24.4 C
Jakarta
15 September 2024, 7:29 AM WIB

Pengungsi Kembali Berdatangan, Aktivitas Tetap Normal

RadarBali.com – Sejumlah pengungsi asal Kecamatan Kubu yang sempat pulang ke kampung halamannya, kini mulai kembali ke kantong-kantong pengungsian.

Pasca terjadi erupsi freatik, sejumlah warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, memilih kembali mengungsi ketimbang bertahan di rumah.

Selama ini para pengungsi memang memegang teguh wasiat para tetua, terkat erupsi pada tahun 1963 lalu.

Konon saat itu, erupsi diawali dengan munculnya awan berwarna hitam dari kawah. Nah, awan berwarna kelabu yang membubung saat erupsi freatik, membuat warga meyakini itu ciri-ciri awal erupsi yang lebih besar.

Kemarin, sejumlah pengungsi yang berasal dari Banjar Dinas Pengalusan, Desa Ban, mulai kembali ke sejumlah fasilitas umum yang sempat ditempati saat mengungsi.

Sejumlah pengungsi sempat pulang kampung pasca hari raya Kuningan, karena yakin kondisi sudah aman. Kini pasca erupsi freatik, mereka merasa lebih aman berada di pengungsian.

“Sementara kembali ke pengungsian saja dulu. Sambil menunggu informasi dari pemerintah. Gempanya juga sudah mulai sering. Tidak seperti waktu ini,” kata Nyoman Tileh, salah seorang warga Pengalusan.

Sementara itu Perbekel Dukuh, I Gede Sumiarsa mengungkapkan, warga sudah beraktifitas normal kembali.

Saat terjadi erupsi freatik, warga memang diarahkan segera mengungsi. Apalagi seluruh wilayah Desa Dukuh masuk dalam Kawasan Rawan Bencana III.

“Langsung tadi malam saya minta keluar dari radius 7,5 kilometer. Sementara saya minta tinggal di 12 kilometer (dari kaldera). Tadi pagi, warga sudah kembali dan beraktifitas biasa,” kata Sumiarsa.

Sumiarsa mengatakan desa sudah menyiapkan skema evakuasi pada warga. Selama status Gunung Agung dinyatakan siaga, warga masih mengungsi di sekitar Kecamatan Kubu.

Warga Dukuh bagian Barat, akan mengungsi ke sekitar tambang galian C Bumi Pasir Mandiri. Sedangkan warga dukuh bagian Timur, diarahkan mengungsi Wantilan Tulamben.

Sejauh ini, Sumiarsa menyebut warganya masih memilih bertahan di rumah masing-masing. Meski mereka berada di wilayah KRB III.

“Warga menganggap biasa. Dari tahun 1963 kan sudah alami hal begitu, artinya sudah dapat cerita dari tetua. Kalau sudah terjadi erupsi besar mungkin masyarakat mau mengungsi,” imbuhnya.

Sementara itu Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Buleleng, Made Arya Sukerta mengatakan, sejumlah instansi teknis sudah diinstruksikan siaga.

Di antaranya Dinas Sosial Buleleng, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, dan seluruh camat.

Menurut Arya, ada kemungkinan pengungsi yang dulunya sudah pulang kampung, memilih kembali ke Buleleng.

Saat kembali, mereka akan mengarah ke fasilitas umum yang dulu ditempati. “Artinya kalau mereka balik, kami sudah siap menampung,” kata Arya.

Ia menegaskan, tenda belum akan digunakan dalam waktu dekat. Tenda hanya digunakan ketika keadaan benar-benar darurat.

Artinya, ketika sudah tidak ada fasilitas umum yang bisa menampung para pengungsi, baru tenda akan digunakan.

