31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:36 AM WIB

Selebaran Penolakan Sulinggih Picu Polemik, Bendesa Pilih Minta Maaf

GIANYAR – Prosesi upacara Ngenteg Linggih yang akan berlangsung Maret 2019 di Pura Desa Pakraman Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh menuai masalah.

Masalah mencuat setelah munculnya selebaran yang tidak setuju atas keterlibatan Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba dari desa setempat.

Beruntung polemik tidak sampai meluas, karena Rabu malam (19/12) bendesa minta maaf dan berakhir damai.

Ketika pihak desa pakraman Perangsada hendak menyiapkan prosesi upacara bendesa Jero Mangku Made Karma menggunakan sulinggih dari luar desa untuk muput.

Kemudian sempat muncul usulan untuk menggunakan sulinggih dari desa sendiri, Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba, akan tetapi ditolak.

Polemik muncul ketika penolakan dilakukan secara tertulis. Terlebih, penerimanya merupakan sejumlah semeton Pasek di desa setempat.

Supaya polemik tidak meluas, Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar turun untuk menengahi.

Setelah beberapa pihak dimintai konfirmasi, maka PHDI menyarankan bendesa Perangsada meminta maaf kepada Ida Pandita di kediamannya.

Pertemuan untuk meminta maaf itu berlangsung Rabu malam pukul 18.30. Dalam pertemuan itu turut hadir perwakilan PHDI Provinsi Bali, Pasemetonan MGPSSR Kecamatan Blahbatuh,

pecalang Dulang Mangap Jagabaya Kecamatan Blahbatuh, Babhinkamtibmas Desa Pering, Prajuru Desa Pakraman Perangsada, Kelihan Dinas Banjar Perangsada, serta undangan terkait lainnya.

Saat pertemuan itu, bendesa Jero Karma meminta maaf atas keteledoran yang diperbuatnya. Mengenai ada surat penolakan itu dibuat oleh Penyarikan (sekretaris desa pakraman, red).

“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya sanggup memohon maaf ke Ida Sulinggih dan ke krama (masyarakat, red).

Saya akan mulat sarira (instropeksi, red), ini akan jadi pelajaran. Tiang (saya, red) sadar akan kekurangan tiang,” jelasnya.

Permohonan maaf juga disampaikan oleh Penyarikan, I Made Korin yang membuat selebaran itu.

“Sinampura ping banget, belog tiang kaliwat. Intinya tyang tangkil meriki nunas pengampura. Tiang jadikan sebagai pengalaman,” ungkapnya.

Hanya saja, mengenai kronologis selebaran itu bisa dibuat dan diedarkan, baik Bendesa maupun Penyarikan enggan berkomentar.

“Sesuai hasil mediasi PHDI, tiang diminta mohon maaf, atas surat yang dinilai salah. Apa kesalahan itu, tiang ndak mau bicara banyak,

biar ndak tambah melebar. Ampura, tiang akan ada rapat dengan krama,” kilahnya sembari berlalu bersama jajaran.

GIANYAR – Prosesi upacara Ngenteg Linggih yang akan berlangsung Maret 2019 di Pura Desa Pakraman Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh menuai masalah.

Masalah mencuat setelah munculnya selebaran yang tidak setuju atas keterlibatan Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba dari desa setempat.

Beruntung polemik tidak sampai meluas, karena Rabu malam (19/12) bendesa minta maaf dan berakhir damai.

Ketika pihak desa pakraman Perangsada hendak menyiapkan prosesi upacara bendesa Jero Mangku Made Karma menggunakan sulinggih dari luar desa untuk muput.

Kemudian sempat muncul usulan untuk menggunakan sulinggih dari desa sendiri, Ida Pandita Mpu Wyasa Dhaksa Manuaba, akan tetapi ditolak.

Polemik muncul ketika penolakan dilakukan secara tertulis. Terlebih, penerimanya merupakan sejumlah semeton Pasek di desa setempat.

Supaya polemik tidak meluas, Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar turun untuk menengahi.

Setelah beberapa pihak dimintai konfirmasi, maka PHDI menyarankan bendesa Perangsada meminta maaf kepada Ida Pandita di kediamannya.

Pertemuan untuk meminta maaf itu berlangsung Rabu malam pukul 18.30. Dalam pertemuan itu turut hadir perwakilan PHDI Provinsi Bali, Pasemetonan MGPSSR Kecamatan Blahbatuh,

pecalang Dulang Mangap Jagabaya Kecamatan Blahbatuh, Babhinkamtibmas Desa Pering, Prajuru Desa Pakraman Perangsada, Kelihan Dinas Banjar Perangsada, serta undangan terkait lainnya.

Saat pertemuan itu, bendesa Jero Karma meminta maaf atas keteledoran yang diperbuatnya. Mengenai ada surat penolakan itu dibuat oleh Penyarikan (sekretaris desa pakraman, red).

“Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya sanggup memohon maaf ke Ida Sulinggih dan ke krama (masyarakat, red).

Saya akan mulat sarira (instropeksi, red), ini akan jadi pelajaran. Tiang (saya, red) sadar akan kekurangan tiang,” jelasnya.

Permohonan maaf juga disampaikan oleh Penyarikan, I Made Korin yang membuat selebaran itu.

“Sinampura ping banget, belog tiang kaliwat. Intinya tyang tangkil meriki nunas pengampura. Tiang jadikan sebagai pengalaman,” ungkapnya.

Hanya saja, mengenai kronologis selebaran itu bisa dibuat dan diedarkan, baik Bendesa maupun Penyarikan enggan berkomentar.

“Sesuai hasil mediasi PHDI, tiang diminta mohon maaf, atas surat yang dinilai salah. Apa kesalahan itu, tiang ndak mau bicara banyak,

biar ndak tambah melebar. Ampura, tiang akan ada rapat dengan krama,” kilahnya sembari berlalu bersama jajaran.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/