27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:33 AM WIB

Diterjang Abrasi, Garam Kusamba Tak Bisa Dikirim ke Luar Negeri Lagi

SEMARAPURA – Puluhan are lahan pertanian garam di Desa Kusamba, Klungkung hilang tergerus abrasi di tahun 2020 ini. Kondisi itu tentunya berdampak pada menurunnya produksi garam Kusamba yang berhasil diproduksi para petani. 

Garam khas Desa Kusamba sudah terkenal sejak lama lantaran diproduksi secara tradisional dan memiliki rasa yang konon khas serta enak. Itu sebabnya permintaan atas garam ini tidak hanya dari wilayah Bali namun juga hingga ke luar negeri. 

Tidak sampai di sana, garam Kusamba melalui program Pemkab Klungkung juga telah diolah agar memiliki kandungan beryodium sehingga dapat memenuhi kebutuhan beryodium masyarakat. Dan kini garam beryodium Kusamba telah beredar di supermarket dan minimarket di wilayah Kabupaten Klungkung pada utamanya. 

“Rata-rata kebutuhan pasar terhadap garam beryodium Kusamba dalam sebulan sebanyak 4,5 ton. Ini terdiri dari pemasaran ke swalayan atau toko berjejaring, serta pembelian wajib oleh PNS di Kabupaten Klungkung,” beber Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, Rabu (18/11).

Di tengah meningkatnya permintaan terhadap garam Kusamba, gempuran ombak besar yang menerjang tempat penggaraman di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Rabu (27/5), pasalnya menimbulkan abrasi parah di pantai tersebut. 

Kondisi itu membuat produksi garam Kusamba menyusut tajam. Bahkan salah seorang petani garam akhirnya berhenti dari profesi yang digeluti sejak puluhan tahun lantaran lahan pertaniannya habis tergerus abrasi. 

Seperti yang diungkapkan salah seorang petani garam di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Ketut Kaping. Total lahan penggaraman yang dia miliki dahulu mencapai 13 are. Dengan menggarap lahan itu, dia mengaku bisa menghasilkan 40 kilogram garam kualitas tinggi ketika panas matahari sedang terik per harinya. 

“Kalau mendung, hanya bisa menghasilkan sekitar 10 kg garam saja,” ungkapnya.

Hanya saja karena hantaman ombak besar Rabu (27/5) lalu, terjadi abrasi parah di Pantai Karangdadi. Bahkan untuk lahannya sendiri, dia mengaku kehilangan sekitar 7 are lahan penggaramannya hari itu. 

“Banyak yang kena abrasi. Saya sendiri saja sampai 7 are. Bahkan ada yang memilih berhenti jadi petani garam,” bebernya.

Dengan lahan yang tersisa saat ini, dia hanya bisa memproduksi garam sekitar 7 kilogram saja saat cuaca sedang mendung per harinya. Sementara saat panas matahari sedang terik, dia mampu memproduksi sekitar 15 kg garam. 

Lantaran jumlah garam yang bisa diproduksi menyusut, dia mengaku hanya bisa memenuhi permintaan warga sekitar tempat tinggalnya saja dan beberapa dari Kota Denpasar. 

“Kalau dulu saya bisa jual sampai ke luar negeri, seperti Jepang, Italia, Australia, dan Rusia. Walau sekarang sedang Covid-19, ada pesanan dari Jepang, tapi saya tidak bisa penuhi karena garamnya tidak ada,” ujar pria yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai petani garam itu. 

SEMARAPURA – Puluhan are lahan pertanian garam di Desa Kusamba, Klungkung hilang tergerus abrasi di tahun 2020 ini. Kondisi itu tentunya berdampak pada menurunnya produksi garam Kusamba yang berhasil diproduksi para petani. 

Garam khas Desa Kusamba sudah terkenal sejak lama lantaran diproduksi secara tradisional dan memiliki rasa yang konon khas serta enak. Itu sebabnya permintaan atas garam ini tidak hanya dari wilayah Bali namun juga hingga ke luar negeri. 

Tidak sampai di sana, garam Kusamba melalui program Pemkab Klungkung juga telah diolah agar memiliki kandungan beryodium sehingga dapat memenuhi kebutuhan beryodium masyarakat. Dan kini garam beryodium Kusamba telah beredar di supermarket dan minimarket di wilayah Kabupaten Klungkung pada utamanya. 

“Rata-rata kebutuhan pasar terhadap garam beryodium Kusamba dalam sebulan sebanyak 4,5 ton. Ini terdiri dari pemasaran ke swalayan atau toko berjejaring, serta pembelian wajib oleh PNS di Kabupaten Klungkung,” beber Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, Rabu (18/11).

Di tengah meningkatnya permintaan terhadap garam Kusamba, gempuran ombak besar yang menerjang tempat penggaraman di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Rabu (27/5), pasalnya menimbulkan abrasi parah di pantai tersebut. 

Kondisi itu membuat produksi garam Kusamba menyusut tajam. Bahkan salah seorang petani garam akhirnya berhenti dari profesi yang digeluti sejak puluhan tahun lantaran lahan pertaniannya habis tergerus abrasi. 

Seperti yang diungkapkan salah seorang petani garam di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Ketut Kaping. Total lahan penggaraman yang dia miliki dahulu mencapai 13 are. Dengan menggarap lahan itu, dia mengaku bisa menghasilkan 40 kilogram garam kualitas tinggi ketika panas matahari sedang terik per harinya. 

“Kalau mendung, hanya bisa menghasilkan sekitar 10 kg garam saja,” ungkapnya.

Hanya saja karena hantaman ombak besar Rabu (27/5) lalu, terjadi abrasi parah di Pantai Karangdadi. Bahkan untuk lahannya sendiri, dia mengaku kehilangan sekitar 7 are lahan penggaramannya hari itu. 

“Banyak yang kena abrasi. Saya sendiri saja sampai 7 are. Bahkan ada yang memilih berhenti jadi petani garam,” bebernya.

Dengan lahan yang tersisa saat ini, dia hanya bisa memproduksi garam sekitar 7 kilogram saja saat cuaca sedang mendung per harinya. Sementara saat panas matahari sedang terik, dia mampu memproduksi sekitar 15 kg garam. 

Lantaran jumlah garam yang bisa diproduksi menyusut, dia mengaku hanya bisa memenuhi permintaan warga sekitar tempat tinggalnya saja dan beberapa dari Kota Denpasar. 

“Kalau dulu saya bisa jual sampai ke luar negeri, seperti Jepang, Italia, Australia, dan Rusia. Walau sekarang sedang Covid-19, ada pesanan dari Jepang, tapi saya tidak bisa penuhi karena garamnya tidak ada,” ujar pria yang sudah puluhan tahun berprofesi sebagai petani garam itu. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/