29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:47 AM WIB

Status Awas, Radius Aman Gunung Agung Turun dari 8 – 10 Km Jadi 6 Km

DENPASAR – Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan status Gunung Agung Awas.

Meski begitu, PVMBG memutuskan menurunkan batas radius aman untuk beraktivitas menjadi 6 kilometer dari sebelumnya 8 hingga 10 kilometer.

Sampai saat ini, Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi dengan aktifitas vulkanik yang relatif tinggi dan fluktuatif.

“Berdasarkan hasil analisis data visual maupun instrumental (seismik, deformasi dan geokimia), saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi,

aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif. Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan/letusan abu, dan lontaran batuan

di sekitar kawah masih terjadi,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM Agung Pribadi.

Volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar 1/3  dari volume kawah (60 juta meter kubik).

“Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil,” bebernya.

Status kegempaan Gunung Agung hingga Rabu (3/1) kemarin pukul 18:00 Wita menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah.

“Hal ini mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan. Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan trend naik yang signifikan,” jelasnya.

Data Deformasi dalam beberapa hari terakhir juga menunjukkan trend yang stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan.

Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton/hari.

“Perkiraan potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan. Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah,” katanya. 

Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yg berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.

Dengan skala erupsi pada saat ini (intermittent), maka potensi bahaya Awan Panas kemungkinannya masih relatif kecil.

Selain karena pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, kemungkinan lain yaitu untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas diperlukan pembangunan tekanan yang cukup besar.

Sementara pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan. 

DENPASAR – Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan status Gunung Agung Awas.

Meski begitu, PVMBG memutuskan menurunkan batas radius aman untuk beraktivitas menjadi 6 kilometer dari sebelumnya 8 hingga 10 kilometer.

Sampai saat ini, Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi dengan aktifitas vulkanik yang relatif tinggi dan fluktuatif.

“Berdasarkan hasil analisis data visual maupun instrumental (seismik, deformasi dan geokimia), saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi,

aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif. Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan/letusan abu, dan lontaran batuan

di sekitar kawah masih terjadi,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM Agung Pribadi.

Volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar 1/3  dari volume kawah (60 juta meter kubik).

“Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil,” bebernya.

Status kegempaan Gunung Agung hingga Rabu (3/1) kemarin pukul 18:00 Wita menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah.

“Hal ini mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan. Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan trend naik yang signifikan,” jelasnya.

Data Deformasi dalam beberapa hari terakhir juga menunjukkan trend yang stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan.

Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton/hari.

“Perkiraan potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan. Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah,” katanya. 

Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yg berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.

Dengan skala erupsi pada saat ini (intermittent), maka potensi bahaya Awan Panas kemungkinannya masih relatif kecil.

Selain karena pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, kemungkinan lain yaitu untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas diperlukan pembangunan tekanan yang cukup besar.

Sementara pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/