MANGUPURA — Kalangan DPRD Badung menyoroti kinerja jajaran PDAM Tirta Mangutama, Badung. Pasalnya, selain mengenai pelayanan kepada masyarakat target pendapatan perusahaan plat merah tersebut merugi.
Bahkan di tahun 2020, PDAM Badung merugi mencapai sekitar Rp 13,8 miliar.
Ketua Komisi III DPRD Badung I Putu Alit Yandinata mengungkapkan, berdasarkan informasi yang diperolehnya kinerja PDAM Badung tahun 2020 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Salah satu parameternya adalah kerugian pada tahun 2020 yang mencapai Rp 13,8 miliar.
“Kami mendapat informasi dari laporan keuangan PDAM tahun 2020 mengalami kerugian sebesar Rp 13,8 miliar. Data ini sebelum dilakukan audit, jadi kemungkinan angkanya bisa semakin membengkak,” jelas Alit Yandinata, Senin (25/1).
Menurutnya, akibat penggratisan pembayaran selama 3 bulan, PDAM hanya kehilangan pendapatan sebesar Rp6,8 miliar, ditambah refocusing anggaran akibat covid-19 sebesar Rp 200 juta, jadi total Rp 7 miliar.
“Dari perhitungan itu, coba Rp 13,8 miliar dikurangi Rp 7 miliar jadi masih kerugian Rp 6,8 miliar,” tandas politisi PDIP Badung ini.
Padahal kehilangan pendapatan sebesar Rp6,8 miliar dan refocusing anggaran Rp 200 juta, sudah diperhitungkan menjadi beban dalam RKAP Perubahan. Target laba tahun 2020 juga diturunkan hanya menjadi Rp 2 miliar, dari RKAP Induk sebesar Rp 30 miliar. Selain itu per Desember 2020 kebocoran mencapai 43,61 persen.
“Anehnya dari informasi yang kita peroleh untuk tahun 2020 pendapatan hanya terealisasi 92 perse , sedangkan biaya terealisasi 102 perse atau melebihi anggaran,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah Dirut PDAM Tirta Mangutama Badung, I Ketut Golak mengaku target yang telah ditetapkan mengalami penurunan drastis karena Pandemi Covid-19. Sebab di Badung tergolong pelanggannya sangat strategis baik dari niaga maupun industri, seperti hotel dan restoran.
Karena dari hasil pelanggan dari sektor niaga dan insdustri itu per bulan bisa menghasilkan pendapatan Rp 6 miliar. Namun di masa pandemi covid-19 ini semua sektor tersebut tutup. Sehingga PDAM Badung kehilangan pendapatan Rp 6 miliar.
Selain itu, lanjut dia, biaya menggratiskan air bersih selama tiga bulan juga membuat kehilangan pendapatan sekitar Rp 7 miliar lebih.
“Pandemi sudah 10 bulan. Jadi selama setahun 2020 ini kurang lebih Rp 53 miliar lebih pendapatan kita menurun. Namun kita masih eksis untuk memberikan pelayanan walaupun kita melayani masyarakat,” ucapnya.
Ia pun mengaku, karena pendapatan menurun, jadi seakan-akan kerugian yang terjadi. Menurutnya, biaya yang dikeluarkan tetap seperti operasional, pembelian bahan kimia, maupun perbaikan, dan pelayanan kepada masyarakat masih tetap dilakukan.
“Karena pandemi covid-19 inilah pendapatan kita menurun. Kami juga siap menyampaikan perihal ini kepada legislatif dalam rapat kerja nanti, ” pungkasnya.