31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:04 AM WIB

Diterjang Puting Beliung dan Hujan Es, Puluhan Rumah di Buleleng Rusak

KUBUTAMBAHAN – Puluhan rumah di Desa Pakisan dan Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, rusak setelah dilanda angin puting beliung yang diikuti dengan hujan es.

Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Pemerintah masih melakukan kalkulasi kerugian akibat bencana tersebut.

Musibah angin puting beliung terjadi pada Kamis (14/11) sore lalu. Tercatat ada 20 rumah di Desa Pakisan dan Bontihing yang mengalami kerusakan.

Sebagian besar kerusakan terjadi pada bagian atap. Beberapa rumah warga bahkan kini tak memiliki atap.

Titik kerusakan terparah terjadi di Banjar Dinas Pakisan, Banjar Dinas Tegeha, dan Banjar Dinas Sangburni.

Ketiganya ada di wilayah Desa Pakisan. Di Desa Pakisan saja, tercatat ada 17 rumah yang mengalami kerusakan.

Seperti yang terlihat di depan SMPN 2 Kubutambahan. Tiga bangunan milik warga mengalami kerusakan. Masing-masing milik Gede Sutarsana, Nyoman Rada dan Wayan Suarsana.

Sutarsana mengatakan, sekitar pukul 14.00 siang angin kencang mulai berhembus. Tak lama kemudian hujan lebat mengguyur yang diikuti dengan angin puting beliung.

Akibatnya atap rumahnya, termasuk balok kayu yang dijadikan rangka atap, diterbangkan angin. “Anginnya datang dari sawah, sebelah utara. Balok-balok kayu dan seng langsung diterbangkan. Baloknya ada yang ketemu di SDN 4 (Pakisan), ada yang di jalan. Kalau sengnya itu sampai di belakang SMP,” kata Sutarsana kemarin.

Selain atap bangunan milik Sutarsana, atap kamar mandi milik Nyoman Rada juga diterbangkan angin. Begitu pula dengan atap gudang milik Wayan Suarsana, rusak total.

Kerusakan paling parah terlihat di rumah milik Wayan Suarsa, 54, warga Banjar Dinas Tegeha, Desa Pakisan.

Saat peristiwa terjadi, ia bersama istrinya Made Siladri, 54, dan cucunya yang baru berusia 1,5 tahun, tengah berada di rumah. Hujan lebat tiba-tiba mengguyur wilayah Pakisan yang diikuti hembusan angin kencang.

“Pintunya tidak bisa ditutup. Air hujan itu sampai masuk ke kamar. Saya sama istri dan cucu, langsung lari ke dapur,” cerita Suarsa.

Saat sampai di dapur, angin puting beliung tiba-tiba menggulung atap rumahnya. Seluruh atap diterbangkan angin dan dihempas di sekitar rumah.

Pria yang akrab disapa Nuklir itu pun langsung mengamankan keluarganya ke kamar mandi. “Pas anginnya reda, langsung saya lari ke rumah mertua. Kebetulan jaraknya 50 meter dari rumah saya.

Sambil hujan-hujanan, cucu saya gendong kesana. Pas sampai di rumah mertua, hujannya sempat reda. Setelah itu langsung ada hujan es sekitar 10 menit. Bunyinya keras sekali, rumah seperti dilempari kerikil,” katanya.

Akibat kerusakan itu, Suarsa pun hanya bisa nelangsa. Sebab rumah yang ia huni itu, merupakan bantuan dari sebuah yayasan di Singaraja.

Pada akhir 2018 lalu, ia mendapat dana stimulan Rp 15 juta untuk membangun rumah. Namun kini rumahnya sudah rusak. Barang-barangnya pun basah diguyur hujan.

“Rencana besok saya coba garap sama tetangga di sini. Seberapa bahan yang bisa dipakai, ya segitu saja dulu yang saya perbaiki,” ungkap pria yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani itu

Sementara itu Camat Kubutambahan Made Suyasa mengatakan, pihaknya telah melakukan inventarisasi kerusakan akibat musibah tersebut.

“Semua sudah kami data. Paling banyak itu kan atap rumah warga di Pakisan. Di sana ada 17 rumah, sedangkan di Bontihing ada 3 rumah.

Di Bontihing juga Pura Dalem Kanginan terdampak, karena ada pohon beringin yang tumbang. Sudah kami teruskan ke BPBD Buleleng,” kata Suyasa.

