DENPASAR – Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengimbau agar pihak pengelola hotel tidak melakukan aktivitas yang mengganggu keheningan Hari Raya Nyepi.
“Jangan membuat pesta, mereka juga harus menghargai Umat Hindu yang melaksanakan Catur Bratha Penyepian,” kata Pastika.
Merespons paket promo sejumlah hotel di Bali selama periode Nyepi (16-18 Maret) 2018. Pastika berharap pihak hotel menjual ‘sepi’. Bukan justru sebaliknya, hura-hura.
“Kan amati lelungan, lelanguan. Yang paling saya imbau hotel-hotel supaya menghormati tradisi, budaya, dan agama ini.
Sehingga jangan justru hotel berhura-hura. Musiknya keras-keras. Kasih tahulah kepada para tamu untuk menikmati suasana sepi ini,” ucapnya.
Pastika mengkritik kebiasaan sejumlah oknum masyarakat Bali yang justru menghindari Nyepi dengan menginap ke hotel.
“Saya minta dengan hormat kepada hotel- hotel untuk menyesuaikan dirilah. Silakan jual paket Nyepi, tapi jangan bikin hura-hura. Juallah sepinya itu,” ulangnya.
Pastika menyebut paket hura-hura dan pesta sebelumnya terjadi. Namun tidak disebut dengan gamblang hotel dimaksud.
“Kan itu yang terjadi selama ini. Saya minta jangan lagi,” pungkas mantan Kapolda Bali tersebut. Agar tak terulang, Pastika meminta Desa Pakraman melakukan pengawasan.
“Saya tidak boleh keliling-keliling. Satpol PP pun tidak. Yang boleh mengawasi ya Desa Pakraman,” jelasnya.
Pastika berharap pihak hotel sadar karena yang mereka jual adalah nama Bali. Oleh karena itu, pihak hotel harus menghormati tradisi, budaya, dan agama Hindu Bali.
“Jangan justru merusak itu. Nanti jualannya malah nggak laku,” tandasnya sembari menyebut Nyepi harus dihormati karena tak ada di belahan dunia manapun.
“Alangkah indahnya kalau semua ikut Nyepi. Termasuk hotel-hotel,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi General Manajer Hotel Indonesia (IHGMA) Bali Nyoman Astama menyebut paket menginap Nyepi mampu mendongkrak tingkat hunian 10-20 persen.