29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:01 AM WIB

Inspiratif, Terdampak Covid-19, Produksi Pupuk untuk Bertahan Hidup

SEMARAPURA – Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi sektor pariwisata hingga mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Untuk bisa bertahan hidup, mereka yang terdampak harus pintar-pintar mencari peluang. Seperti yang dilakukan Nengah Wirata, 47, asal Dusun Anjingan, Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Nengah Wirata, mengungkapkan, dia adalah seorang satpam di sebuah hotel di wilayah Seminyak, Kabupaten Badung sebelum pandemi datang.

Setelah wabah itu mulai menyebar hingga ke Bali dan berdampak pada sektor pariwisata, jam kerjanya mulai dikurangi.

Yakni hanya kerja delapan hari selama sebulan dengan upah Rp 100 ribu per hari. “Hingga akhirnya hanya Rp 80 ribu per hari,” bebernya.

Ternyata wabah itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir hingga kondisi akomodasi pariwisata kian memprihatinkan lantaran sepi pengunjung.

Dan, akhirnya sejak awal Maret ini, dia resmi dirumahkan. Untung saja dia sudah mulai mencari peluang pendapatan sejak jam kerjanya mulai dibatasi.

Sehingga saat benar-benar dirumahkan, ia mengaku sudah memiliki sumber pendapatan lain. Memproduksi pupuk ramah lingkungan menjadi upayanya untuk tetap berpenghasilan.

Belajar dari berbagai sumber, ia tidak hanya dapat membuat pupuk dengan bahan baku kotoran sapi namun juga sampah organik.

“Biasanya pupuk ini digunakan para pencinta tanaman untuk menyuburkan tanaman bunga dan tanaman hias mereka di rumah,” katanya.

Meski dalam kondisi pandemi Covid-19, menurutnya, permintaan pupuknya itu cukup tinggi. Mengingat hobi bercocok tanam justru mengalami tren peningkatan saat pandemi Covid-19.

“Untuk 25 kg pupuk, saya jual dengan harga Rp 25 ribu,” terangnya. Untuk mempermudah pemasaran, ia mengaku bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat Tri Eka Lestari di Desa Kamasan, Klungkung.

Di mana kelompok tersebut mengolah sampah organik menjadi pupuk cair. “Kelompok ini terbentuk saat pandemi untuk pemberdayaan masyarakat. Kebanyakan dari warga yang kehilangan pekerjaan dan juga petani,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa bagi sektor pariwisata hingga mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Untuk bisa bertahan hidup, mereka yang terdampak harus pintar-pintar mencari peluang. Seperti yang dilakukan Nengah Wirata, 47, asal Dusun Anjingan, Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Nengah Wirata, mengungkapkan, dia adalah seorang satpam di sebuah hotel di wilayah Seminyak, Kabupaten Badung sebelum pandemi datang.

Setelah wabah itu mulai menyebar hingga ke Bali dan berdampak pada sektor pariwisata, jam kerjanya mulai dikurangi.

Yakni hanya kerja delapan hari selama sebulan dengan upah Rp 100 ribu per hari. “Hingga akhirnya hanya Rp 80 ribu per hari,” bebernya.

Ternyata wabah itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir hingga kondisi akomodasi pariwisata kian memprihatinkan lantaran sepi pengunjung.

Dan, akhirnya sejak awal Maret ini, dia resmi dirumahkan. Untung saja dia sudah mulai mencari peluang pendapatan sejak jam kerjanya mulai dibatasi.

Sehingga saat benar-benar dirumahkan, ia mengaku sudah memiliki sumber pendapatan lain. Memproduksi pupuk ramah lingkungan menjadi upayanya untuk tetap berpenghasilan.

Belajar dari berbagai sumber, ia tidak hanya dapat membuat pupuk dengan bahan baku kotoran sapi namun juga sampah organik.

“Biasanya pupuk ini digunakan para pencinta tanaman untuk menyuburkan tanaman bunga dan tanaman hias mereka di rumah,” katanya.

Meski dalam kondisi pandemi Covid-19, menurutnya, permintaan pupuknya itu cukup tinggi. Mengingat hobi bercocok tanam justru mengalami tren peningkatan saat pandemi Covid-19.

“Untuk 25 kg pupuk, saya jual dengan harga Rp 25 ribu,” terangnya. Untuk mempermudah pemasaran, ia mengaku bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat Tri Eka Lestari di Desa Kamasan, Klungkung.

Di mana kelompok tersebut mengolah sampah organik menjadi pupuk cair. “Kelompok ini terbentuk saat pandemi untuk pemberdayaan masyarakat. Kebanyakan dari warga yang kehilangan pekerjaan dan juga petani,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/