28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:36 AM WIB

Penegak Hukum Harus Libatkan Psikolog atau Psikiater

DENPASAR – Lingkungan remaja berpengaruh pada perilakunya, sikapnya dan moral hidupnya. Yakni lingkungan sosial di mana remaja tinggal, lingkungan pembelajaran dalam keluarganya, dan faktor ekonomi yang mendukung untuk membelikan sepeda motor yang memiliki kapasitas kecepatan untuk tujuan kebut-kebutan. Bahkan ada kebiasaan kecenderungan untuk memperlakukan anak laki-laki lebih dimanjakan daripada anak perempuan. 

“Kita sebaiknya memerlukan cara pandang yang lebih sensitif untuk melakukan support pembelajaran perilaku dan nilai hidup untuk memberi ruang kebaikkan nilai hidup hadir sebagai kebiasaan baik dalam keluarga dan atau masyarakat,” katanya.

Lebih lanjut dia membeberkan, interaksi antara karakter individu merupakan hasil yang dipelajari dari keluarga, dan lingkungan sosial remaja. Hal ini secara signifikan memengaruhi pensifatan remaja dalam peningkatan agresifitas perilaku dan perilaku yang mengarah pada kekerasan.

“Inilah proses hasil dari relasi beberapa faktor dalam perkembangan hidup remaja yang harusnya kita pahami sebagai orang tua, leader masyarakat dan penegak hukum, sehingga diharapkan saat melakukan penertiban pada remaja yang diciduk dalam perbuatan pelanggaran kenakalan, kita juga  perlu mempertimbangkan dan melibatkan ahli prilaku, bisa psikiater ataupun psikolog,” sambungnya.

Mengapa perlu dilakukan pendekatan prilaku pada kasus- kasus kenakalan remaja seperti ini?

“Perlu kita sadari, dalam posisi hukum, remaja masih belum mampu dikenakan sanksi hukum, remaja masih memiliki masa depan untuk mendapatkan kesempatan pembelajaran yang benar dari ahli perilaku. Sehingga sanksi bukan saja dikenakan pada remaja yang nakal, namun sanksi sebaiknya diperlakukan juga pada orang tua remaja,” jawabnya.

Pendekatan sebaiknya ditempuh  para penegak hukum, polisi, ahli hukum serta leader masyarakat untuk melakukan pendekatan pada orang tua dengan dimediasi oleh ahli perilaku baik psikolog atau psikiater.

Lalu apa yang sebenarnya kita pelajari dari kasus kebut-kebutan dalam kenakalan remaja ini?

“Bahwa problem-problem perilaku anak remaja bisa muncul bila pengasuhan secara dini dari orang tua mengalami kegagalan maka mengindikasikan adanya kecenderungan kenakalan anak. Agresivitas  sebelum usia anak belasan tahun yang tidak mampu dikendalikan dengan cara yang tepat oleh orang tua, dalam pola pengasuhan orang tua pada anak diprediksikan oleh ahli perilaku akan mengarah pada kenakalan remaja,” tegasnya.

Caecilia memberikan saran pada keluarga, lakukan yang terbaik untuk usaha mengembangkan relasi ibu dan bapak. Dengan relasi interen ini akan juga menghasilkan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.

“Stress dan konflik dalam keluarga bisa diatasi dalam keluarga bila ada tujuan mencari solusi. Kebahagiaan keluarga merupakan solusi.  Kebahagiaan bukan datang begitu saja pada kita, namun kitalah yang harus mengambil keputusan untuk bahagia,” pungkasnya. (Habis)

DENPASAR – Lingkungan remaja berpengaruh pada perilakunya, sikapnya dan moral hidupnya. Yakni lingkungan sosial di mana remaja tinggal, lingkungan pembelajaran dalam keluarganya, dan faktor ekonomi yang mendukung untuk membelikan sepeda motor yang memiliki kapasitas kecepatan untuk tujuan kebut-kebutan. Bahkan ada kebiasaan kecenderungan untuk memperlakukan anak laki-laki lebih dimanjakan daripada anak perempuan. 

“Kita sebaiknya memerlukan cara pandang yang lebih sensitif untuk melakukan support pembelajaran perilaku dan nilai hidup untuk memberi ruang kebaikkan nilai hidup hadir sebagai kebiasaan baik dalam keluarga dan atau masyarakat,” katanya.

Lebih lanjut dia membeberkan, interaksi antara karakter individu merupakan hasil yang dipelajari dari keluarga, dan lingkungan sosial remaja. Hal ini secara signifikan memengaruhi pensifatan remaja dalam peningkatan agresifitas perilaku dan perilaku yang mengarah pada kekerasan.

“Inilah proses hasil dari relasi beberapa faktor dalam perkembangan hidup remaja yang harusnya kita pahami sebagai orang tua, leader masyarakat dan penegak hukum, sehingga diharapkan saat melakukan penertiban pada remaja yang diciduk dalam perbuatan pelanggaran kenakalan, kita juga  perlu mempertimbangkan dan melibatkan ahli prilaku, bisa psikiater ataupun psikolog,” sambungnya.

Mengapa perlu dilakukan pendekatan prilaku pada kasus- kasus kenakalan remaja seperti ini?

“Perlu kita sadari, dalam posisi hukum, remaja masih belum mampu dikenakan sanksi hukum, remaja masih memiliki masa depan untuk mendapatkan kesempatan pembelajaran yang benar dari ahli perilaku. Sehingga sanksi bukan saja dikenakan pada remaja yang nakal, namun sanksi sebaiknya diperlakukan juga pada orang tua remaja,” jawabnya.

Pendekatan sebaiknya ditempuh  para penegak hukum, polisi, ahli hukum serta leader masyarakat untuk melakukan pendekatan pada orang tua dengan dimediasi oleh ahli perilaku baik psikolog atau psikiater.

Lalu apa yang sebenarnya kita pelajari dari kasus kebut-kebutan dalam kenakalan remaja ini?

“Bahwa problem-problem perilaku anak remaja bisa muncul bila pengasuhan secara dini dari orang tua mengalami kegagalan maka mengindikasikan adanya kecenderungan kenakalan anak. Agresivitas  sebelum usia anak belasan tahun yang tidak mampu dikendalikan dengan cara yang tepat oleh orang tua, dalam pola pengasuhan orang tua pada anak diprediksikan oleh ahli perilaku akan mengarah pada kenakalan remaja,” tegasnya.

Caecilia memberikan saran pada keluarga, lakukan yang terbaik untuk usaha mengembangkan relasi ibu dan bapak. Dengan relasi interen ini akan juga menghasilkan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua.

“Stress dan konflik dalam keluarga bisa diatasi dalam keluarga bila ada tujuan mencari solusi. Kebahagiaan keluarga merupakan solusi.  Kebahagiaan bukan datang begitu saja pada kita, namun kitalah yang harus mengambil keputusan untuk bahagia,” pungkasnya. (Habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/