RadarBali.com – Letusan Gunung Agung membuat warga setempat melakukan pengungsian ke tempat yang lebih aman.
Kota Denpasar menjadi kota pilihan untuk mengungsi. Hingga kemarin jumlah pengungsi Gunung Agung di Denpasar tercatat mencapai 701 jiwa.
Mereka menempati Posko GOR Kompyang Sujana. Pantauan Jawa Pos Radar Bali, saat sidang, ada yang sedang tidur-tiduran.
Sedang anak-anak pengungsi terlihat asyik bermain. Ada juga yang sedang menemani anak-anaknya bermain. Untuk membunuh waktu, disediakan televisi sekadar mengurangi kejenuhan mereka.
“Ya saya baru tiga hari di sini. Cuma duduk, bengong di posko,” ucap I Gusti Gede Patra, pengungsi dari Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem.
Patra mengatakan memilih ke Denpasar karena saran saudaranya yang tinggal di Kesiman. Patra yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) II, memang sudah gelisah setelah ada letusan freatik.
Apalagi setelah itu ada abu vulkanik yang membuat mata masyarakat di sana perih. Saat ini juga perasaan Patra masih takut, bagaimana jika terjadi letusan besar terjadi dan mengakibatkan korban berjatuhan.
Tidak hanya itu, ketakutannya juga dengan rumah yang dia tinggalkan akan rusak. Dan harus kembali membangun dari awal.
“Di berita sudah heboh. Gunung Agung akan meletus dahsyat. Sebelum ada instruksi mengungsi, saya sebenarnya sudah berpikiran untuk mengungsi,” ucap pria 45 tahun ini.
Karena jenuh di posko, Patra pun ingin segera memiliki pekerjaan untuk sekadar menyambung hidup selama di Denpasar.
Pasalnya, selama di posko, dia tidak melakukan aktivitas apa-apa. Hanya tidur, membantu istri masak dan bercengkrama dengan pengungsi lainnya.
Menurutnya, meski makan dan tidur ditanggung Pemerintah Kota Denpasar, dia merasa tidak enak hati tidak melakukan apa-apa.
Uang yang dia pegang juga sudah hampir habis, hasil dari menjual tiga ekor sapinya. “ Saya jual tiga sapi. Seharusnya dijual Rp 13 juta, hanya laku Rp 8 juta per ekor,” ujar Patra.
Tidak hanya itu juga, dia mengeluhkan air di posko kecrat-kecrit. Paginya hidup, tapi siangnya mati. Sehingga cukup mengganggu dirinya ketika ingin buang air maupun mandi.
Hal sama dikatakan Made Supatra yang bosan tidak melakukan apa-apa di posko. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai perajin ini sekarang juga sibuk mencari pekerjaan di Kota Denpasar.
Dia mengaku merasa pusing tinggal di Kota Denpasar yang banyak kendaraan. “ Saya di posko ya diam saja. Sesekali bantu-bantu masak saja, sambil ngempu,” tandasnya.
Kepala BPBD Kota Denpasar IB Joni Ariwibawa mengatakan, jumlah pengungsi saat ini mencapai 701. Yang paling banyak mengungsi di Pos Kesambi dengan jumlah 233 orang.
Sedangkan di Pos Gurita berjumlah 128. Selanjutnya Pos Danau Tempe,jumlah pengungsi 187 jiwa dan terakhir Pos GOR Kompyang Sujana ada 153 jiwa.
Gus Joni – sapaan akrabnya mengatakan, yang datang ke posko pengungsi sebagian adalah orang yang baru.
Dengan banyaknya pengungsi yang datang memaksa BPBD dan Dinsos menyiapkan lebih banyak logistik. Selain itu juga menyiapkan tim kesehatan yang akan terus memeriksa kesehatan para pengungsi.