Tak hanya sopir, orang tua siswa juga sangat merasakan manfaat angkutan gratis untuk pelajar. Terutama wali murid yang harus kerja pagi dan rumahnya jauh dari sekolah. Namun, belakangan beredar bakal ada evaluasi. Orang tua berharap pemerintah mempertahankan program angkutan gratis siswa saat pembelajaran tatap muka (PTM) kembali digelar. Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Radar Bali, Maulana Sandijaya dengan Ni Nyoman Remiasih, salah satu wali murid siswa SMPN 3 Tabanan.
Menurut Anda, apakah keberadaan kendaraan angkutan gratis ini cukup populer dan dicintai masyarakat?
Sangat-sangat dibutuhkan masyarakat. Terutama wali murid. Di grup WA sekolah anak tiyang (saya), hampir semua orang tua berharap angkutan gratis ini terus ada. Kami jujur ini, angkutan ini sangat membantu kami para orangtua.
Manfaat apa yang bisa Anda rasakan dari angkutan gratis ini?
Saya ini ibu rumah tangga yang punya bayi. Anak saya yang besar sekolah SMP kelas IX, sekolahnya jauh dari rumah. Suami saya kerja di travel Denpasar, jadi pagi-pagi sudah harus berangkat kerja. Dengan angkutan gratis ini, saya tidak perlu repot-repot mengantar dan jemput anak sampai sekolah. Kan tidak mungkin juga kami membiarkan anak kami naik sepeda motor ke sekolah. Selain bahaya, anak-anak kami masih di bawah umur.
Apakah anak Anda juga merasakan manfaat angkutan tersebut?
Tidak anak saya saja, teman-teman anak saya juga sangat setuju kalau angkutan gratis ini dipertahankan, karena memang bermanfaat. Anak-anak sangat suka karena bisa akrab dengan teman di luar kelasnya.
Misalnya anak saya kelas IX, karena naik angkot akhirnya kenal dengan kelas IX lain yang rumahnya ada di lingkungan perumahan. Jadi, sangat bagus untuk sosialisasi anak-anak. Selain itu, anak-anak juga jadi aktif karena mereka bisa bertemu teman-temannya di dalam angkot.
Berarti, Anda setuju jika program ini dihidupkan lagi saat PTM dimulai?
Ya, tiyang sangat setuju. Tidak hanya tyang, wali murid yang rumahnya jauh dari sekolah juga sama. Sudah sering dibahas kok di group WA sekolah anak saya. Orang tua mengusulkan agar angkutan gratis ini tetap ada.
Selama ini, apakah titik jemput terjangkau dengan rumah Anda?
Titik jemput sekitar 100 meteran dari rumah saya. Anak saya bisa jalan kaki menunggu jemputan angkot. Kadang pulang juga jalan kaki dari titik jemput. Tapi, kalau besok ditiadakan, kami orang tua ini yang kerepotan. Apalagi di masa pandemi sekarang, kami orang tua harus berjuang untuk mencari rezeki.
Kalau seandainya program angkutan untuk siswa ini tetap ada dengan subsidi pemerintah, tapi orang tua harus membayar sebagian, apakah mau?
Kalau bisa sih tetap digratiskan. Tapi, kalaupun bayar sebagian karena disubsidi pemerintah, kami tidak apa-apa. Hitung-hitung untuk membantu para sopir.
Cuma kami usul titik jemput atau mengantarnya tidak jauh dari perumahan. Kalau terlalu jauh, sama saja kami mengantar anak ke sekolah. Ya, tolong diatur biar sama-sama jalan. Orangtua tidak keberatan, sopir angkot juga terbantu. (Habis)