29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:08 AM WIB

Stop Buang Bangkai Babi ke Sungai, Sebaiknya Dibakar atau Dikubur

MANGUPURA – Ulah peternak Tabanan yang membuang bangkai ke sungai mendapat respons negatif warga.

Untuk mencegah kejadian serupa, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung meminta peternak tidak membuang bangkai babi ke sungai.

Peternak justru diminta untuk menerapkan bio security secara ketat. Hal ini dilakukan untuk mengatasi meluasnya kematian ternak babi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana didampingi Kabid Keswan Provinsi Bali, 

Kepala Balai Karantina dan Camat Abiansemal, menerangkan tentang adanya laporan kematian babi awal Januari lalu. 

Pihaknya sudah menurunkan petugas untuk melakukan survaillans atau pemantauan dan pendataan sekaligus melaksanakan komunikasi, 

informasi dan edukasi (KIE) yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat khususnya peternak 

tentang bahaya penyakit babi yang sedang berjangkit serta cara-cara untuk mencegah  meluasnya penyebaran penyakit. 

“Mengingat sampai saat ini hasil laboratorium atas sampel yang dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar masih harus dikonfirmasi ke Balai Besar Veteriner Medan 

yang punya kewenangan menentukan jenis penyakit ini. Maka kami imbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak resah 

karena penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun penyebarannya sangat cepat kepada ternak babi,” kata Wijana, belum lama ini.

Mantan Camat Kuta Selatan ini mengakui bahwa  satu-satunya cara untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah ini peternak diminta untuk menerapkan bio sekuriti dengan serius. 

Caranya menjaga kebersihan kandang, melakukan spraying dengan disinfektan, membatasi dengan ketat lalu lintas orang, barang, bahan dan hewan yang mudah terkontaminasi virus ke dalam kandang. 

Termasuk diimbau tidak menggunakan pakan bekas limbah serta memusnahkan babi yang sudah mati dengan cara dibakar atau dikubur. 

“Sebentar lagi Hari Raya Galungan dan Kuningan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparat desa/kelurahan, 

desa adat termasuk akan memberi pembinaan kepada tukang potong karena mereka juga berperan besar dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini, ” pungkasnya. 

MANGUPURA – Ulah peternak Tabanan yang membuang bangkai ke sungai mendapat respons negatif warga.

Untuk mencegah kejadian serupa, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung meminta peternak tidak membuang bangkai babi ke sungai.

Peternak justru diminta untuk menerapkan bio security secara ketat. Hal ini dilakukan untuk mengatasi meluasnya kematian ternak babi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana didampingi Kabid Keswan Provinsi Bali, 

Kepala Balai Karantina dan Camat Abiansemal, menerangkan tentang adanya laporan kematian babi awal Januari lalu. 

Pihaknya sudah menurunkan petugas untuk melakukan survaillans atau pemantauan dan pendataan sekaligus melaksanakan komunikasi, 

informasi dan edukasi (KIE) yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat khususnya peternak 

tentang bahaya penyakit babi yang sedang berjangkit serta cara-cara untuk mencegah  meluasnya penyebaran penyakit. 

“Mengingat sampai saat ini hasil laboratorium atas sampel yang dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar masih harus dikonfirmasi ke Balai Besar Veteriner Medan 

yang punya kewenangan menentukan jenis penyakit ini. Maka kami imbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak resah 

karena penyakit ini tidak menular kepada manusia. Namun penyebarannya sangat cepat kepada ternak babi,” kata Wijana, belum lama ini.

Mantan Camat Kuta Selatan ini mengakui bahwa  satu-satunya cara untuk mencegah meluasnya penyebaran wabah ini peternak diminta untuk menerapkan bio sekuriti dengan serius. 

Caranya menjaga kebersihan kandang, melakukan spraying dengan disinfektan, membatasi dengan ketat lalu lintas orang, barang, bahan dan hewan yang mudah terkontaminasi virus ke dalam kandang. 

Termasuk diimbau tidak menggunakan pakan bekas limbah serta memusnahkan babi yang sudah mati dengan cara dibakar atau dikubur. 

“Sebentar lagi Hari Raya Galungan dan Kuningan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui aparat desa/kelurahan, 

desa adat termasuk akan memberi pembinaan kepada tukang potong karena mereka juga berperan besar dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit ini, ” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/