28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:39 AM WIB

Seniman Gus Teja Ikut Meriahkan Tradisi Ritual Perang Api di Duda

AMLAPURA—Tradisi ritual Siat Api atau perang api kembali digelar di Desa Pakraman Duda.

 Kali ini ritual perang api digelar bertepatan dengan Ritual Penabuhan.

Sebelum dilakukan ritual siat api, di masing masing rumah warga juga dilakukan pecaruan atau dengan membakar Keblug Keblugan tang terbuat dari bamboo.

Kemudian menjelang Sandi Kala sekitar pukul 18.00 wita persiapan dilakukan untuk siat Api.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ritual Siat Api dilakukan tepat di atas Tukad Sangsang tepatnya di atas Jembatan perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda.

Siat api kali ini dilakukan para pecalang dan juga para pemuda Desa Pakraman Duda.

Menurut Bendesa adat Duda, Jro Komang Sujana tradisi ini sempat dilakukan sejak zaman dulu. Namun sejak tahun 1965 seteleh Gunung Agung meletus tradisi tersebut sempat berhenti. “Sejak tiga tahun lalu tradisi ini kembali di bangkitkan,”kata Sujana.

Selain itu, kata Jro Komang Sujana, ritual ini sebagai bentuk Nyomia Bhuta Kala. Yakni untuk membersihkan alam atau bhuana Agung. Tradisi ini dilakukan jelang Ngusaba Dodol dan juga akan dilakukan Karya Taur Gentuh di Pura Puseh Desa Duda.

“Sempat di hentikan, namun kali ini kita bangkitkan kembali,” ujarnya.

Bahkan yang istimewa saat tradisi Siat, Senin (4/2) yakni dengan keterlibatan Seniman Seruling, Gus Teja. Gus Teja sendiri ikut ambil bagian dalam siat api tersebut.

Gus Teja dengan menggunakan kain tanpa baju dan tubuh dihias dengan garus hitam dari arang nampak ikut membawa Perakpak yang sudah diisi api.

Perakpak  sendiri terbuat dari daun kelapa tua diikat kemudian dibakar seperti obor.

Bahkan dalam perang api tersebut bagian punggung Gus Teja mengalami sedikit luka bakar. “Ya ini baru pertama kali saya ikut, senang dan seru sekali,” ujarnya.

Gus Teja sendiri sengaja datang untuk melihat dan merasakan langsung tradisi tersebut.

Sementara itu sebelum siat api, dilakukan persiapan terlebih dulu di Pura Puseh Desa Pakraman Duda. Dari sana kemudian bergesar menuju Jembatan Tukad Sangsang.

Tim dibagi dua kubu. Para peserta sendiri menggunakan kain dengan saput poleng tanpa menggunakan baju. Sementara untuk memedakan satu tim menggunakan destas merah dan yang lainya menggunakan destar atau Udeng putih.

Sebelum serangan dimulai dibunyikan tetabuhan Bale Ganjur sebagai penyemangat. Apa aba serangan dilakukan Bendesa adat Duda. Kedua kubu kemudian saling serang dan pukul dengan menggunakan perakpak yang berisi api. Percikan bunga api menyembur begitu tubuh tubuh mereka dipukul dengan perakpak.namun seakan akan tidak ada rasa sakit. Mereka pun terus berteriak dan bergembiri sangling serang.

Usai siat api semua peserta kembali ke Pura Puseh Duda untuk makan bersama. 

AMLAPURA—Tradisi ritual Siat Api atau perang api kembali digelar di Desa Pakraman Duda.

 Kali ini ritual perang api digelar bertepatan dengan Ritual Penabuhan.

Sebelum dilakukan ritual siat api, di masing masing rumah warga juga dilakukan pecaruan atau dengan membakar Keblug Keblugan tang terbuat dari bamboo.

Kemudian menjelang Sandi Kala sekitar pukul 18.00 wita persiapan dilakukan untuk siat Api.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ritual Siat Api dilakukan tepat di atas Tukad Sangsang tepatnya di atas Jembatan perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda.

Siat api kali ini dilakukan para pecalang dan juga para pemuda Desa Pakraman Duda.

Menurut Bendesa adat Duda, Jro Komang Sujana tradisi ini sempat dilakukan sejak zaman dulu. Namun sejak tahun 1965 seteleh Gunung Agung meletus tradisi tersebut sempat berhenti. “Sejak tiga tahun lalu tradisi ini kembali di bangkitkan,”kata Sujana.

Selain itu, kata Jro Komang Sujana, ritual ini sebagai bentuk Nyomia Bhuta Kala. Yakni untuk membersihkan alam atau bhuana Agung. Tradisi ini dilakukan jelang Ngusaba Dodol dan juga akan dilakukan Karya Taur Gentuh di Pura Puseh Desa Duda.

“Sempat di hentikan, namun kali ini kita bangkitkan kembali,” ujarnya.

Bahkan yang istimewa saat tradisi Siat, Senin (4/2) yakni dengan keterlibatan Seniman Seruling, Gus Teja. Gus Teja sendiri ikut ambil bagian dalam siat api tersebut.

Gus Teja dengan menggunakan kain tanpa baju dan tubuh dihias dengan garus hitam dari arang nampak ikut membawa Perakpak yang sudah diisi api.

Perakpak  sendiri terbuat dari daun kelapa tua diikat kemudian dibakar seperti obor.

Bahkan dalam perang api tersebut bagian punggung Gus Teja mengalami sedikit luka bakar. “Ya ini baru pertama kali saya ikut, senang dan seru sekali,” ujarnya.

Gus Teja sendiri sengaja datang untuk melihat dan merasakan langsung tradisi tersebut.

Sementara itu sebelum siat api, dilakukan persiapan terlebih dulu di Pura Puseh Desa Pakraman Duda. Dari sana kemudian bergesar menuju Jembatan Tukad Sangsang.

Tim dibagi dua kubu. Para peserta sendiri menggunakan kain dengan saput poleng tanpa menggunakan baju. Sementara untuk memedakan satu tim menggunakan destas merah dan yang lainya menggunakan destar atau Udeng putih.

Sebelum serangan dimulai dibunyikan tetabuhan Bale Ganjur sebagai penyemangat. Apa aba serangan dilakukan Bendesa adat Duda. Kedua kubu kemudian saling serang dan pukul dengan menggunakan perakpak yang berisi api. Percikan bunga api menyembur begitu tubuh tubuh mereka dipukul dengan perakpak.namun seakan akan tidak ada rasa sakit. Mereka pun terus berteriak dan bergembiri sangling serang.

Usai siat api semua peserta kembali ke Pura Puseh Duda untuk makan bersama. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/