DENPASAR-Miris, sedih, dan ucapan doa dumogi gelis kenak (semoga lekas sembuh).
Begitulah komentar para netizen ketika mendengar cerita Wayan Sutama.
Keluarga sekaligus ayah dari pasien gizi buruk asal Nusa Penida, Klungkung di RSUP Sanglah Denpasar atas nama Putu Dini, 14, ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Buruh pikul di Pasar Semarapura Klungkung, ini mengaku tak lagi mampu bertahan mendampingi putrinya di RS.
Bahkan meski anaknya Dini masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan perlu
penanganan medis dengan perut membuncit dan kakinya kurus kecil, pria yang kini mengaku
tinggal di Jalan Dahlia, Lingkungan Kemoning, Klungkung, ini memilih untuk meminta agar pihak RS memulangkan anaknya.
Bukan karena alasan biaya RS, namun permintaan pulang paksa Sutama agar anaknya dilakukan rawat jalan karena dirinya tak lagi mampu bertahan hidup dengan bekal yang sangat sedikit.
Sutama mengaku, sisa uang bekal miliknya hanya tinggal Rp 78 ribu.
“Untuk biaya perawatan RS seluruhnya ditanggung BPJS.
Tapi untuk beli makan dan kebutuhan lain seperti pampers saya tidak kuat,”ujar Sutama.
Menurut Sutama, sebelum akhirnya memutuskan pulang paksa, ia mengaku bisa bertahan dari kebaikan para penunggu pasien lain dan pegawai.
“Untuk makan sehari-hari saya bisa tahan. Kadang ada yang berbaik hati membelikan nasi.
Ada suster yang baik memberikan baju buat Dini karena waktu itu hanya membawa tiga baju saja,”urainya
Meski merasa bersyukur bertemu orang-orang baik, keputusan Sutama sudah bulat.
Ia tetap memutuskan utk meminta pulang paksa anaknya.
Apalagi kata Sutama, selain soal bekal, ia juga selalu gelisah dan kepikiran dengan kondisi ketiga anaknya di rumah yang kondisinya tak jauh beda dengan Dini.
Ia mengaku, sejak Dini dirujuk dan dirawat inap di RSUP Sanglah, ketiga anaknya tak ada yang mengurus.
Istri Sutama yang dulunya bekerja sebagai buruh pengupas bawang sudah meninggal setahun lalu akibat tersengat listrik.