DENPASAR – Banner berukuran 4×4 meter yang bertuliskan tolak pembangunan terminal gas alam cair (liquified natural gas/LNG) di kawasan mangrove dibentangkan di tengah laut, tepat di proyek pengerukan untuk jalur kapal pada Sabtu (9/7/2022).
Ode Sukmadiputra menerangkan, aksi pembentangan banner ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap rencana pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove yang akan melakukan pengerukan di perairan Sanur atau Selat Badung, yang pastinya akan menimbulkan dampak buruk bagi perairan Sanur.
“Apabila pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove yang juga dibarengi dengan pengerukan untuk alur kapal tersebut terjadi, maka akan dipastikan lingkungan perairan kami akan rusak,” ujarnya sambari mengatakan perairan Sanur acapkali digunakan untuk acara kreatif oleh komunitas surfing atau peselancar.
Hal senada juga dikatakan oleh I Gusti Bagus Antara selaku Koordinator Denpasar series yang juga ikut dalam aksi ini. Dikatakan, acara ini didedikasikan untuk melestarikan dan menyelamatkan terumbu karang yang merupakan ekositem laut yang memiliki fungsi penting dalam menjaga kualitas lingkungan.
Ia menegaskan pengerukan yang akan dilakukan dalam pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove pasti akan berdampak buruk terhadap keberadaan terumbu karang, terlebih yang akan terkena pengerukan menurut riset KEKAL Bali, Frontier Bali dan WALHI Bali berjumlah 5 hektaran.
“Kami tentu sangat menolak sebab pengerukan tersebut akan merusak terumbu karang dan berpengaruh secara signifikan nasib kami yang selama ini beraktivitas di pesisir,” tegasnya.
Sebelumnya, sebagian besar masyarakat Intaran Sanur yang menggantungkan kehidupannya di pesisir menggelar doa bersama sebagai bentuk penolakan.
“Jadi lingkungan laut serta pesisir harus senantiasa kita jaga, salah satunya dari proyek yang merusak lingkungan seperti pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove,” pungkasnya.
Reporter: I Wayan Widyantara
DENPASAR – Banner berukuran 4×4 meter yang bertuliskan tolak pembangunan terminal gas alam cair (liquified natural gas/LNG) di kawasan mangrove dibentangkan di tengah laut, tepat di proyek pengerukan untuk jalur kapal pada Sabtu (9/7/2022).
Ode Sukmadiputra menerangkan, aksi pembentangan banner ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap rencana pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove yang akan melakukan pengerukan di perairan Sanur atau Selat Badung, yang pastinya akan menimbulkan dampak buruk bagi perairan Sanur.
“Apabila pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove yang juga dibarengi dengan pengerukan untuk alur kapal tersebut terjadi, maka akan dipastikan lingkungan perairan kami akan rusak,” ujarnya sambari mengatakan perairan Sanur acapkali digunakan untuk acara kreatif oleh komunitas surfing atau peselancar.
Hal senada juga dikatakan oleh I Gusti Bagus Antara selaku Koordinator Denpasar series yang juga ikut dalam aksi ini. Dikatakan, acara ini didedikasikan untuk melestarikan dan menyelamatkan terumbu karang yang merupakan ekositem laut yang memiliki fungsi penting dalam menjaga kualitas lingkungan.
Ia menegaskan pengerukan yang akan dilakukan dalam pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove pasti akan berdampak buruk terhadap keberadaan terumbu karang, terlebih yang akan terkena pengerukan menurut riset KEKAL Bali, Frontier Bali dan WALHI Bali berjumlah 5 hektaran.
“Kami tentu sangat menolak sebab pengerukan tersebut akan merusak terumbu karang dan berpengaruh secara signifikan nasib kami yang selama ini beraktivitas di pesisir,” tegasnya.
Sebelumnya, sebagian besar masyarakat Intaran Sanur yang menggantungkan kehidupannya di pesisir menggelar doa bersama sebagai bentuk penolakan.
“Jadi lingkungan laut serta pesisir harus senantiasa kita jaga, salah satunya dari proyek yang merusak lingkungan seperti pembangunan terminal LNG di kawasan mangrove,” pungkasnya.
Reporter: I Wayan Widyantara