JAKARTA – Bio Farma sebagai perusahaan milik negara sudah terlibat dalam pengembangan vaksin sejak tahun 1988, untuk penyakit polio.
Perusahaan plat merah ini juga tergabung dalam Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Pandemi (CEPI) dan kini terlibat dalam program COVAX Facility untuk merespon penanganan pandemi COVID-19 di seluruh dunia.
Peran Bio Farma dalam memproduksi vaksin sudah terbukti lewat vaksin polio yang diekspor ke berbagai negara. Indonesia sendiri sudah dinyatakan bebas polio sejak tahun 2014 oleh WHO.
“Bio Farma mengekspor hampir dua pertiga kebutuhan dunia terhadap vaksin OPV atau vaksin polio,” ungkap Dr. Novilia Sjafri Bachtiar,
Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik Bio Farma dalam forum Webinar KPCPEN dengan tema “Pengembangan Vaksin Merah Putih Melindungi Negeri”, Rabu (11/11).
Berdasar pengalaman itu, upaya pengembangan vaksin COVID-19 yang dilakukan Bio Farma tidak diragukan lagi.
Kini, selain bekerjasama dengan CEPI dan Sinovac, Bio Farma juga berkolaborasi dengan Lembaga Eijkman untuk memproduksi vaksin Merah Putih.
“Targetnya bukan hanya memproduksi vaksinnya saja. Tetapi kita juga membangun kapasitas institusi-institusi di Indonesia untuk sanggup menghasilkan vaksin secara mandiri, tidak tergantung vaksin dari luar negeri,” ujar Dr. Novilia.
Optimisme bahwa Bio Farma akan mampu memproduksi vaksin COVID-19 juga disampaikan Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Penanganan COVID-19 Kemenristek, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti.
“Kita tidak kalah, tapi (mungkin) mulainya kita agak lambat sedikit. Tetapi bukan berarti kita tidak kompetitif. Pasti bisa, kita optimis.”, ucapnya bersemangat.
Vaksin Merah Putih diharapkan dapat jadi simbol kemandirian bangsa.