29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:19 AM WIB

Virus Nipah Jadi Ancaman Global, Ini Respons Tegas GUPBI Bali

MANGUPURA – Saat pandemic Covid-19 belum berakhir, ancaman baru datang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, virus Nipah berpotensi menjadi wabah baru di masa depan.

Karena itu, Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk waspada dengan ancaman virus yang kini menyebar di kawasan Asia Selatan dan Tengah ini.

Terutama terkait dengan perdagangan hewan ternak. Meski Indonesia sementara bebas dari penyebaran virus Nipah, tapi semua pihak mesti waspada.

Ketua  Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa menegaskan, saat ini Indonesia masih aman dari wabah virus Nipah.

Menurutnya, isu virus tersebut bisa saja dilepaskan agar mempengaruhi nilai jual daging babi di Indonesia.

“Peternak jangan pernah takut, karena saya pribadi selalu berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali untuk mengupayakan dan melindungi peternak.

Bahkan, sedikit saja jika ada masalah kita langsung turun ke lokasi melakukan pengecekan,” terang Ketut Hary Suyasa, kemarin.

Ia memastikan itu hanya sekadar isu saja. Karena khususnya Bali masih jauh dari virus tersebut.  “Saya kira untuk isu virus Nipah ini, yang baru katanya ada di dunia tidak usah dibesar-besarkan.

Karena pada dasarnya kita jauh dari itu. Bahkan isu penyakit itu sudah lama dan sudah tidak kedengaran lagi,” jelasnya.

Dia juga berharap kepada peternak  untuk jangan panik, lantaran isu virus tersebut tidak ada di Indonesia.

“GUPBI pun sudah sangat dekat kerjasamanya dengan kesehatan hewan di seluruh kabupaten maupun provinsi Bali.

Sehingga jika ada masalah apa pasti kita kasi tau para peternak kita. Bahkan kami pun rutin melakukan edukasi kepada masyarakat peternak,” tegasnya.

Pihaknya meminta penerapan biosecurity yang di peternak harus ketat seperti menjaga lalu lintas orang, memantau dan menjaga lalu lintas barang dan hewan.

Sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam kandang. Bahkan sesekali pihaknya meminta untuk melakukan penyemprotan pembersihan kandang.

“Kandang-kandang kami harapkan menggunakan jaring. Kalau tidak jaring gunakan paranet anggrek agar tidak ada hewan yang masuk. Bahkan yang kesana (masuk kandang) hanya dilakukan oleh penghuni hewan,” pungkasnya. 

MANGUPURA – Saat pandemic Covid-19 belum berakhir, ancaman baru datang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, virus Nipah berpotensi menjadi wabah baru di masa depan.

Karena itu, Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk waspada dengan ancaman virus yang kini menyebar di kawasan Asia Selatan dan Tengah ini.

Terutama terkait dengan perdagangan hewan ternak. Meski Indonesia sementara bebas dari penyebaran virus Nipah, tapi semua pihak mesti waspada.

Ketua  Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa menegaskan, saat ini Indonesia masih aman dari wabah virus Nipah.

Menurutnya, isu virus tersebut bisa saja dilepaskan agar mempengaruhi nilai jual daging babi di Indonesia.

“Peternak jangan pernah takut, karena saya pribadi selalu berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali untuk mengupayakan dan melindungi peternak.

Bahkan, sedikit saja jika ada masalah kita langsung turun ke lokasi melakukan pengecekan,” terang Ketut Hary Suyasa, kemarin.

Ia memastikan itu hanya sekadar isu saja. Karena khususnya Bali masih jauh dari virus tersebut.  “Saya kira untuk isu virus Nipah ini, yang baru katanya ada di dunia tidak usah dibesar-besarkan.

Karena pada dasarnya kita jauh dari itu. Bahkan isu penyakit itu sudah lama dan sudah tidak kedengaran lagi,” jelasnya.

Dia juga berharap kepada peternak  untuk jangan panik, lantaran isu virus tersebut tidak ada di Indonesia.

“GUPBI pun sudah sangat dekat kerjasamanya dengan kesehatan hewan di seluruh kabupaten maupun provinsi Bali.

Sehingga jika ada masalah apa pasti kita kasi tau para peternak kita. Bahkan kami pun rutin melakukan edukasi kepada masyarakat peternak,” tegasnya.

Pihaknya meminta penerapan biosecurity yang di peternak harus ketat seperti menjaga lalu lintas orang, memantau dan menjaga lalu lintas barang dan hewan.

Sehingga virus tidak mudah masuk ke dalam kandang. Bahkan sesekali pihaknya meminta untuk melakukan penyemprotan pembersihan kandang.

“Kandang-kandang kami harapkan menggunakan jaring. Kalau tidak jaring gunakan paranet anggrek agar tidak ada hewan yang masuk. Bahkan yang kesana (masuk kandang) hanya dilakukan oleh penghuni hewan,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/