31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:46 AM WIB

Duga Mikroba, BBPOM: Nasi Aman Dikonsumsi Sebelum 5 – 6 Jam Dibungkus

DENPASAR – Keracunan massal yang menimpa 100 orang di Desa Sukawati, Gianyar, memang sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Namun, hingga Senin sore (19/3) ternyata Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar belum menerima sampel dari nasi yang dikonsumsi warga saat malam pengrupukan Nyepi.

Walhasi, BBPOM belum bisa melakukan uji laboratorium. “Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Gianyar akan mengirim sampel tadi (kemarin) pagi.

Tapi, sampai sekarang (Senin sore) belum ada kami terima,” ungkap Kepala BBPOM di Denpasar, I Gusti Ayu Adhi Aryapatni dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Ditegaskan Ayu, pihaknya masih menunggu kapan sampel nasi bungkus dibawa ke BBPOM.

Ditanya jika dilihat dari gejala yang dialami yakni mual, sakit perut dan mencret, Ayu memperkirakan disebabkan oleh mikroba berupa kuman atau bakteri.

Mikroba bisa muncul karena dua hal. Pertama karena memasaknya tidak higienis.  Kedua setelah nasi masak disimpan terlalu lama.

Nasi dikonsumsi saat pukul 21.30. Padahal, nasi bungkus masih aman dimakan 5 – 6 jam. Nah, nasi yang dimasak tidak higienis dan disimpan terlalu lama bisa memunculkan mikorba seperti kuman.

Kuman setiap 20 menit membelah diri. Apalagi di tempat basah, maka kuman dengan cepat berkembang biak.

Semakin kering makanan maka semakin awet. Kalaupun makanan disimpan harus di bawah suhu 5 derajat atau di atas 60 derajat.

Meski demikian, Ayu baru bisa memastikan setelah ada investigasi dan uji laboratorium. “Harus diinvestigasi dulu, yang salah produksinya atau apanya,” imbuh perempuan asal Perean, Tabanan itu.

Ayu memastikan akan menguji sampel jika sudah masuk ke BBPOM. Pihaknya butuh waktu sepekan untuk mendapatkan hasil uji laboratorium.

DENPASAR – Keracunan massal yang menimpa 100 orang di Desa Sukawati, Gianyar, memang sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Namun, hingga Senin sore (19/3) ternyata Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar belum menerima sampel dari nasi yang dikonsumsi warga saat malam pengrupukan Nyepi.

Walhasi, BBPOM belum bisa melakukan uji laboratorium. “Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Gianyar akan mengirim sampel tadi (kemarin) pagi.

Tapi, sampai sekarang (Senin sore) belum ada kami terima,” ungkap Kepala BBPOM di Denpasar, I Gusti Ayu Adhi Aryapatni dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali.

Ditegaskan Ayu, pihaknya masih menunggu kapan sampel nasi bungkus dibawa ke BBPOM.

Ditanya jika dilihat dari gejala yang dialami yakni mual, sakit perut dan mencret, Ayu memperkirakan disebabkan oleh mikroba berupa kuman atau bakteri.

Mikroba bisa muncul karena dua hal. Pertama karena memasaknya tidak higienis.  Kedua setelah nasi masak disimpan terlalu lama.

Nasi dikonsumsi saat pukul 21.30. Padahal, nasi bungkus masih aman dimakan 5 – 6 jam. Nah, nasi yang dimasak tidak higienis dan disimpan terlalu lama bisa memunculkan mikorba seperti kuman.

Kuman setiap 20 menit membelah diri. Apalagi di tempat basah, maka kuman dengan cepat berkembang biak.

Semakin kering makanan maka semakin awet. Kalaupun makanan disimpan harus di bawah suhu 5 derajat atau di atas 60 derajat.

Meski demikian, Ayu baru bisa memastikan setelah ada investigasi dan uji laboratorium. “Harus diinvestigasi dulu, yang salah produksinya atau apanya,” imbuh perempuan asal Perean, Tabanan itu.

Ayu memastikan akan menguji sampel jika sudah masuk ke BBPOM. Pihaknya butuh waktu sepekan untuk mendapatkan hasil uji laboratorium.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/