28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:04 AM WIB

Korban Diare Terus Bertambah, Bakteri e-Coli Diduga Jadi Pemicu

TABANAN – Kasus diare yang terjadi di warga Banjar Sandan, Desa Bangli, Baturiti terus bertambah.

Hal tersebut terdata saat petugas Puskesmas Keliling Dinas Kesehatan (Dinkes) Tabanan melakukan pengobatan massal di balai Banjar Sandan kemarin. 

 Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas kesehatan Tabanan I Nengah Suarma Putra mengatakan, begitu mendapat laporan ratusan warga Banjar Sandan menderita diare pihaknya langsung menerjunkan personil untuk melakukan pengobatan. 

Pihaknya akan terus melakukan pemantauan selama dua minggu ke depan. “Hari ini (Rabu red), kami menurunkan petugas dari Puskesmas keliling (Pusling) untuk melakukan pengobatan massal kepada penderita diare,” ungkapnya 

Diakuinya, dari pengobatan yang dilakukan secara massal tersebut ternyata jumlah pasien diare terus bertambah, meski tidak separah dengan pasien sebelumnya yang sampai dirawat di puskesmas atau rumah sakit.

Warga datang berobat dengan keluhan sakit perut dan mules. Meski tidak sampai mencret. Setiap warga yang mengalami gejala yang mirip makan itu dimasukkan dalam daftar korban diare dan harus mendapat penanganan segera sebelum kondisi pasien lebih parah. 

 “Memang protapnya seperti itu, meski sebelumnya tidak masuk daftar pasien, kalau ada ada warga mengeluh sakit perut dan mules-mules meski tidak mencret sudah masuk katagori sebagai kasus kena diare,” jelasnya.

 Dituturkan Suarma pihaknya bersama tim dari UNUD akan turun ke lokasi sekaligus melakukan pengecekan.

Terkait penyebab diare yang menimpa warga Banjar Sandan, Pihaknya menduga diare disebabkan karena ada kuman bakteri e-coli di air tersebut diminum warga.

“Itu baru dugaan, nanti hasil laboratorium yang bsia memastikan,” tegasnya. Untuk biaya penanganan korban KLB diare, kata Suarma, sesuai dengan Permenkes Nomor 15 Tahun 2010.

Setiap terjadi KLB di suatu wilayah segala bentuk biaya ditanggung pemerintah daerah. Daerah yang menanggung seluruh biaya pengobatan untuk korban diare ini. 

“Jadi biaya pengobatan gratis. Tidak ada dibeban kepada warga,” tandasnya. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Tabanan dr. Desiana K. Dewi mengatakan, sambil menunggu hasil laboratorium, pihaknya telah mengambil langkah-langkah. 

Seperti melakukan penyelusuran kasus oleh Puskesmas di Banjar Sanda tersebut dan melakukan penyuluhan kesehatan mengenai diare. 

Desi melanjutkan, apabila ada yang terkena diare, maka langkah yang harus dilakukan adalah memberikan penderita asupan cairan yaitu oralit.

Jika pemberian oralit ini tidak membantu dan penyakit diare terus berlangsung. Maka dianjurkan untuk datang ke tempat layanan kesehatan terdekat. 

“Mengenai ketersediaan obat tidak perlu khawatir. Obatnya tersedia cukup,” ucapnya.

 

Ditetapkan kasus diare di Banjar Sandan menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa), kata Desi, membuat masyarakat mengetahui langkah-langkah pencegahan untuk tidak terkena diare. 

Kuncinya tetap menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Sumber bakteri maupun virus penyebab diare sebagian besar didapatkan dari makanan dan minuman yang tidak bersih.

Sehingga Desi menganjurkan agar masyarakat selalu mengolah makanan dan minumannya sebelum mengonsumsinya.

Selain itu kotoran atau tinja juga merupakan sumber virus atau bakteri penyebab diare. Karenanya ketersediaan jamban sehat dalam keluarga sangat diperlukan dan tidak BAB sembarangan.

Terlebih saat musim hujan seperti saat ini. Di mana tinja yang dibuang sembarangan jika terkandung bakteri maupun virus, akan terbawa air hujan

dan mengotori sumber air minum maupun tanaman seperti sayur-sayuran yang  tumbuh di sekitar pembuangan tinja.  ‘

 “Jangan lupa juga cuci tangan dengan bersih setelah BAB atau hendak makan dan saat pulang dari berpergian. Langkah sederhana tetapi bisa mencegah terjangkit diare,” ujarnya.

 Air yang diminum warga masih dilakukan uji laboratorium. Hasil belum keluar saat ini. Karena butuh beberapa kedepan untuk pengujian. 

 “Penyebab diare di Banjar Sandan diduga besar dari air minum yang tidak masak. Terlebih dari air yang tidak dikaporit. Tetapi untuk memastikan tetap menunggu hasil laboratorium,” pungkasnya.

