DENPASAR – Pemkot Denpasar menarget selesai vaksinasi Japanese Encephalitis (JE) akhir April ini.
Menurut Kadiskes Kota Denpasar, dr. Ni Luh Putu Sri Armini, untuk vaksinasi ke sekolah-sekolah dari anak usia dini (PAUD) sampai SMP sudah selesai.
Saat ini, masih berlangsung pelaksanaannya di posyandu-posyandu seluruh Kota Denpasar. Targetnya pun akhir April ini bisa selesai, dan semua anak-anak yang berusia usia 9 bulan hingga 15 tahun harus sudah divaksin.
“April kami menyasar posyandu, banyak yang sudah. Dan kami target akhir April ini haru selesai. Tapi antusisas anak-anak banyak yang sudah datang ,” ujarnya.
Meski begitu, jika lewat dari bulan April masih ada yang belum divaksin JE. Armini meminta agar datang Puskesmas, karena masih melayani vaksinasi JE.
Selain itu juga, pihaknya mengaku akan melakukan sweeping pada Mei nanti, untuk mengetahui apakah semua anak sudah divaksin atau belum.
“Kalau sampai lewat April ini belum ada yang divaksin, kami persilakan ke Puskesmas. Kami sadari mobilitas di Kota Denpasar tinggi, pasti saja ada yang lewat. Pada Mei mendatang kami akan lakukan sweeping juga,” tukasnya.
Seperti diketahui JE merupakan penyakit lewat virus yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan manusia. Penyakit ini bersifat arbovirus karena ditularkan oleh nyamuk, babi, dan atau burung rawa.
Manusia sendiri bisa tertular virus JE bila tergigit oleh nyamuk culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Nyamuk golongan culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi dan biasa beraktivitas di malam hari.
Kejadian penyakit JE pada manusia biasanya meningkat pada musim hujan. Penyakit ini telah menyebar luas di Asia bagian Timur seperti Jepang, Korea, dan juga negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia.
Di Indonesia, kasus penyakit ini pertama kali terkuak secara umum pada tahun 1960. Japanese Encephalitis banyak dilaporkan terjadi di Bali.
Perjalanan penyakit JE dibedakan jadi tiga stadium. Pertama, stadium prodromal yang berlangsung selama 2 – 4 hari.
Antara lain ditandai gejala panas yang mendadak, sakit kepala berat yang terkadang disertai keluhan mual dan muntah. Selanjutnya stadium akut selama 4 – 7 hari.
Pada stadium ini panas tetap tinggi dan tidak mudah diturunkan dengan obat penurun panas. Akan terjadi kekakuan otot terutama pada otot leher.
Pada kasus yang lebih kronis kemungkinan dapat terjadi gangguan keseimbangan, kejang-kejang serta penurunan kesadaran mulai dari gelisah, mengantuk sampai koma (tidak sadar).
Ketiga, stadium konvalesen atau tahap akhir. Stadium ini dimulai pada saat suhu tubuh kembali normal. Tanda-tanda neurologis bisa menetap atau cenderung membaik.