DENPASAR – Hari pertama berbaju adat dan mebasa Bali yang dimulai Kamis (11/10) kemarin membuat suasana kerja di sejumlah instansi berbeda dari biasanya.
Bagi mereka yang baru pertama memakai baju adat Bali, tentu cukup berkesan. Seperti yang dialami para pengadil atau hakim di PN Denpasar.
Selama persidangan mereka mengenakan baju adat Bali. Hakim Angeliky Handajani Day, 49, dan Novita Riama, 45, tampak canggung saat menuruni anak tangga lantai dua ruangan khusus hakim.
Memakai setalan toga khusus hakim dengan bawahan kamen membuat mereka terlihat sedikit kesulitan berjalan. Bahkan, Angeliky beberapa kali terlihat mengangkat kamennya.
Agaknya mereka memang belum terbiasa memakai kebaya. Maklum, Angeliky dan Novita bukan asli Bali.
Untuk diketahui, Angeliky lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, sedangkan Novita lahir di Jakarta. Meski agak sulit melangkahkan kaki, namun keduanya tampak anggun dengan balutan kebaya.
Apalagi, Angeliky memasang bunga di telinganya. “Bagaimana cocok nggak?” kata Angeliky pada awak media.
“Bawaannya pingin tak angkat saja,” seloroh Angeliky sambil sedikit mengangkat kamen yang dikenakan. Sementara Novita hanya tersenyum.
Sementara Ketua PN Denpasar, H. Amin Ismanto justru terlihat gagah dengan baju adat madya Bali perpaduan warna hitam dan merah.
Itu ditambah dengan udeng yang dikenakan Amin model udeng tinggi. “Lihat Pak Ketua (PN) mirip raja Bali,” celetuk salah satu awak media.
Amin mengatakan, pemakaian busana adat Bali ini sebagai tindak lanjut dari penerapan Perda Provinsi Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
Pihaknya sudah koordinasi dengan pimpinan di Pengadilan Tinggi Bali. “Jadi, setiap Kamis imbauannya seperti ini. Mengenakan busana adat,” kata Amin.
Amin sendiri mengaku senang dengan pemakaian busana adat Bali. Karenanya, pada hari pertama penggunaan pakaian adat, hampir sebagian besar hakim sampai dengan staf PN Denpasar terlihat menjalankan ketentuan perda tersebut.
“Saya dari dulu punya prinsip, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Tadi saya ke pengadilan tinggi juga begini. Semuanya juga pakai (busana adat),” tegas hakim kelahiran Semarang, Jawa Tengah, ini.
Yang menarik, Amin sendiri mengaku sebelumnya sudah menyiapkan pakaian adat Bali sejak jauh hari. Bahkan, dia juga sudah menyempatkan diri belajar cara mengenakannya.
Amin banyak belajar dari sopir pribadinya yang asli Bali. “Saya belajarnya sama sopir saya sendiri. Kalaupun tidak, ya saya lihat-lihat tutorialnya di Youtube,” tukasnya
Menurut dia, busana adat yang dimaksud sebetulnya tidak harus pakaian adat Bali. Terutama dalam kerangka Kebhinekaan.
Mungkin yang dari Jawa akan mengenakan pakaian adat Jawa. “Mungkin suatu saat, karena asaya dari Jawa saya akan pakai blankon,” ungkapnya.
Ditambahkan, penggunaan toga yang sudah menjadi aturan tidak tertutup pakaian adat. “Kalau sidang syaratnya memang harus pakai toga.
Tapi kan tidak ketutupan. Walaupun pakai udeng, toga masih terlihat,” imbuhnya.