33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:41 PM WIB

Dibangun Tanpa Uang Negara, Undang Presiden Jokowi Resmikan Patung GWK

MANGUPURA – Terpaan angin kencang dan udara dingin menjadi tantangan yang harus ditaklukkan 200 pekerja proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, Badung.

Meski begitu, mereka tetap semangat. Bahkan, lembur hingga malam hari agar monumen tembaga terbesar di dunia itu bisa selesai pada akhir Juli 2018 ini.

Ada cita-cita besar dari sang arsitek I Nyoman Nuarta, yakni mempersembahkan GWK sebagai kado spesial pada hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-73 pada Agustus nanti.

“GWK ini prosesnya hampir 30 tahun. Sampai saya tua, saya punya cucu baru mau jadi. Tidak sepeserpun kami memakai uang negara.

Ini murni karya swasta. Bukan persembahan seorang Nuarta, tapi kami anak bangsa untuk untuk Indonesia,” kata Nuarta kepada Jawa Pos Radar Bali.

Nuarta berharap GWK bisa menjadi kebanggaan Bali dan Indonesia di mata dunia. “Kami bekerja sebaik mungkin.

Astungkara, umur patung ini panjang minimal 100 tahun bisa bertahan,” papar alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) itu.

Menurut Nuarta, GWK juga sebagai penghargaan kepada para pahlawan bangsa yang telah gugur mendirikan negara Indonesia.

Ini juga membuktikan bahwa masih banyak generasi yang mengisi kemerdekaan dengan hal positif yang membanggakan.

Ditegaskan Nuarta, selesainya pembagunan GWK pantas diperingati dan dihadiahkan untuk Indonesia.

Sebab, patung setinggi 121 meter berdiri di atas 273 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu merupakan bangunan monumental warisan budaya Indonesia setelah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 masehi silam.

“Ini (GWK) contoh orang Indonesia banyak bekerja bukan banyak bicara. Indonesia membangun harmoni dengan siapa saja.

Masih banyak generasi yang peduli terhadap bangsa dengan segala keunikan budaya yang dimiliki,” tutur enam dari sembilan bersaudara itu.

Dilanjutkan Nuarta, acara persembahan itu akan digelar dua tahap pada 4 dan 8 Agustus. Rencananya akan mengundang Presiden Jokowi segenap menteri kabinet kerja.

Sejumlah tokoh nasional dan Bali juga diundang. Dia berharap presiden bisa datang di tengah kesibukan berbagai acara selama Agustus.

“Acaranya kami beri tema “swadharmaning pertiwi” atau persembahan untuk ibu pertiwi,” imbuh pria yang kini menetap di Bandung, Jawa Barat itu.     

Untuk mewujudkan acara tersebut, pada akhir Juli atau paling lambat awal Agustus pengerjaan patung sudah rampung. Meski butuh kerja ekstrakeras untuk mewujudkan target tersebut.

Sebab, kondisi angin kencang dan suhu udara dingin yang melanda belakangan ini sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan para pekerja.

 

MANGUPURA – Terpaan angin kencang dan udara dingin menjadi tantangan yang harus ditaklukkan 200 pekerja proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, Badung.

Meski begitu, mereka tetap semangat. Bahkan, lembur hingga malam hari agar monumen tembaga terbesar di dunia itu bisa selesai pada akhir Juli 2018 ini.

Ada cita-cita besar dari sang arsitek I Nyoman Nuarta, yakni mempersembahkan GWK sebagai kado spesial pada hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke-73 pada Agustus nanti.

“GWK ini prosesnya hampir 30 tahun. Sampai saya tua, saya punya cucu baru mau jadi. Tidak sepeserpun kami memakai uang negara.

Ini murni karya swasta. Bukan persembahan seorang Nuarta, tapi kami anak bangsa untuk untuk Indonesia,” kata Nuarta kepada Jawa Pos Radar Bali.

Nuarta berharap GWK bisa menjadi kebanggaan Bali dan Indonesia di mata dunia. “Kami bekerja sebaik mungkin.

Astungkara, umur patung ini panjang minimal 100 tahun bisa bertahan,” papar alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) itu.

Menurut Nuarta, GWK juga sebagai penghargaan kepada para pahlawan bangsa yang telah gugur mendirikan negara Indonesia.

Ini juga membuktikan bahwa masih banyak generasi yang mengisi kemerdekaan dengan hal positif yang membanggakan.

Ditegaskan Nuarta, selesainya pembagunan GWK pantas diperingati dan dihadiahkan untuk Indonesia.

Sebab, patung setinggi 121 meter berdiri di atas 273 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu merupakan bangunan monumental warisan budaya Indonesia setelah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 masehi silam.

“Ini (GWK) contoh orang Indonesia banyak bekerja bukan banyak bicara. Indonesia membangun harmoni dengan siapa saja.

Masih banyak generasi yang peduli terhadap bangsa dengan segala keunikan budaya yang dimiliki,” tutur enam dari sembilan bersaudara itu.

Dilanjutkan Nuarta, acara persembahan itu akan digelar dua tahap pada 4 dan 8 Agustus. Rencananya akan mengundang Presiden Jokowi segenap menteri kabinet kerja.

Sejumlah tokoh nasional dan Bali juga diundang. Dia berharap presiden bisa datang di tengah kesibukan berbagai acara selama Agustus.

“Acaranya kami beri tema “swadharmaning pertiwi” atau persembahan untuk ibu pertiwi,” imbuh pria yang kini menetap di Bandung, Jawa Barat itu.     

Untuk mewujudkan acara tersebut, pada akhir Juli atau paling lambat awal Agustus pengerjaan patung sudah rampung. Meski butuh kerja ekstrakeras untuk mewujudkan target tersebut.

Sebab, kondisi angin kencang dan suhu udara dingin yang melanda belakangan ini sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan para pekerja.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/