DENPASAR – Gubernur Bali Wayan Koster mengusulkan nama Prof. dr. I Goeti Ngoerah Gde Ngoerah sebagai pengganti nama RSUP Sanglah. Usulan Koster itu disampaikan melalui surat kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada 11 Februari 2020 lalu.
Ada sejumlah alasan mengapa Koster mengajukan nama Prof Ngoerah ini. Beberapa di antaranya adalah, Prof Ngoerah merupakan seorang dokter pertama yang merintis dan mengembangkan bagian kebidanan yang merupakan cikal bakal RS Sanglah. Prof. Ngoerah juga disebut yang mengembangkan seluruh bagian klinik di RS Sanglah. Ia juga dokter spesialis pertama dan spesialis saraf di Bali dan pernah menjadi dokter kepresidenan Sukarno.
Selain itu, Prof. Ngoerah juga pernah bertugas di beberapa daerah di Bali, seperti Badung, Gianyar, Tabanan, dan Klungkung. Kemudian, pernah menjadi Dekan Fakultas Kedokteran dan Rektor Universitas Udayana.
Dari penelusuran radarbali.id, Prof Ngoerah juga tergolong dokter pejuang. Ini sebagaimana disampaikan Ir. A.A.A. Oka Saraswati, MT, putri Prof Ngoerah yang disiarkan di media warga, Balebengong. Di sana disebutkan bahwa Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah merupakan Dokter Spesialis Saraf & Jiwa.
Ia lahir di Denpasar Bali pada 31 Maret 1922 (Tercatat 1923). Ia beristri I Goesti Ayu Oka Arwati, dengan delapan putra-putri. Sebagian putra dan putrinya mengikuti jejaknya sebagai dokter. Dan sebagian lagi menjadi pengusaha atau politikus.
Kedelapan anaknya adalah dr. A.A.B.N. Nuartha, Sp.S(K), dr. A.A.A. Agung Kusuma Wardhani, Sp.KJ, dr. A.A.A. Mas Ranidewi, Sp.THT, Ir. A.A. Susruta Ngurah Putra, Ir. A.A.A. Oka Saraswati, MT, dr. A.A.A. Putri Laksmidewi, Sp.S, A.A.N. Ananda Kusuma, BE (HONS), M.Eng,PhD, dan A.A.N. Adhi Ardhana, ST.
Sebagai catatan, nama AA Susruta Ngurah Putra dan AAN Adhi Ardhana adalah politikus. Susruta berkiprah di Partai Demokrat dan saat ini menjadi anggota DPRD Kota Denpasar. Sedangkan Adhi Ardhana menjadi kader PDIP, dan menjabat sebagai ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali.
Ketika masih menjadi mahasiswa, ia disebut turut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan RI. Namanya disebut dalam Pejuang Prapatan 10 Jakarta 1945 (Kelompok Mahasiswa Pejuang saat Revolusi – Kemerdekaan bermarkas di Jalan Prapatan 10 Jakarta). Ia juga disebut sebagai penentang aturan paksa Jepang dan lolos dari kematian saat dalam ancaman pistol Tentara Jepang.
Ia kemudian ikut kinroo – hoshi ke Kalijati dan ikut latihan militer di Daidan I Jagamonyet-Jakarta, mengikuti rapat-rapat persiapan Proklamasi Kemerdekaan, juga sebagai anggota PMI di Pos Pasar Baru dan Jatinegara sesudah Proklamasi Kemerdekaan. Sempat ditawan Tentara Inggris saat Mobille Colonne PMI di Pos Bekasi, dan lolos dari kematian saat Kota Bekasi / RS Bekasi dibakar Tentara Sekutu / Inggeris / NICA Nopember 1945.
Ia sempat berpindah-pindah tugas sebagai dokter. Dari Jakarta, kemudian di Bali. Di antaranya di RS Wangaya, kemudian RS Sanglah. Dia juga menjadi pengajar di FK Unud, sampai menjadi Dekan FK Unud dan Rektor Unud. Prof Ngoerah meninggal dunia pada 18 September 2001.