31.1 C
Jakarta
9 Mei 2025, 11:14 AM WIB

Soal Reklamasi Teluk Benoa, Koster: Saya Janji Jalankan Konsisten

DENPASAR – Gubernur Bali I Wayan Koster menyoroti lemahnya pembangunan kebudayaan Bali akibat politik legislasi dan politik anggaran yang tidak memadai.

Arah kebijakan pemajuan kebudayaan yang mencakup perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan, menurutnya, kurang kuat.

Menurutnya, eksistensi kebudayaan Bali, baik dalam aspek adat, agama, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal terus mengalami kemunduran baik dari segi jumlah dan kualitas.

“Kita kurang serius membangun budaya di Bali. Tercermin dari legislasi dan politik anggarannya. Bisa dicek di APBD masing-masing, baik provinsi maupun kabupaten/kota,” tandasnya sembari

menyebut eksistensi kebudayaan Bali dari segi jumlah dan kualitas cenderung menurun, baik termasuk kelembagaan, sarana prasarana, sumber daya manusia, sistem nilai, dan pranata budaya.

Melalui pola pembangunan semesta berencana, Koster berharap tantangan-tantangan tersebut bisa dijawab tuntas.

“Manusia adalah alam itu sendiri. Manusia harus seirama dengan alam. Hidup harus menghormati alam. Alam ibarat orang tua,” tandasnya mengutip Lontar Batur Kalawasan.

Terpeliharanya kesimbangan alam, manusia, dan kebudayaan tegas Koster merupakan hal yang akan diwujudkan 5 tahun ke depan.

Dengan hal tersebut posisi Bali sebagai padma bhuwana alias pusat peradaban dunia akan kembali bisa diwujudkan.

Dia menegaskan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali inilah yang menyebabkan rencana reklamasi Teluk Benoa tidak dapat dilaksanakan.

“Saya akan segera menuangkan dalam surat keputusan gubernur bahwa reklamasi itu tidak dapat dilaksanakan.

Tidak ada kaitannya dengan menolak atau menerima, tetapi secara filosofis memang tidak bisa dilaksanakan. Saya mohon maaf. Akan saya jalankan secara konsisten,” tegasnya.

DENPASAR – Gubernur Bali I Wayan Koster menyoroti lemahnya pembangunan kebudayaan Bali akibat politik legislasi dan politik anggaran yang tidak memadai.

Arah kebijakan pemajuan kebudayaan yang mencakup perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan, menurutnya, kurang kuat.

Menurutnya, eksistensi kebudayaan Bali, baik dalam aspek adat, agama, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal terus mengalami kemunduran baik dari segi jumlah dan kualitas.

“Kita kurang serius membangun budaya di Bali. Tercermin dari legislasi dan politik anggarannya. Bisa dicek di APBD masing-masing, baik provinsi maupun kabupaten/kota,” tandasnya sembari

menyebut eksistensi kebudayaan Bali dari segi jumlah dan kualitas cenderung menurun, baik termasuk kelembagaan, sarana prasarana, sumber daya manusia, sistem nilai, dan pranata budaya.

Melalui pola pembangunan semesta berencana, Koster berharap tantangan-tantangan tersebut bisa dijawab tuntas.

“Manusia adalah alam itu sendiri. Manusia harus seirama dengan alam. Hidup harus menghormati alam. Alam ibarat orang tua,” tandasnya mengutip Lontar Batur Kalawasan.

Terpeliharanya kesimbangan alam, manusia, dan kebudayaan tegas Koster merupakan hal yang akan diwujudkan 5 tahun ke depan.

Dengan hal tersebut posisi Bali sebagai padma bhuwana alias pusat peradaban dunia akan kembali bisa diwujudkan.

Dia menegaskan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali inilah yang menyebabkan rencana reklamasi Teluk Benoa tidak dapat dilaksanakan.

“Saya akan segera menuangkan dalam surat keputusan gubernur bahwa reklamasi itu tidak dapat dilaksanakan.

Tidak ada kaitannya dengan menolak atau menerima, tetapi secara filosofis memang tidak bisa dilaksanakan. Saya mohon maaf. Akan saya jalankan secara konsisten,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/