29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:04 AM WIB

Banser dan Pecalang Amankan Galungan, Wujud Indahnya Toleransi di Bali

BANJAR – Sekitar pukul 08.00 pagi Pura Labuhan Aji Desa Temukus, Banjar tampak ramai dipadati umat Hindu Buleleng yang akan bersembahyang.

Kondisi jalan didepan pura terpantau padat merayap. Pecalang Desa Temukus bersama Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) Kecamatan Banjar terlihat sibuk mengatur lalu lintas jalan dan menyeberangkan para pemedek. 

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Buleleng Abdul Karim Abraham mengatakan setiap momen perayaan hari besar keagamaan dan kegiatan umat Hindu Buleleng, Banser NU selalu dilibatkan oleh pecalang desa adat dalam hal pengamanan. 

Keikutsertaan pengamanan Hari Raya Galungan saat ini merupakan wujud dari toleransi. “Sehingga kami ikut terlibat pengamanan untuk menjalin kerukanan

antarumat beragama serta menunjukkan sikap rasa saling menghormati dan menghargai sesama manusia walaupun berbeda dalam hal keyakinan,” ungkap Karim.

Menurutnya, sikap tolerasi harus terus terjaga ditengah banyaknya sentimen identitas agama. Sentimen agama harus  dikikis dengan cara kerjasama di lapangan dan komunikasi lintas agama dibangun. 

“Penting ini dilakukan untuk mengurangi adanya gesekan dan konflik soal agama khususnya di Bali,” kata Karim. 

Dijelaskan Karim, beberapa lokasi keikutsertaan anggota Banser NU Buleleng dalam pengamanan Hari Raya Galungan yang baru terpantau selain di Pura Labuhan Aji Temukus, juga di Pura Pulaki Pemuteran dan Pengastulan Seririt. 

“Saat ini di Buleleng baru 7 PAC Banser terbentuk. Sementara daerah Busungbiu, Sawan dan Tejakula belum terbentuk. Jumlahnya mencapai ratusan,” ungkapnya.

Pecalang Desa Pakraman Temukus Made Astika ditemui disela-sela tugasnya mengaku kesadaran kedamaian keharmonisan seperti ini sudah lama terbangun di desanya.

Antara anggota Banser NU dengan pecalang desa adat selalu bersinergi dalam setiap kegiatan adat. “Saling membantu,” ucapnya.

Tidak hanya momen Hari Raya Galungan Banzer NU terlibat pengamanan. Momen Nyepi selalu turut serta. 

“Disini toleransi umat beragama sudah sangat tinggi. Maka tidak pernah terjadi cekcok ataupun perselisihan. Bila ada itupun dapat diselesaikan dengan duduk bareng dan urun rembuk,” pungkasnya. 

BANJAR – Sekitar pukul 08.00 pagi Pura Labuhan Aji Desa Temukus, Banjar tampak ramai dipadati umat Hindu Buleleng yang akan bersembahyang.

Kondisi jalan didepan pura terpantau padat merayap. Pecalang Desa Temukus bersama Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) Kecamatan Banjar terlihat sibuk mengatur lalu lintas jalan dan menyeberangkan para pemedek. 

Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Buleleng Abdul Karim Abraham mengatakan setiap momen perayaan hari besar keagamaan dan kegiatan umat Hindu Buleleng, Banser NU selalu dilibatkan oleh pecalang desa adat dalam hal pengamanan. 

Keikutsertaan pengamanan Hari Raya Galungan saat ini merupakan wujud dari toleransi. “Sehingga kami ikut terlibat pengamanan untuk menjalin kerukanan

antarumat beragama serta menunjukkan sikap rasa saling menghormati dan menghargai sesama manusia walaupun berbeda dalam hal keyakinan,” ungkap Karim.

Menurutnya, sikap tolerasi harus terus terjaga ditengah banyaknya sentimen identitas agama. Sentimen agama harus  dikikis dengan cara kerjasama di lapangan dan komunikasi lintas agama dibangun. 

“Penting ini dilakukan untuk mengurangi adanya gesekan dan konflik soal agama khususnya di Bali,” kata Karim. 

Dijelaskan Karim, beberapa lokasi keikutsertaan anggota Banser NU Buleleng dalam pengamanan Hari Raya Galungan yang baru terpantau selain di Pura Labuhan Aji Temukus, juga di Pura Pulaki Pemuteran dan Pengastulan Seririt. 

“Saat ini di Buleleng baru 7 PAC Banser terbentuk. Sementara daerah Busungbiu, Sawan dan Tejakula belum terbentuk. Jumlahnya mencapai ratusan,” ungkapnya.

Pecalang Desa Pakraman Temukus Made Astika ditemui disela-sela tugasnya mengaku kesadaran kedamaian keharmonisan seperti ini sudah lama terbangun di desanya.

Antara anggota Banser NU dengan pecalang desa adat selalu bersinergi dalam setiap kegiatan adat. “Saling membantu,” ucapnya.

Tidak hanya momen Hari Raya Galungan Banzer NU terlibat pengamanan. Momen Nyepi selalu turut serta. 

“Disini toleransi umat beragama sudah sangat tinggi. Maka tidak pernah terjadi cekcok ataupun perselisihan. Bila ada itupun dapat diselesaikan dengan duduk bareng dan urun rembuk,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/