Selain itu pihaknya juga menyiapkan armada evakuasi bagi para pengungsi. “Kalau ada letusan besar, orang di Pengalusan, Belong,

dan Pucang itu kan harus dievakuasi segera. Kami bersiap untuk kemungkinan itu,” tandasnya

RadarBali.com – Sejumlah pengungsi asal Kecamatan Kubu yang sempat pulang ke kampung halamannya, kini mulai kembali ke kantong-kantong pengungsian.

Pasca terjadi erupsi freatik, sejumlah warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, memilih kembali mengungsi ketimbang bertahan di rumah.

Selama ini para pengungsi memang memegang teguh wasiat para tetua, terkat erupsi pada tahun 1963 lalu.

Konon saat itu, erupsi diawali dengan munculnya awan berwarna hitam dari kawah. Nah, awan berwarna kelabu yang membubung saat erupsi freatik, membuat warga meyakini itu ciri-ciri awal erupsi yang lebih besar.

Kemarin, sejumlah pengungsi yang berasal dari Banjar Dinas Pengalusan, Desa Ban, mulai kembali ke sejumlah fasilitas umum yang sempat ditempati saat mengungsi.

Sejumlah pengungsi sempat pulang kampung pasca hari raya Kuningan, karena yakin kondisi sudah aman. Kini pasca erupsi freatik, mereka merasa lebih aman berada di pengungsian.

“Sementara kembali ke pengungsian saja dulu. Sambil menunggu informasi dari pemerintah. Gempanya juga sudah mulai sering. Tidak seperti waktu ini,” kata Nyoman Tileh, salah seorang warga Pengalusan.

Sementara itu Perbekel Dukuh, I Gede Sumiarsa mengungkapkan, warga sudah beraktifitas normal kembali.

Saat terjadi erupsi freatik, warga memang diarahkan segera mengungsi. Apalagi seluruh wilayah Desa Dukuh masuk dalam Kawasan Rawan Bencana III.

“Langsung tadi malam saya minta keluar dari radius 7,5 kilometer. Sementara saya minta tinggal di 12 kilometer (dari kaldera). Tadi pagi, warga sudah kembali dan beraktifitas biasa,” kata Sumiarsa.

Sumiarsa mengatakan desa sudah menyiapkan skema evakuasi pada warga. Selama status Gunung Agung dinyatakan siaga, warga masih mengungsi di sekitar Kecamatan Kubu.

Warga Dukuh bagian Barat, akan mengungsi ke sekitar tambang galian C Bumi Pasir Mandiri. Sedangkan warga dukuh bagian Timur, diarahkan mengungsi Wantilan Tulamben.

Sejauh ini, Sumiarsa menyebut warganya masih memilih bertahan di rumah masing-masing. Meski mereka berada di wilayah KRB III.

“Warga menganggap biasa. Dari tahun 1963 kan sudah alami hal begitu, artinya sudah dapat cerita dari tetua. Kalau sudah terjadi erupsi besar mungkin masyarakat mau mengungsi,” imbuhnya.

Sementara itu Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung di Kabupaten Buleleng, Made Arya Sukerta mengatakan, sejumlah instansi teknis sudah diinstruksikan siaga.

Di antaranya Dinas Sosial Buleleng, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, dan seluruh camat.

Menurut Arya, ada kemungkinan pengungsi yang dulunya sudah pulang kampung, memilih kembali ke Buleleng.

Saat kembali, mereka akan mengarah ke fasilitas umum yang dulu ditempati. “Artinya kalau mereka balik, kami sudah siap menampung,” kata Arya.

Ia menegaskan, tenda belum akan digunakan dalam waktu dekat. Tenda hanya digunakan ketika keadaan benar-benar darurat.

Artinya, ketika sudah tidak ada fasilitas umum yang bisa menampung para pengungsi, baru tenda akan digunakan.

Selain itu pihaknya juga menyiapkan armada evakuasi bagi para pengungsi. “Kalau ada letusan besar, orang di Pengalusan, Belong,

dan Pucang itu kan harus dievakuasi segera. Kami bersiap untuk kemungkinan itu,” tandasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/