29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 8:53 AM WIB

Kawasan Legian Masih “Langganan” Banjir

MANGUPURA, Radar Bali – Wilayah Legian, Kuta menjadi langganan banjir ketika musim hujan. Bahkan tahun ini sudah dua kali terjadi banjir dalam waktu seminggu.  Selasa (18/10) kemarin kembali terjadi banjir di kawasan Legian dan sekitarnya.

Hal itu dipicu pasang air laut yang muncul berbarengan dengan munculnya cuaca ekstrem, dan banyaknya sampah kiriman yang hanyut dari hulu.

Ketu LPM Legian, Wayan Puspa Negara menerangkan tahun ini banjir yang terjadi diluar siklus 2 tahunan di wilayah Legian. Karena banjir yang terjadi di Wilayah Legian tahun ini sudah 2 kali terjadi dalam rentang waktu seminggu.

Kedua kejadian itu sempat membuat pihaknya terkejut, sebab dikira kondisi itu tidak sampai membuat wilayah Legian tergenang. Walaupun memang informasi cuaca ekstrim telah diinformasikan sebelumnya, berikut potensi pasang air laut.

“Kedua kejadian ini diluar dugaan kami. Walaupun informasi telah kami terima dari BMKG saya kira tidak bakal seperti itu. Yang kami antisipasi biasanya saat puncak musim hujan, yaitu bulan Desember-Januari, karena tahun ini masuk siklus dua tahunan,” ujarnya, Selasa (18/10).

Kata dia, kondisi banjir di Legian memang erat kaitannya dengan di kawasan Jalan Pura Demak Denpasar. Sebab Tukad Mati melintasi 2 kabupaten, yaitu Denpasar dan Badung. Ketika di jalan Pura Demak banjir, maka otomatis di Legian yang ada di hilir juga akan mengalami hal yang sama.

Sebab Tukad Mati dilalui dua jalur, yaitu Tukad Badung dan Tukad Teba, kemudian ke Umaduwi hulu Tukad Mati. Banjir itu terjadi karena faktor cuaca ekstrim, ditambah pasang laut, dan sampah yang datang dari hulu.

Banjir pertama terjadi pada tanggal 8 Oktober lalu. Peristiwa itu mengakibatkan sejumlah ruas jalan terendam banjir. Diantaranya, Jalan Kresna, Dewi Sri IV, Dewi Sri VIII, Jalan Raya Dewi Sri, Dewi Sri VI, Dewi Sri VII, Kausalya, Kawasan Sri Rama dan Prajanata I, Jalan campuhan, Ulun Tanjung, Sri Rejeki, dan Jalan pandawa. Hal itu cukup membuat aktivitas masyarakat menjadi terganggu, karena genangan air yang cukup tinggi di beberapa titik. Khususnya di kawasan LC Legian dan akomodasi wisata yang berada di kawasan LC. Alhasil pihaknya kemudian meminjam perahu karet dari Balawista Badung, untuk mengevakuasi tamu yang akan check in dan chek out. Termasuk mengevakuasi warga yang tempat tinggalnya tergenang warga.

Berselang 6 hari, banjir kemudian muncul kembali Selasa pagi kemarin. Kondisi itu berlangsung dari pukul 06.00-08.00. Adapun wilayah yang terdampak antara lain di Jalan Sri Rama, depan vila Tekuni, San Asteria, Jalan Dewi Sri IV, Dewi Sri VIII, Jalan Kresna, Jalan raya Dewi Sri depan delta spa, Jalan Campuhan depan pondok indah, Jalan Campuhan II sebelah cozy villa, Jalan Kausalya, dan Jalan Pandawa.

Namun, saat itu kondisinya relatif terkendali dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. Selain karena kondisi pasang laut yang cepat surut, hal itu diyakini karena pengerukan sedimentasi yang dilakukan, serta penambahan pompa.