 

KUBUTAMBAHAN – Puluhan rumah di Desa Pakisan dan Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, rusak setelah dilanda angin puting beliung yang diikuti dengan hujan es.

Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Pemerintah masih melakukan kalkulasi kerugian akibat bencana tersebut.

Musibah angin puting beliung terjadi pada Kamis (14/11) sore lalu. Tercatat ada 20 rumah di Desa Pakisan dan Bontihing yang mengalami kerusakan.

Sebagian besar kerusakan terjadi pada bagian atap. Beberapa rumah warga bahkan kini tak memiliki atap.

Titik kerusakan terparah terjadi di Banjar Dinas Pakisan, Banjar Dinas Tegeha, dan Banjar Dinas Sangburni.

Ketiganya ada di wilayah Desa Pakisan. Di Desa Pakisan saja, tercatat ada 17 rumah yang mengalami kerusakan.

Seperti yang terlihat di depan SMPN 2 Kubutambahan. Tiga bangunan milik warga mengalami kerusakan. Masing-masing milik Gede Sutarsana, Nyoman Rada dan Wayan Suarsana.

Sutarsana mengatakan, sekitar pukul 14.00 siang angin kencang mulai berhembus. Tak lama kemudian hujan lebat mengguyur yang diikuti dengan angin puting beliung.

Akibatnya atap rumahnya, termasuk balok kayu yang dijadikan rangka atap, diterbangkan angin. “Anginnya datang dari sawah, sebelah utara. Balok-balok kayu dan seng langsung diterbangkan. Baloknya ada yang ketemu di SDN 4 (Pakisan), ada yang di jalan. Kalau sengnya itu sampai di belakang SMP,” kata Sutarsana kemarin.

Selain atap bangunan milik Sutarsana, atap kamar mandi milik Nyoman Rada juga diterbangkan angin. Begitu pula dengan atap gudang milik Wayan Suarsana, rusak total.

Kerusakan paling parah terlihat di rumah milik Wayan Suarsa, 54, warga Banjar Dinas Tegeha, Desa Pakisan.

Saat peristiwa terjadi, ia bersama istrinya Made Siladri, 54, dan cucunya yang baru berusia 1,5 tahun, tengah berada di rumah. Hujan lebat tiba-tiba mengguyur wilayah Pakisan yang diikuti hembusan angin kencang.

“Pintunya tidak bisa ditutup. Air hujan itu sampai masuk ke kamar. Saya sama istri dan cucu, langsung lari ke dapur,” cerita Suarsa.

Saat sampai di dapur, angin puting beliung tiba-tiba menggulung atap rumahnya. Seluruh atap diterbangkan angin dan dihempas di sekitar rumah.

Pria yang akrab disapa Nuklir itu pun langsung mengamankan keluarganya ke kamar mandi. “Pas anginnya reda, langsung saya lari ke rumah mertua. Kebetulan jaraknya 50 meter dari rumah saya.

Sambil hujan-hujanan, cucu saya gendong kesana. Pas sampai di rumah mertua, hujannya sempat reda. Setelah itu langsung ada hujan es sekitar 10 menit. Bunyinya keras sekali, rumah seperti dilempari kerikil,” katanya.

Akibat kerusakan itu, Suarsa pun hanya bisa nelangsa. Sebab rumah yang ia huni itu, merupakan bantuan dari sebuah yayasan di Singaraja.

Pada akhir 2018 lalu, ia mendapat dana stimulan Rp 15 juta untuk membangun rumah. Namun kini rumahnya sudah rusak. Barang-barangnya pun basah diguyur hujan.

“Rencana besok saya coba garap sama tetangga di sini. Seberapa bahan yang bisa dipakai, ya segitu saja dulu yang saya perbaiki,” ungkap pria yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani itu

Sementara itu Camat Kubutambahan Made Suyasa mengatakan, pihaknya telah melakukan inventarisasi kerusakan akibat musibah tersebut.

“Semua sudah kami data. Paling banyak itu kan atap rumah warga di Pakisan. Di sana ada 17 rumah, sedangkan di Bontihing ada 3 rumah.

Di Bontihing juga Pura Dalem Kanginan terdampak, karena ada pohon beringin yang tumbang. Sudah kami teruskan ke BPBD Buleleng,” kata Suyasa.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/