29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:12 AM WIB

Terima Pasien Suspect, Diskes Klaim Bali Aman Wabah Difteri

DENPASAR – Hati-hati dan waspada. Penyebaran difteri disebut-sebut telah merambah Bali. Hal ini diketahui dengan masuknya tiga pasien suspect difteri dan mendapat perawatan di RS Sanglah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya saat dikonfirmasi membenarkan ada tiga pasien yang dirawat di RS Sanglah yang diduga terinfeksi bakteri Corynebacterium.

Ketiganya yakni MDS, laki-laki dengan usia 4 tahun asal Ubud Gianyar. Kemudian MDMP, laki-laki dengan usia 1 tahun 7 bulan asal Pemecutan, Denpasar Barat.

Yang terakhir seorang perempuan berinisial NKSS, 30, asal Banjar Abiansoan, Desa Bungaya, Bebandem, Karangasem.

 “Dari ketiga pasien tersebut baru satu pasien yang sudah diketahui hasil lab dengan hasil negatif yakni pasien yang berasal dari Ubud, Gianyar. Sementara dua pasien lainnya masih dirawat dan menunggu hasil lab,” kata dr Ketut Suarjaya.

“Ketiga pasien tersebut jika dilihat dari gejala klinis terus membaik. Kemungkinan bukan difteri, ya mudah-mudahan tidak, karena hasil lab yang menentukan,” ungkapnya.

Menurut dr. Suarjaya, tanda-tanda atau gejala klinis terserang difteri mulai dari badan panas (demam) disertai dengan gejala flu, batuk, sulit menelan, pembengkakan kelenjar pada leher,

radang tenggorokan serak dan yang paling khusus gejalanya yakni ada membran selaput tebak yang berwarna abu-abu yang menutupi daerah paring.

Sehingga sulit untuk bernafas dan dapat berakibat fatal yang menyebabkan kematian. Untuk penyakit ini pasien harus dirawat pada ruangan isolasi tertutup dan steril agar penyebaran bakteri ini dapat dicegah.

Perlu diketahui juga oleh masyarakat penularan bakteri corynebacterium sangat cepat dan mudah. Yakni kontak dengan pasien, batuk pasien, ludah, air liur dan bersin.

Bakteri ini selanjutnya akan menyerang saluran pernafasan bahkan dapat menyerang organ tubuh lainnya. Penularan bakteri corynebacterium tidak memandang usia mulai dari belia, remaja hingga dewasa.

“Antisipasi dinas kesehatan Bali tentunya kami lakukan upaya kesehatan dengan promosi kesehatan dan imunisasi. Namun saat ini cakupan terbaik untuk mencegah difteri dengan imunisasi.

Bali sendiri cakupan imunisasi mencapai 95 persen. Sehingga perlindungan balita dan anak terhadap kasus difteri sangat baik. Bali sementara aman dari difteri,” jelasnya. 

DENPASAR – Hati-hati dan waspada. Penyebaran difteri disebut-sebut telah merambah Bali. Hal ini diketahui dengan masuknya tiga pasien suspect difteri dan mendapat perawatan di RS Sanglah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya saat dikonfirmasi membenarkan ada tiga pasien yang dirawat di RS Sanglah yang diduga terinfeksi bakteri Corynebacterium.

Ketiganya yakni MDS, laki-laki dengan usia 4 tahun asal Ubud Gianyar. Kemudian MDMP, laki-laki dengan usia 1 tahun 7 bulan asal Pemecutan, Denpasar Barat.

Yang terakhir seorang perempuan berinisial NKSS, 30, asal Banjar Abiansoan, Desa Bungaya, Bebandem, Karangasem.

 “Dari ketiga pasien tersebut baru satu pasien yang sudah diketahui hasil lab dengan hasil negatif yakni pasien yang berasal dari Ubud, Gianyar. Sementara dua pasien lainnya masih dirawat dan menunggu hasil lab,” kata dr Ketut Suarjaya.

“Ketiga pasien tersebut jika dilihat dari gejala klinis terus membaik. Kemungkinan bukan difteri, ya mudah-mudahan tidak, karena hasil lab yang menentukan,” ungkapnya.

Menurut dr. Suarjaya, tanda-tanda atau gejala klinis terserang difteri mulai dari badan panas (demam) disertai dengan gejala flu, batuk, sulit menelan, pembengkakan kelenjar pada leher,

radang tenggorokan serak dan yang paling khusus gejalanya yakni ada membran selaput tebak yang berwarna abu-abu yang menutupi daerah paring.

Sehingga sulit untuk bernafas dan dapat berakibat fatal yang menyebabkan kematian. Untuk penyakit ini pasien harus dirawat pada ruangan isolasi tertutup dan steril agar penyebaran bakteri ini dapat dicegah.

Perlu diketahui juga oleh masyarakat penularan bakteri corynebacterium sangat cepat dan mudah. Yakni kontak dengan pasien, batuk pasien, ludah, air liur dan bersin.

Bakteri ini selanjutnya akan menyerang saluran pernafasan bahkan dapat menyerang organ tubuh lainnya. Penularan bakteri corynebacterium tidak memandang usia mulai dari belia, remaja hingga dewasa.

“Antisipasi dinas kesehatan Bali tentunya kami lakukan upaya kesehatan dengan promosi kesehatan dan imunisasi. Namun saat ini cakupan terbaik untuk mencegah difteri dengan imunisasi.

Bali sendiri cakupan imunisasi mencapai 95 persen. Sehingga perlindungan balita dan anak terhadap kasus difteri sangat baik. Bali sementara aman dari difteri,” jelasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/