“Kondisi saat banjir tadi (Selasa, kemarin)  itu tidak seperti sebelumnya. Itu berlangsung sekitar 1,5 jam, setelah pasang laur berakhir air sungai mulai mengalir ke hilir,” pungkasnya. (dwija putra/radar bali)

 

 

 

MANGUPURA, Radar Bali – Wilayah Legian, Kuta menjadi langganan banjir ketika musim hujan. Bahkan tahun ini sudah dua kali terjadi banjir dalam waktu seminggu.  Selasa (18/10) kemarin kembali terjadi banjir di kawasan Legian dan sekitarnya.

Hal itu dipicu pasang air laut yang muncul berbarengan dengan munculnya cuaca ekstrem, dan banyaknya sampah kiriman yang hanyut dari hulu.

Ketu LPM Legian, Wayan Puspa Negara menerangkan tahun ini banjir yang terjadi diluar siklus 2 tahunan di wilayah Legian. Karena banjir yang terjadi di Wilayah Legian tahun ini sudah 2 kali terjadi dalam rentang waktu seminggu.

Kedua kejadian itu sempat membuat pihaknya terkejut, sebab dikira kondisi itu tidak sampai membuat wilayah Legian tergenang. Walaupun memang informasi cuaca ekstrim telah diinformasikan sebelumnya, berikut potensi pasang air laut.

“Kedua kejadian ini diluar dugaan kami. Walaupun informasi telah kami terima dari BMKG saya kira tidak bakal seperti itu. Yang kami antisipasi biasanya saat puncak musim hujan, yaitu bulan Desember-Januari, karena tahun ini masuk siklus dua tahunan,” ujarnya, Selasa (18/10).

Kata dia, kondisi banjir di Legian memang erat kaitannya dengan di kawasan Jalan Pura Demak Denpasar. Sebab Tukad Mati melintasi 2 kabupaten, yaitu Denpasar dan Badung. Ketika di jalan Pura Demak banjir, maka otomatis di Legian yang ada di hilir juga akan mengalami hal yang sama.

Sebab Tukad Mati dilalui dua jalur, yaitu Tukad Badung dan Tukad Teba, kemudian ke Umaduwi hulu Tukad Mati. Banjir itu terjadi karena faktor cuaca ekstrim, ditambah pasang laut, dan sampah yang datang dari hulu.

Banjir pertama terjadi pada tanggal 8 Oktober lalu. Peristiwa itu mengakibatkan sejumlah ruas jalan terendam banjir. Diantaranya, Jalan Kresna, Dewi Sri IV, Dewi Sri VIII, Jalan Raya Dewi Sri, Dewi Sri VI, Dewi Sri VII, Kausalya, Kawasan Sri Rama dan Prajanata I, Jalan campuhan, Ulun Tanjung, Sri Rejeki, dan Jalan pandawa. Hal itu cukup membuat aktivitas masyarakat menjadi terganggu, karena genangan air yang cukup tinggi di beberapa titik. Khususnya di kawasan LC Legian dan akomodasi wisata yang berada di kawasan LC. Alhasil pihaknya kemudian meminjam perahu karet dari Balawista Badung, untuk mengevakuasi tamu yang akan check in dan chek out. Termasuk mengevakuasi warga yang tempat tinggalnya tergenang warga.

Berselang 6 hari, banjir kemudian muncul kembali Selasa pagi kemarin. Kondisi itu berlangsung dari pukul 06.00-08.00. Adapun wilayah yang terdampak antara lain di Jalan Sri Rama, depan vila Tekuni, San Asteria, Jalan Dewi Sri IV, Dewi Sri VIII, Jalan Kresna, Jalan raya Dewi Sri depan delta spa, Jalan Campuhan depan pondok indah, Jalan Campuhan II sebelah cozy villa, Jalan Kausalya, dan Jalan Pandawa.

Namun, saat itu kondisinya relatif terkendali dan aktivitas masyarakat tidak terganggu. Selain karena kondisi pasang laut yang cepat surut, hal itu diyakini karena pengerukan sedimentasi yang dilakukan, serta penambahan pompa.

“Kondisi saat banjir tadi (Selasa, kemarin)  itu tidak seperti sebelumnya. Itu berlangsung sekitar 1,5 jam, setelah pasang laur berakhir air sungai mulai mengalir ke hilir,” pungkasnya. (dwija putra/radar bali)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/