25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:13 AM WIB

Bus Sekolah di Denpasar Tak Lagi Gratis,Siswa Harus Bayar Pakai Sampah

DENPASAR –  Meniru sistem Pemerintah Kota Surabaya, jika ingin naik bus umum yang bernama Suroboyo Bus, penumpang cukup membayar dengan sampah plastik.

Kini, Kota Denpasar bakal menerapkan hal sama. Tapi, sementara diberlakukan untuk bus sekolah bukan bus umum.  

Hal ini untuk mendukung  Perwali Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik di Kota Denpasar yang secara resmi telah berlaku sejak 1 Januari lalu. 

Targetnya mulai akhir Januari sembari meluncurkan dua bus sekolah yang baru. Kepala UPT Pelayanan Transportasi Darat Dinas Perhubungan Kota Denpasar

Dewa Ketut Adi Pradnyana menyatakan, langkah ini ditempuh untuk mengurangi sampah plastik  dari anak-anak sekolah. Untuk minggu ini baru dilakukan  sosialisasi kepada orang tua. 

“Tujuan kami mulia, untuk masyarakat semua. Pencemaran lingkungan berat dari sampah plastik,” ucap Dewa Ketut Adi Pradnyana.

Untuk teknisnya, anak-anak diberikan tiga opsi, membawa satu botol sekali tanggung naik bus. Jadi memberikan dua botol saat pergi sekolah dan pulang sekolah.

Kemudian opsi kedua, mereka menyetor ke bank sampah. Dan ketiga ditukar dengan  sampah plastik  basah dan lainnya yang diterima oleh bank sampah.

Tidak hanya itu, adanya keringanan bagi orang tua siswa yang ikut bank sampah. Jadi, kalau di dalam satu keluarganya sudah ikut bank sampah, anaknya  tidak diwajibkan membawa sampah plastik.

Jumlah anak-anak yang menjadi penumpang bus sekolah saat ini 561 orang dengan rute Denpasar Utara dan Denpasar Timur.

Dan, itu akan bertambah karena ada penambahan dua armada bus besar yang kapasitasnya 40 orang. Jadi, akan ada tambahan 80 orang.  

Untuk jumlah bus ada 6 bus kecil dan dua bus besar yang akan segera di launching. Dewa Adi pun mengungkapkan  untuk sanksi bagi anak yang tidak mematuhi, anak-anak tidak boleh lagi ikut bus sekolah. 

Jadi, itu sebuah kewajiban  dan ia berharap orang tua memahami karena ini adalah aturan yang sangat mendidik.   

“Kalau botol selama satu bulan kurang lebih 30 botol. Kalau botol yang sesuai yang kami sampaikan itu. Opsi ketiga sampah basah dan lainnya.

Diuangkan nilai sebesar Rp 5.000  disetor ke bank sampah. Sampah apa saja boleh. Ini bersinergi dengan DLHK merancang 1 kk satu bank sampah,” ucapnya.

Dewa Adi mengklaim, sistem ini adalah satu-satunya di Indonesia yang diterapkan untuk bus sekolah. Mungkin untuk bus umum,  sudah sukses diterapkan oleh Pemkot Surabaya.

“ Sebenarnya bus sekolah belum ada kami memodifikasi kota lain. Bus sekolah ada di seluruh Indonesia. Di Surabaya ada Suroboyo Bus. Itu bus umum berbayar plastik bukan bus sekolah,” pungkasnya. 

DENPASAR –  Meniru sistem Pemerintah Kota Surabaya, jika ingin naik bus umum yang bernama Suroboyo Bus, penumpang cukup membayar dengan sampah plastik.

Kini, Kota Denpasar bakal menerapkan hal sama. Tapi, sementara diberlakukan untuk bus sekolah bukan bus umum.  

Hal ini untuk mendukung  Perwali Nomor 36 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik di Kota Denpasar yang secara resmi telah berlaku sejak 1 Januari lalu. 

Targetnya mulai akhir Januari sembari meluncurkan dua bus sekolah yang baru. Kepala UPT Pelayanan Transportasi Darat Dinas Perhubungan Kota Denpasar

Dewa Ketut Adi Pradnyana menyatakan, langkah ini ditempuh untuk mengurangi sampah plastik  dari anak-anak sekolah. Untuk minggu ini baru dilakukan  sosialisasi kepada orang tua. 

“Tujuan kami mulia, untuk masyarakat semua. Pencemaran lingkungan berat dari sampah plastik,” ucap Dewa Ketut Adi Pradnyana.

Untuk teknisnya, anak-anak diberikan tiga opsi, membawa satu botol sekali tanggung naik bus. Jadi memberikan dua botol saat pergi sekolah dan pulang sekolah.

Kemudian opsi kedua, mereka menyetor ke bank sampah. Dan ketiga ditukar dengan  sampah plastik  basah dan lainnya yang diterima oleh bank sampah.

Tidak hanya itu, adanya keringanan bagi orang tua siswa yang ikut bank sampah. Jadi, kalau di dalam satu keluarganya sudah ikut bank sampah, anaknya  tidak diwajibkan membawa sampah plastik.

Jumlah anak-anak yang menjadi penumpang bus sekolah saat ini 561 orang dengan rute Denpasar Utara dan Denpasar Timur.

Dan, itu akan bertambah karena ada penambahan dua armada bus besar yang kapasitasnya 40 orang. Jadi, akan ada tambahan 80 orang.  

Untuk jumlah bus ada 6 bus kecil dan dua bus besar yang akan segera di launching. Dewa Adi pun mengungkapkan  untuk sanksi bagi anak yang tidak mematuhi, anak-anak tidak boleh lagi ikut bus sekolah. 

Jadi, itu sebuah kewajiban  dan ia berharap orang tua memahami karena ini adalah aturan yang sangat mendidik.   

“Kalau botol selama satu bulan kurang lebih 30 botol. Kalau botol yang sesuai yang kami sampaikan itu. Opsi ketiga sampah basah dan lainnya.

Diuangkan nilai sebesar Rp 5.000  disetor ke bank sampah. Sampah apa saja boleh. Ini bersinergi dengan DLHK merancang 1 kk satu bank sampah,” ucapnya.

Dewa Adi mengklaim, sistem ini adalah satu-satunya di Indonesia yang diterapkan untuk bus sekolah. Mungkin untuk bus umum,  sudah sukses diterapkan oleh Pemkot Surabaya.

“ Sebenarnya bus sekolah belum ada kami memodifikasi kota lain. Bus sekolah ada di seluruh Indonesia. Di Surabaya ada Suroboyo Bus. Itu bus umum berbayar plastik bukan bus sekolah,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/