DENPASAR – Indonesia dalam rentang waktu Januari hingga Oktober 2019 mengalami sebanyak 98 persen bencana hidrometeorologi.
Seperti puting beliung, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. BNNP menyebut, meski kekeringan tidak mengakibatkan korban dan kerusakan,
tetapi jumlah populasi yang terdampak tertinggi pada jenis bencana ini yaitu lebih dari 3,8 juta. Untuk kekeringan di Bali tentu tak luput terjadi.
Distribusi air bersih dilakukan oleh BPBD wilayah Bali di sejumlah kabupaten, seperti Jembrana, Buleleng dan Karangasem.
Nah, memasuki bulan November ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
BMKG menginformasikan bahwa perlu kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan es,
hujan lebat disertai petir dan angin kencang pada periode transisi musim atau pada November hingga Desember.
“Potensi gelombang tinggi selama November perlu diwaspadai di perairan barat Sumatera hingga selatan Bali
dan Nusa Tenggara Barat,” ujar Agus Wibowo, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Kamis (31/10)
Di samping potensi bahaya karena iklim dan cuaca, warga diimbau selalu waspada terhadap potensi ancaman bahaya gempa bumi.
Bahaya ini tidak dapat diperkirakan sehingga kita harus selalu waspada dan siaga. “Dampak pada korban dan kerusakan biasanya diakibatkan bukan karena gempa, tapi bangunannya,” imbaunya.