27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:15 AM WIB

Cari Lauk Pauk, Ramai-ramai Warga Bali Selatan Turun ke Teluk Benoa

MANGUPURA – Sektor pariwisata memang terguncang akibat pandemi Covid 19 di Bali. Namun agar dapur tetap ngebul, banyak warga di Bali Selatan kini turun ke Teluk Benoa untuk mencari lauk.

Beragam jenis mereka bisa dapatkan, seperti udang, kepiting, kerang bahkan sampai rumput laut. Tentu saat mencarinya harus di air yang surut.

Warga diseputaran Teluk Benoa turun biasanya menjelang malam atau dini hari untuk mencari udang dan kepiting. Sementara sore atau siang mencari kerang maupun rumput laut.

Aktivitas ini memang dari dulu sering dilakukan. Namun sejak pandemi ini merebak, jumlah warga semakin banyak yang turun ke Teluk Benoa untuk mencari seafood.

Koordinator ForBALI, Wayan Gendo Suardana mengatakan, pendemi dapat menjadi refleksi besar bagi industri pariwisata Bali.

Apalagi saat sebelum pandemi seluruh tumpuan ekonomi Bali ada di sektor pariwisata, sehingga sektor yang lain seolah diabaikan.

“Pertanian dipandang sebelah mata, perikanan termasuk nelayan menjadi profesi kelas dua bahkan demi destinasi wisata baru kerap mereka disingkirikan,” ujar Gendo.

Demikian juga, perairan termasuk Teluk Benoa yang sempat diremehkan baik fungsi lingkungannya maupun fungsi ekonominya.

Oleh sebagai kelompok masyarakyat perairan Teluk Benoa dianggap remeh dibanding dengan mimpi besar investasi menjadikannya daratan untuk destinasi wisata baru yang high class. 

“Syukurnya Teluk Benoa masih diselamatkan dari rencana reklamasi seluas 838 ha (awalnya). Bayangkan kalau tidak dilawan dan bayangkan jika sejak akhir 2013 direklamasi

lalu dibangun akomodasi wisata. Selanjutnya hanya tersisa lorong-lorong air di antara pulau-pulau buatan. Entah apa nasib masyarakat pesisir saat pandemi ini?” sebutnya.

Menurut Gendo, mungkin saat ini akan banyak masyarakat yang akan bersyukur Teluk Benoa tidak jadi direklamasi dan masyarakat

yang berjuang saat ini merasakan buah perjuangan mereka, bahwa di saat pandemi, Teluk Benoa menolong mereka.

“Semoga ke depan rakyat bali makin kuat kesadarannya bahwa saat terjadi bencana batu pasir dan lahan reklamasi tidak bisa dimakan,”sebutnya.

“Semoga penguasa juga sadar bahwa Teluk Benoa sangat berfungsi dalam situasi krisis sehingga ke depannya tidak buta nafsu untuk mengurug Teluk Benoa,” pungkasnya. 

MANGUPURA – Sektor pariwisata memang terguncang akibat pandemi Covid 19 di Bali. Namun agar dapur tetap ngebul, banyak warga di Bali Selatan kini turun ke Teluk Benoa untuk mencari lauk.

Beragam jenis mereka bisa dapatkan, seperti udang, kepiting, kerang bahkan sampai rumput laut. Tentu saat mencarinya harus di air yang surut.

Warga diseputaran Teluk Benoa turun biasanya menjelang malam atau dini hari untuk mencari udang dan kepiting. Sementara sore atau siang mencari kerang maupun rumput laut.

Aktivitas ini memang dari dulu sering dilakukan. Namun sejak pandemi ini merebak, jumlah warga semakin banyak yang turun ke Teluk Benoa untuk mencari seafood.

Koordinator ForBALI, Wayan Gendo Suardana mengatakan, pendemi dapat menjadi refleksi besar bagi industri pariwisata Bali.

Apalagi saat sebelum pandemi seluruh tumpuan ekonomi Bali ada di sektor pariwisata, sehingga sektor yang lain seolah diabaikan.

“Pertanian dipandang sebelah mata, perikanan termasuk nelayan menjadi profesi kelas dua bahkan demi destinasi wisata baru kerap mereka disingkirikan,” ujar Gendo.

Demikian juga, perairan termasuk Teluk Benoa yang sempat diremehkan baik fungsi lingkungannya maupun fungsi ekonominya.

Oleh sebagai kelompok masyarakyat perairan Teluk Benoa dianggap remeh dibanding dengan mimpi besar investasi menjadikannya daratan untuk destinasi wisata baru yang high class. 

“Syukurnya Teluk Benoa masih diselamatkan dari rencana reklamasi seluas 838 ha (awalnya). Bayangkan kalau tidak dilawan dan bayangkan jika sejak akhir 2013 direklamasi

lalu dibangun akomodasi wisata. Selanjutnya hanya tersisa lorong-lorong air di antara pulau-pulau buatan. Entah apa nasib masyarakat pesisir saat pandemi ini?” sebutnya.

Menurut Gendo, mungkin saat ini akan banyak masyarakat yang akan bersyukur Teluk Benoa tidak jadi direklamasi dan masyarakat

yang berjuang saat ini merasakan buah perjuangan mereka, bahwa di saat pandemi, Teluk Benoa menolong mereka.

“Semoga ke depan rakyat bali makin kuat kesadarannya bahwa saat terjadi bencana batu pasir dan lahan reklamasi tidak bisa dimakan,”sebutnya.

“Semoga penguasa juga sadar bahwa Teluk Benoa sangat berfungsi dalam situasi krisis sehingga ke depannya tidak buta nafsu untuk mengurug Teluk Benoa,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/