DENPASAR – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan, terhitung tiga bulan terakhir (April, Mei dan Juni) jumlah total sampel yang sudah
diuji di laboratorium sebanyak 21.723 sampel dengan jumlah peningkatan kasus sejak dua bulan yang diakibatkan tracing contact.
Sehingga ke depan pihaknya memiliki rencana strategis dalam percepatan hasil laboratorium dengan sasaran alur pasien keluar masuk rumah sakit dan penanganan kasus baru dapat dioptimalisasi.
Beroperasinya tiga laboratorium yang ada dengan kapasitas 24.640 per bulan (RSUP Sanglah 3 alat dengan kemampuan uji Swab-PCR sebanyak 600 per hari, RSPTN Udayana 2 alat
dengan kemampuan uji Swab-PCR sebanyak 200 per hari dan FK Universitas Warmadewa 1 alat dengan kemampuan uji Swab-PCR 60 per hari) mengharuskan pihak tenaga medis
di rumah sakit menerapkan sistem priority bagi pasien dalam perawatan karantina, ODP, PMI dan ABK yang baru datang serta pelaku perjalanan yang bersifat emergency/ kedinasan.
“Melihat semakin banyaknya transmisi lokal yang terjadi di sejumlah tempat (Kabupaten/Kota) maka rumah sakit type B ke depannya diharapkan memiliki laboratorium uji Swab-PCR mandiri
dengan sarana prasarana dan sumber daya manusia (tenaga medis) yang cukup, termasuk wajib memiliki dokter spesialis patologi klinik,” ujar dr Suarjaya
dalam rapat optimalisasi laboratorium dan percepatan hasil uji Swab-PCR bersama instansi terkait via daring, Rabu (17/6).
Sementara itu, Ketua Harian GTPP Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta agar tidak ada sampel yang mengendap.
Jika ada penumpukan sampel akibat jumlah pasien maka tenaga medis terkait yang sedang bertugas harus melakukan penggeseran sampel ke laboratorium lain, sehingga hasil uji Swab-PCR tidak akan terlalu lama.
“Hal ini juga ditujukan agar tidak menimbulkan permasalahan baru di hilir khususnya tempat karantina,” ujarnya.