32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:35 PM WIB

Gubernur Pastika Tuding Media Asing Pemicu Pariwisata Lesu

DENPASAR – Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk kali kedua memberikan penjelasan langsung kepada seluruh Konsul Jenderal (Konjen) negara asing terkait status Gunung Agung.

Tak perlu khawatir adalah kalimat yang berulangkali disebut Pastika dalam rapat khusus mulai pukul 12.21 di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Jumat (15/12) kemarin.

Alasan mendasar seruan tersebut adalah taksiran ilmiah bahwa hanya 22 dari 78 desa yang terdampak erupsi Gunung Agung.

“Bali aman dikunjungi. Yang tidak boleh dikunjungi hanya radius 8 km dari puncak gunung. Status awas hanya segitu.

Bukan seluruh Bali. Seringkali orang menyangka bahwa seluruh Bali dalam level 4 (awas). Selebihnya aman,” ucapnya.

Bahkan, ucap Pastika di 22 desa terdampak itu pun tidak sepenuhnya bahaya. Ada beberapa dusun yang aman. “Hal ini yang perlu disebarkan ke seluruh dunia agar orang tidak ragu-ragu datang ke Bali!” serunya.

Di hadapan 34 Konjen negara asing, Pastika menegaskan pemberitaan terkait aktivitas Gunung Agung banyak yang tak sesuai dengan kenyataan.

Hal tersebut terutama disebabkan oleh tidak adanya padanan kata yang pas untuk menjelaskan beberapa fenomena alam dalam bahasa asing.

“Ada beberapa istilah yang dalam bahasa Inggris jadi seram. Contoh kegempaan dalam dan kegempaan luar. Padahal itu bukan gempa, hanya getaran-gerakan dalam gunung.

Celaka tak ada istilah lain untuk mengganti istilah itu,” ungkapnya. Untuk istilah lain, Pastika mengambil contohnya letusan yang semuanya dipukul rata dengan erupsi.

Termasuk terjemahan untuk kata pengungsi yang dalam pandangan Pastika memiliki makna sama dengan pengungsi Rohingnya.

“Padahal, mereka bawa sepeda motor merk terbaru, mobil bagus. Anak-anak juga main HP terbaru di pengungsian,” jelasnya.

Pemberitaan di media, terutama media asing akhirnya tak menggambarkan kenyataan lantaran beberapa istilah yang kurang pas.

“Mungkin karena padanan bahasa yang kurang pas. Seperti kegempaan. Itu mengacu pada getaran-getaran di gunung. Bukan gempa bumi seperti yang diberitakan kebanyakan.

Atau erupsi saat ini hanya keluar asap putih atau abu. Jadi saya harap Anda semua bisa ikut meluruskan pemberitaan kepada warga Anda,” jelasnya.

Merespons hal tersebut, Pastika meminta bantuan para konjen sebagai representasi negara-negara sahabat untuk meyakinkan bahwa Bali sangat aman dikunjungi.

Pastika menyebut pariwisata merupakan bisnis besar dan kompetitor Bali memanfaatkan situasi erupsi Gunung Agung dengan melakukan propaganda.

“Translate kegempaan jadi earthquakes. Ini yang menyebabkan berita jadi bignews dan bad news,” tegasnya.

DENPASAR – Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk kali kedua memberikan penjelasan langsung kepada seluruh Konsul Jenderal (Konjen) negara asing terkait status Gunung Agung.

Tak perlu khawatir adalah kalimat yang berulangkali disebut Pastika dalam rapat khusus mulai pukul 12.21 di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Jumat (15/12) kemarin.

Alasan mendasar seruan tersebut adalah taksiran ilmiah bahwa hanya 22 dari 78 desa yang terdampak erupsi Gunung Agung.

“Bali aman dikunjungi. Yang tidak boleh dikunjungi hanya radius 8 km dari puncak gunung. Status awas hanya segitu.

Bukan seluruh Bali. Seringkali orang menyangka bahwa seluruh Bali dalam level 4 (awas). Selebihnya aman,” ucapnya.

Bahkan, ucap Pastika di 22 desa terdampak itu pun tidak sepenuhnya bahaya. Ada beberapa dusun yang aman. “Hal ini yang perlu disebarkan ke seluruh dunia agar orang tidak ragu-ragu datang ke Bali!” serunya.

Di hadapan 34 Konjen negara asing, Pastika menegaskan pemberitaan terkait aktivitas Gunung Agung banyak yang tak sesuai dengan kenyataan.

Hal tersebut terutama disebabkan oleh tidak adanya padanan kata yang pas untuk menjelaskan beberapa fenomena alam dalam bahasa asing.

“Ada beberapa istilah yang dalam bahasa Inggris jadi seram. Contoh kegempaan dalam dan kegempaan luar. Padahal itu bukan gempa, hanya getaran-gerakan dalam gunung.

Celaka tak ada istilah lain untuk mengganti istilah itu,” ungkapnya. Untuk istilah lain, Pastika mengambil contohnya letusan yang semuanya dipukul rata dengan erupsi.

Termasuk terjemahan untuk kata pengungsi yang dalam pandangan Pastika memiliki makna sama dengan pengungsi Rohingnya.

“Padahal, mereka bawa sepeda motor merk terbaru, mobil bagus. Anak-anak juga main HP terbaru di pengungsian,” jelasnya.

Pemberitaan di media, terutama media asing akhirnya tak menggambarkan kenyataan lantaran beberapa istilah yang kurang pas.

“Mungkin karena padanan bahasa yang kurang pas. Seperti kegempaan. Itu mengacu pada getaran-getaran di gunung. Bukan gempa bumi seperti yang diberitakan kebanyakan.

Atau erupsi saat ini hanya keluar asap putih atau abu. Jadi saya harap Anda semua bisa ikut meluruskan pemberitaan kepada warga Anda,” jelasnya.

Merespons hal tersebut, Pastika meminta bantuan para konjen sebagai representasi negara-negara sahabat untuk meyakinkan bahwa Bali sangat aman dikunjungi.

Pastika menyebut pariwisata merupakan bisnis besar dan kompetitor Bali memanfaatkan situasi erupsi Gunung Agung dengan melakukan propaganda.

“Translate kegempaan jadi earthquakes. Ini yang menyebabkan berita jadi bignews dan bad news,” tegasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/