28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:29 AM WIB

Pemedek Tewas Kerauhan Tertembus Keris, Ini Himbauan PHDI Buleleng

SINGARAJA-Peristiwa tragis terjadi saat Upacara Pujawali di Pura Desa Nagasepeha, kemarin (29/9).

Seorang warga dilaporkan tewas tertusuk keris saat upacara berlangsung.

Korban diketahui bernama Ketut Sudira, 55, asal Negara Nagasepeha, Kecamatan Buleleng. Korban tewas karena kehilangan banyak darah usai tertusuk keris.

Menyikapi musibah saat itu, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Buleleng merekomendasikan agar benda tajam tak dibawa masuk ke areal pura.

Rekomendasi itu dikeluarkan untuk mencegah terulangnya kasus kematian akibat luka tusuk, usai mengalami prosesi ngurek atau menancapkan keris pada bagian tubuh bagian atas, utamanya dada.

Ketua PHDI Buleleng Dewa Nyoman Suardana mengatakan, pihaknya sudah sempat menyampaikan edaran pada para pemangku dan pengurus parisada di tingkat kecamatan maupun desa.

Dalam edaran itu, pemangku diingatkan untuk lebih berhati-hati dengan ritual yang berpotensi membahayakan keselamatan diri sendiri.

 

Menurutnya, kejadian krama yang terluka usai menjalani proses ngurek bukan pertama kalinya terjadi.

Ia menyebut peristiwa serupa sempat terjadi di Kelurahan Banyuning dan Desa Padangbulia.

Untuk itu, pihaknya pun merekomendasikan agar benda tajam tak dibawa masuk ke areal pura. T

erutama saat prosesi ngurek akan berlangsung.

“Kami berpandangan, benda tajam pada prosesi-prosesi tertentu, lebih baik tidak dibawa ke pura.

Logikanya, tidak mungkin Ida Bhatara meminta umatnya berbuat arogan di areal pura,” kata Suardana.

 

 

SINGARAJA-Peristiwa tragis terjadi saat Upacara Pujawali di Pura Desa Nagasepeha, kemarin (29/9).

Seorang warga dilaporkan tewas tertusuk keris saat upacara berlangsung.

Korban diketahui bernama Ketut Sudira, 55, asal Negara Nagasepeha, Kecamatan Buleleng. Korban tewas karena kehilangan banyak darah usai tertusuk keris.

Menyikapi musibah saat itu, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Buleleng merekomendasikan agar benda tajam tak dibawa masuk ke areal pura.

Rekomendasi itu dikeluarkan untuk mencegah terulangnya kasus kematian akibat luka tusuk, usai mengalami prosesi ngurek atau menancapkan keris pada bagian tubuh bagian atas, utamanya dada.

Ketua PHDI Buleleng Dewa Nyoman Suardana mengatakan, pihaknya sudah sempat menyampaikan edaran pada para pemangku dan pengurus parisada di tingkat kecamatan maupun desa.

Dalam edaran itu, pemangku diingatkan untuk lebih berhati-hati dengan ritual yang berpotensi membahayakan keselamatan diri sendiri.

 

Menurutnya, kejadian krama yang terluka usai menjalani proses ngurek bukan pertama kalinya terjadi.

Ia menyebut peristiwa serupa sempat terjadi di Kelurahan Banyuning dan Desa Padangbulia.

Untuk itu, pihaknya pun merekomendasikan agar benda tajam tak dibawa masuk ke areal pura. T

erutama saat prosesi ngurek akan berlangsung.

“Kami berpandangan, benda tajam pada prosesi-prosesi tertentu, lebih baik tidak dibawa ke pura.

Logikanya, tidak mungkin Ida Bhatara meminta umatnya berbuat arogan di areal pura,” kata Suardana.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/