26.7 C
Jakarta
25 November 2024, 5:11 AM WIB

Waspada, Kata Ahli Penyakit TBC Tak Kalah Serius dengan Covid-19

DENPASAR – Kasus Tuberculosis (TBC) tidak boleh dilupakan. Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Ir. Arifin Panigoro menjelaskan bahwa tantangan penyakit TBC

yang telah didapati Indonesia sejak lama dan sekarang ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, membuat semua pihak harus bekerja sama dengan keras untuk mengatasi potensi penularannya.

Terlebih penyakit TBC juga tidak boleh digampangkan karena jumlah penderitanya tidak sedikit. “Sebelum ada Covid-19, penyakit TBC ini sudah serius di Indonesia.

Masalah TBC ini besar tetapi atensi dari siapapun, dari pemerintah dan masyarakat dianggap ini penyakit lama yang sudah selesai,” ungkap Arifin.

Menurut Arifin, permasalahan utama setelah adanya Covid-19 adalah pemerintah kini berpusat kepada pengendalian Covid-19.

Padahal, tanpa adanya Covid-19, temuan kasus TBC sudah terbatas. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, pengendalian TBC menjadi terbengkalai di semua tahapannya.

“Logis, karena kita semua ini fokus perhatian kita terambil oleh Covid-19, meskipun semua merasa TBC itu serius tapi priority saat ini adalah Covid-19,” tambah Arifin.

Arifin juga menegaskan bahwa partisipasi masayrakat sangat diperlukan dalam menekan potensi penularan Covid-19 maupun TBC itu sendiri serta semua pihak harus

bekerja lebih keras dalam penanganan Covid-19 yang masih berlangsung saat ini namun ada pekerjaan yang belum selesai terkait penanganan TBC.

“Untuk penyakit yang cakupannya luas seperti saat ini, pastisipasi masyarakat sangat diperlukan. Kita harus bersama-sama. Partisipasi semua pihak sangat penting.

Kita harus siap untuk bekerja ekstra keras untuk menangani penanganan pandemi Covid-19 tanpa melupakan potensi bahaya TBC yang juga masih terjadi di Indonesia,” tegas Arifin.

Sejalan dengan Arifin, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes juga kembali menegaskan

bahwa pelayanan TBC tidak bisa berhenti dan protokol kesehatan harus tetap dipatuhi, sehingga pelayanan TBC tetap berjalan dengan baik sekaligus pencegahan Covid-19 juga dapat dilakukan.

Pelayanan bagi pasien TBC juga dapat dilakukan secara daring melalui sistem Go-Drug sehingga tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan obat TBC.

“Semua pelayanan bagi pasien TBC tidak bisa berhenti, kalau pun harus ke layanan kesehatan maka protokol kesehatan tetap dijalankan dan dipatuhi.

Bagi pasien TBC juga jangan putus obat. Para pasien TBC dapat mengakses obat dengan melalui Go-Drug atau mitra lainnya yang menyediakan obat TBC,” tutupnya. 

DENPASAR – Kasus Tuberculosis (TBC) tidak boleh dilupakan. Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Ir. Arifin Panigoro menjelaskan bahwa tantangan penyakit TBC

yang telah didapati Indonesia sejak lama dan sekarang ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, membuat semua pihak harus bekerja sama dengan keras untuk mengatasi potensi penularannya.

Terlebih penyakit TBC juga tidak boleh digampangkan karena jumlah penderitanya tidak sedikit. “Sebelum ada Covid-19, penyakit TBC ini sudah serius di Indonesia.

Masalah TBC ini besar tetapi atensi dari siapapun, dari pemerintah dan masyarakat dianggap ini penyakit lama yang sudah selesai,” ungkap Arifin.

Menurut Arifin, permasalahan utama setelah adanya Covid-19 adalah pemerintah kini berpusat kepada pengendalian Covid-19.

Padahal, tanpa adanya Covid-19, temuan kasus TBC sudah terbatas. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19, pengendalian TBC menjadi terbengkalai di semua tahapannya.

“Logis, karena kita semua ini fokus perhatian kita terambil oleh Covid-19, meskipun semua merasa TBC itu serius tapi priority saat ini adalah Covid-19,” tambah Arifin.

Arifin juga menegaskan bahwa partisipasi masayrakat sangat diperlukan dalam menekan potensi penularan Covid-19 maupun TBC itu sendiri serta semua pihak harus

bekerja lebih keras dalam penanganan Covid-19 yang masih berlangsung saat ini namun ada pekerjaan yang belum selesai terkait penanganan TBC.

“Untuk penyakit yang cakupannya luas seperti saat ini, pastisipasi masyarakat sangat diperlukan. Kita harus bersama-sama. Partisipasi semua pihak sangat penting.

Kita harus siap untuk bekerja ekstra keras untuk menangani penanganan pandemi Covid-19 tanpa melupakan potensi bahaya TBC yang juga masih terjadi di Indonesia,” tegas Arifin.

Sejalan dengan Arifin, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes juga kembali menegaskan

bahwa pelayanan TBC tidak bisa berhenti dan protokol kesehatan harus tetap dipatuhi, sehingga pelayanan TBC tetap berjalan dengan baik sekaligus pencegahan Covid-19 juga dapat dilakukan.

Pelayanan bagi pasien TBC juga dapat dilakukan secara daring melalui sistem Go-Drug sehingga tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan obat TBC.

“Semua pelayanan bagi pasien TBC tidak bisa berhenti, kalau pun harus ke layanan kesehatan maka protokol kesehatan tetap dijalankan dan dipatuhi.

Bagi pasien TBC juga jangan putus obat. Para pasien TBC dapat mengakses obat dengan melalui Go-Drug atau mitra lainnya yang menyediakan obat TBC,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/