28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 6:23 AM WIB

Musim Hujan Tidak Bersamaan, BMKG Ungkap Alasan Udara Malam Hari Gerah

DENPASAR – Hujan yang dirindukan masyarakat Bali akhirnya datang. Kemarin, hujan lebat mengguyur sejumlah kabupaten/kota di Bali.

Meski durasinya tidak lama, namun cukup membuat udara Bali kembali segar; tidak panas, dan gerah seperti hari-hari sebelumnya.

Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar Luh Eka Arisanti menjelaskan, suhu tinggi yang terjadi di wilayah Bali disebabkan  karena posisi matahari yang masih berada di wilayah belahan bumi selatan.

Di mana energi atau sinar matahari yang diterima menjadi lebih banyak daripada di belahan bumi utara.

Sesuai dengan sifat material di mana daratan lebih cepat menyerap dan melepas panas, maka di siang hari penyinaran matahari yang diserap daratan menjadi lebih tinggi. 

“Sedangkan sifat lautan yang lambat menyerap panas, maka pada malam hari lautan akan melepaskan panas yang diterimanya ke atmosfer. Itulah mengapa pada malam hari udara terasa gerah atau panas,” kata Arisanti.

Secara umum masuknya musim penghujan di wilayah Bali memang tidak selalu sama. Dijelaskan, hal ini terjadi karena kondisi geografis tiap wilayah yang berbeda-beda.

Wilayah Bali bagian tengah seperti Tabanan, Badung dan Gianyar bagian utara akan lebih dahulu memasuki musim penghujan.

Baru diikuti oleh wilayah lainnya. Sedangkan yang terakhir memasuki musim penghujan adalah Nusa Penida dan Buleleng bagian barat. 

Musim hujan secara umum di Indonesia dan khususnya wilayah Bali mengalami keterlambatan.

Terlambatnya musim hujan di wilayah Indonesia termasuk Bali disebabkan Angin Timuran masih dominan, di mana massa udara kering dari benua Australia masih mempengaruhi wilayah Bali.

Kemudian, adanya Fenomena DM (Dipole Mode) positif yaitu anomali Suhu Muka Laut Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya

di mana temperatur air laut di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat mengalami peningkatan dibandingkan

di sebelah barat Sumatera, sehingga aliran massa udara basah bergeser menuju pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat.

Sementara itu, peluang hujan 11- 20 Desember di Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sukasada, Sawan, Kubutambahan, Banjar, Busungbiu, Tejakula, Buleleng, Pupuan,  Penebel, Selemadeg, Baturiti,

Marga, Kuta Selatan, Kuta, Petang, Payangan, Tegalalang, Tampak siring, Susut, Kintamani, Bangli, Tembuku, Rendang, Selat, Kubu, dan Bebandem.

DENPASAR – Hujan yang dirindukan masyarakat Bali akhirnya datang. Kemarin, hujan lebat mengguyur sejumlah kabupaten/kota di Bali.

Meski durasinya tidak lama, namun cukup membuat udara Bali kembali segar; tidak panas, dan gerah seperti hari-hari sebelumnya.

Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar Luh Eka Arisanti menjelaskan, suhu tinggi yang terjadi di wilayah Bali disebabkan  karena posisi matahari yang masih berada di wilayah belahan bumi selatan.

Di mana energi atau sinar matahari yang diterima menjadi lebih banyak daripada di belahan bumi utara.

Sesuai dengan sifat material di mana daratan lebih cepat menyerap dan melepas panas, maka di siang hari penyinaran matahari yang diserap daratan menjadi lebih tinggi. 

“Sedangkan sifat lautan yang lambat menyerap panas, maka pada malam hari lautan akan melepaskan panas yang diterimanya ke atmosfer. Itulah mengapa pada malam hari udara terasa gerah atau panas,” kata Arisanti.

Secara umum masuknya musim penghujan di wilayah Bali memang tidak selalu sama. Dijelaskan, hal ini terjadi karena kondisi geografis tiap wilayah yang berbeda-beda.

Wilayah Bali bagian tengah seperti Tabanan, Badung dan Gianyar bagian utara akan lebih dahulu memasuki musim penghujan.

Baru diikuti oleh wilayah lainnya. Sedangkan yang terakhir memasuki musim penghujan adalah Nusa Penida dan Buleleng bagian barat. 

Musim hujan secara umum di Indonesia dan khususnya wilayah Bali mengalami keterlambatan.

Terlambatnya musim hujan di wilayah Indonesia termasuk Bali disebabkan Angin Timuran masih dominan, di mana massa udara kering dari benua Australia masih mempengaruhi wilayah Bali.

Kemudian, adanya Fenomena DM (Dipole Mode) positif yaitu anomali Suhu Muka Laut Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya

di mana temperatur air laut di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat mengalami peningkatan dibandingkan

di sebelah barat Sumatera, sehingga aliran massa udara basah bergeser menuju pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat.

Sementara itu, peluang hujan 11- 20 Desember di Jembrana, Mendoyo, Pekutatan, Sukasada, Sawan, Kubutambahan, Banjar, Busungbiu, Tejakula, Buleleng, Pupuan,  Penebel, Selemadeg, Baturiti,

Marga, Kuta Selatan, Kuta, Petang, Payangan, Tegalalang, Tampak siring, Susut, Kintamani, Bangli, Tembuku, Rendang, Selat, Kubu, dan Bebandem.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/