TABANAN – Kasus diare yang terjadi di warga Banjar Sandan, Desa Bangli, Baturiti terus bertambah.

Hal tersebut terdata saat petugas Puskesmas Keliling Dinas Kesehatan (Dinkes) Tabanan melakukan pengobatan massal di balai Banjar Sandan kemarin. 

 Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas kesehatan Tabanan I Nengah Suarma Putra mengatakan, begitu mendapat laporan ratusan warga Banjar Sandan menderita diare pihaknya langsung menerjunkan personil untuk melakukan pengobatan. 

Pihaknya akan terus melakukan pemantauan selama dua minggu ke depan. “Hari ini (Rabu red), kami menurunkan petugas dari Puskesmas keliling (Pusling) untuk melakukan pengobatan massal kepada penderita diare,” ungkapnya 

Diakuinya, dari pengobatan yang dilakukan secara massal tersebut ternyata jumlah pasien diare terus bertambah, meski tidak separah dengan pasien sebelumnya yang sampai dirawat di puskesmas atau rumah sakit.

Warga datang berobat dengan keluhan sakit perut dan mules. Meski tidak sampai mencret. Setiap warga yang mengalami gejala yang mirip makan itu dimasukkan dalam daftar korban diare dan harus mendapat penanganan segera sebelum kondisi pasien lebih parah. 

 “Memang protapnya seperti itu, meski sebelumnya tidak masuk daftar pasien, kalau ada ada warga mengeluh sakit perut dan mules-mules meski tidak mencret sudah masuk katagori sebagai kasus kena diare,” jelasnya.

 Dituturkan Suarma pihaknya bersama tim dari UNUD akan turun ke lokasi sekaligus melakukan pengecekan.

Terkait penyebab diare yang menimpa warga Banjar Sandan, Pihaknya menduga diare disebabkan karena ada kuman bakteri e-coli di air tersebut diminum warga.

“Itu baru dugaan, nanti hasil laboratorium yang bsia memastikan,” tegasnya. Untuk biaya penanganan korban KLB diare, kata Suarma, sesuai dengan Permenkes Nomor 15 Tahun 2010.

Setiap terjadi KLB di suatu wilayah segala bentuk biaya ditanggung pemerintah daerah. Daerah yang menanggung seluruh biaya pengobatan untuk korban diare ini. 

“Jadi biaya pengobatan gratis. Tidak ada dibeban kepada warga,” tandasnya. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Tabanan dr. Desiana K. Dewi mengatakan, sambil menunggu hasil laboratorium, pihaknya telah mengambil langkah-langkah. 

Seperti melakukan penyelusuran kasus oleh Puskesmas di Banjar Sanda tersebut dan melakukan penyuluhan kesehatan mengenai diare. 

Desi melanjutkan, apabila ada yang terkena diare, maka langkah yang harus dilakukan adalah memberikan penderita asupan cairan yaitu oralit.

Jika pemberian oralit ini tidak membantu dan penyakit diare terus berlangsung. Maka dianjurkan untuk datang ke tempat layanan kesehatan terdekat. 

“Mengenai ketersediaan obat tidak perlu khawatir. Obatnya tersedia cukup,” ucapnya.

 

Ditetapkan kasus diare di Banjar Sandan menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa), kata Desi, membuat masyarakat mengetahui langkah-langkah pencegahan untuk tidak terkena diare. 

Kuncinya tetap menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Sumber bakteri maupun virus penyebab diare sebagian besar didapatkan dari makanan dan minuman yang tidak bersih.

Sehingga Desi menganjurkan agar masyarakat selalu mengolah makanan dan minumannya sebelum mengonsumsinya.

Selain itu kotoran atau tinja juga merupakan sumber virus atau bakteri penyebab diare. Karenanya ketersediaan jamban sehat dalam keluarga sangat diperlukan dan tidak BAB sembarangan.

Terlebih saat musim hujan seperti saat ini. Di mana tinja yang dibuang sembarangan jika terkandung bakteri maupun virus, akan terbawa air hujan

dan mengotori sumber air minum maupun tanaman seperti sayur-sayuran yang  tumbuh di sekitar pembuangan tinja.  ‘

 “Jangan lupa juga cuci tangan dengan bersih setelah BAB atau hendak makan dan saat pulang dari berpergian. Langkah sederhana tetapi bisa mencegah terjangkit diare,” ujarnya.

 Air yang diminum warga masih dilakukan uji laboratorium. Hasil belum keluar saat ini. Karena butuh beberapa kedepan untuk pengujian. 

 “Penyebab diare di Banjar Sandan diduga besar dari air minum yang tidak masak. Terlebih dari air yang tidak dikaporit. Tetapi untuk memastikan tetap menunggu hasil laboratorium,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/