25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:53 AM WIB

SMA Muhammadiyah 1 Denpasar Tetap Jadi “Jembatan Indonesia-Australia”

DENPASAR, Radar Bali– SMA Muhammadiyah 1 Denpasar menunjukkan komitmen nyata dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Bali. Kamis (3/6) siang, institusi pendidikan yang beralamat di Jalan Pulau Batanta No.80, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat itu menggelar workshop bertajuk “Teacher Training Program Building Growth Mindset in Challenging Education for Succesful Goals”. Jessica Stevens, Coordinator International Education Partnership dan Sri Novelma, Unit Manager DFAT Australian Embassy Jakarta memberikan sambutan hangat dalam workshop yang digelar online dan offline tersebut.

Hari Imam Wahyudi tampil sebagai keynote speaker. Ia mengatakan era revolusi industri 4.0 melompat signifikan menjadi 5.0 lantaran pandemi Covid-19. “Mau tidak mau kita diwajibkan bukan hanya beradaptasi, tapi kita sudah benar-benar terbiasa dan mampu menjalankan teknologi itu dengan baik,” ujarnya. Hari Imam Wahyudi mengajak 40 audiens yang hadir langsung di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar untuk mau belajar, mencoba sesuatu yang baru, sekaligus menggunakan pola pikir baru. “Mulai menerima sesuatu yang baru dan kita harus berpikir bahwa kita bisa,” tegasnya.

Terkait workshop, Dewi Setyowati, guru Bridge SMA Muhammadiyah 1 Denpasar menjelaskan kegiatan tersebut didanai oleh Pemerintah Australia melalui Lighthouse Partnership Program yang merupakan bagian dari Program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia. “Kerja sama 11 tahun terakhir berjalan dengan baik. Di masa pandemi, kami menggunakan aplikasi zoom. Di masa normal, setiap tahun perwakilan Southern Christian College hadir di SMA Muhammdiyah. Kami menjadi jembatan antara Indonesia dan Australia,” ucapnya sembari menyebut workshop juga dihadiri sejumlah guru dari sekolah lain.

“Mereka hadir untuk berbagi wawasan bersama kami di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Intinya, di saat pandemi, guru harus tetap semangat mengajar dan mendidik siswa. Tidak ada alasan guru gaptek. Tidak ada alasan tidak bisa, kalau tidak bisa harus terus dicoba, coba, coba, sampai bisa,” ungkap Dewi Setyowati mengambil hikmah dari workshop yang digelar. 

DENPASAR, Radar Bali– SMA Muhammadiyah 1 Denpasar menunjukkan komitmen nyata dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Bali. Kamis (3/6) siang, institusi pendidikan yang beralamat di Jalan Pulau Batanta No.80, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat itu menggelar workshop bertajuk “Teacher Training Program Building Growth Mindset in Challenging Education for Succesful Goals”. Jessica Stevens, Coordinator International Education Partnership dan Sri Novelma, Unit Manager DFAT Australian Embassy Jakarta memberikan sambutan hangat dalam workshop yang digelar online dan offline tersebut.

Hari Imam Wahyudi tampil sebagai keynote speaker. Ia mengatakan era revolusi industri 4.0 melompat signifikan menjadi 5.0 lantaran pandemi Covid-19. “Mau tidak mau kita diwajibkan bukan hanya beradaptasi, tapi kita sudah benar-benar terbiasa dan mampu menjalankan teknologi itu dengan baik,” ujarnya. Hari Imam Wahyudi mengajak 40 audiens yang hadir langsung di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar untuk mau belajar, mencoba sesuatu yang baru, sekaligus menggunakan pola pikir baru. “Mulai menerima sesuatu yang baru dan kita harus berpikir bahwa kita bisa,” tegasnya.

Terkait workshop, Dewi Setyowati, guru Bridge SMA Muhammadiyah 1 Denpasar menjelaskan kegiatan tersebut didanai oleh Pemerintah Australia melalui Lighthouse Partnership Program yang merupakan bagian dari Program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia. “Kerja sama 11 tahun terakhir berjalan dengan baik. Di masa pandemi, kami menggunakan aplikasi zoom. Di masa normal, setiap tahun perwakilan Southern Christian College hadir di SMA Muhammdiyah. Kami menjadi jembatan antara Indonesia dan Australia,” ucapnya sembari menyebut workshop juga dihadiri sejumlah guru dari sekolah lain.

“Mereka hadir untuk berbagi wawasan bersama kami di SMA Muhammadiyah 1 Denpasar. Intinya, di saat pandemi, guru harus tetap semangat mengajar dan mendidik siswa. Tidak ada alasan guru gaptek. Tidak ada alasan tidak bisa, kalau tidak bisa harus terus dicoba, coba, coba, sampai bisa,” ungkap Dewi Setyowati mengambil hikmah dari workshop yang digelar. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/