyarakat. Kita cari tahu masalahnya, kepemimpinan kah atau gimana, khususnya di Denpasar,” tegasnya.
Pihaknya menargetkan selama dua hari ini tuntas, sebab dari 13.000 nakes hanya baru 7.500 yang telah divaksinasi.
“Se-Bali diangka 56,14 persen. Khusus di Denpasar 57,75 persen di bawah capaian Provinsi Bali,” tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya menjelaskan permasalahan nakes saat proses vaksinasi karena banyak yang ditemukan hipertensi saat pemeriksaan sehingga batal divaksin.
“Saat dicek baru tahu hipertensi, apakah karena tegang atau memang tidak tahu. Itu salah satu penyebabnya banyak yang tidak bisa divaksin,” paparnya.
Diungkapkan juga solusinya ketika ada hipertensi sebaiknya berobat terlebih dahulu selama dua hingga tiga hari akan normal, setelah itu bisa divaksin.
“Kalau ada hipertensi berobat saja, dua sampai tiga hari setelah itu bisa divaksin. Ada beberapa hipertensi, dia minum obat, divaksin normal dan baik-baik saja,” terang dr. Suarjaya