MANGUPURA – Pada akhir tahun dan tahun baru, seperti biasa hampir semua pantai di kawasan Kuta dan sekitarnya diserbu sampah kiriman.
Tak heran, puluhan hingga ratusan ton sampah dihasilkan dari sampah kiriman tersebut. Sabtu (2/1) lalu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung
mengerahkan semua personel pasukan hijau dibantu sejumlah stakeholder terkait, komunitas serta masyarakat.
Kabid Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun DLHK Badung A.A Gede Agung Dalem mengatakan, sampah di wilayah pantai Kuta dan sekitarnya terus mengalami kenaikan.
Jumat lalu sampah yang dihasilkan tembus 60 truk atau sekitar 30 ton. Namun pada Sabtu kemarin sampah mulai mengalami kenaikan yang signifikan.
Perkiraan sampah yang terkumpul kemarin di stop over (STO) atau penampungan sementara di setra 20 truk, sampah ini diluar yang sudah menumpuk sejak beberapa hari lalu.
STO Camplung 40 truk, STO Padma Legian 50 truk, di Pantai Seminyak dan STO kudeta 30 truk. “Total sampah hari ini ada 140 truk atau setara dengan 280 ton,” jelas Gung Dalem.
Lebih lanjut, dalam pembersihannya DLHK mengerahkan hampir 900 orang petugas kebersihan yang bertugas dari pagi hingga sore.
Selain itu juga DLHK Badung dibantu oleh stakeholder terkait seperti ada dari Kodam, TNI AL, Pramuka, Petugas DLHK Bali, intansi terkait, komunitas, masyarakat dan lainnya.
Selain itu juga mengerahkan tujuh alat berat yakni 5 loader, dan 2 barber beach. “Jadi, untuk hari ini (Sabtu, kemarin) ada seribu orang yang tergabung membersihkan sampah pantai, termasuk petugas kami di DLHK Badung juga,” ungkapnya.
Disinggung penyebab sampah kiriman, Gung Dalem mengakui yang jelas masalah sampah hampir di seluruh Indonesia kurang tertib.
Kadang pembuangan sampah yang dikelola jasa pengelola sampah tidak diolah dengan benar. Kadang sampah itu ditimbun dengan sungai.
Nah, ketika musim hujan, air hujan menghanyutkan sampah ke got, ke sungai kecil, masuk ke sungai besar hingga akhirnya ke perairan atau laut.
Saat ini arus juga berubah-ubah dan saat ini dominan membawakan sampah ke arah pantai di timur atau semua sampah hanyut ke timur.
Bahkan, dia juga memastikan sampah-sampah itu sebagian besar berasal dari luar Bali. “Kalau kita lihat dari sampah itu, ada dari Kebumen, Genteng, Sidoarjo, itu sampah yang kita dapat.
Hal ini bisa dilihat ada sampah topi anak SD, anak SMP isi tulisan asal sekolah tersebut. Jadi mereka buang sembarang dan hanyut.
Beda kalau sampah dikelola jasa pengelolaan sampah dengan benar diolah dan diproses. Dia tidak kealaman, paling abu saja yang ke alam, ” jelasnya.
Ia juga memastikan kalau sampah di wilayah Badung tidak sampai sebanyak itu. Terlebih di Badung sampah sudah minim, karena DLHK Badung sudah punya program padat karya.
“Ini sampah dari luar Badung yang banyak masuk,” bebernya. Prediksi saat ini belum memasuki puncaknya dan diprediksi puncak sampah kiriman akan terjadi pada bulan Februari 2021 ini.
“Tapi, ini masih belum puncaknya, nanti di bulan Februari kemungkinan puncak sampah kiriman. Setelah itu mendekati April sampah biasanya mulai menipis,” pungkasnya.