MANGUPURA – Pemerintah Kabupaten Badung telah memanfaatkan sebagian areal Terminal Mengwi sebagai Tempat Pengelolaan Sampah (TPS).
Namun, TPS tersebut baru mampu mengelola 20 ton sampah per hari dari total 130 ton sampah per hari yang ada di Kabupaten Badung.
“Perhari kini 10 truk sampah masuk TPS Mengwitani. Jumlah itu setara dengan 20 ton sampah. Baru itu yang mampu kami pilah di TPS Mengwi,” kata Kabid Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun DLHK Badung, A.A Gede Agung.
Kata dia, dari 20 ton sampah itu baru seputaran Abiansemal-Mengwi. Sampah itu terdiri dari 56 persen sampah organik dan sisanya sampah anorganik.
Namun, untuk sampah organik terdiri dari sampah organik basah dan kering. Yang kering akan langsung dikelola menjadi kompos, dan yang basah akan dijadikan pakan maggot.
Untuk yang sampah daur ulang langsung ditangani oleh petugas. “Kompos yang dihasilkan per hari sampai 1 ton. Untuk kemudian digunakan sebagai pupuk di taman media jalan juga diberikan kepada petani,”kata Gung Dalem – sapaan akrabnya.
Kata dia, produksi sampah di Kabupaten Badung per hari mencapai 130 ton, 20 ton di antaranya dimusnahkan di TPS Mengwitani dan selebihnya dibuang ke TPA Suwung.
Namun, untuk sampah yang tidak bisa dikelola, seperti jenis plastik kemasan sampo, pampers, dan lainnya akan dicacah terlebih dahulu sebelum dimusnahkan dengan cara dibakar dengan alat incinerator.
“Terkadang masih ada sisa karena mesin belum mampu memusnahkan semua. Karena belum sempurna sistemnya,” bebernya.
Sebelumnya, wacana TPS Mengwitani sempat dibanggakan lantaran mesin yang menggunakan kontainer sebagai tabung pembakaran mampu menghanguskan sampah 5 ton per jam.
Hanya saja kini mesin tersebut belum juga sempurna. Bahkan disebutkan mesin pembakaran berkapasitas kecil.
“Mesin kapasitasnya kecil. Kalau mesin besar tidak kayak begitu, bangunannya kayak pabrik. Ini kita pakai kontainer, jadi kadang masih ada sisa dan kemudian dibuang ke TPA Suwung,” jelas Mantan Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Badung itu.
Selain itu, dari ketiga mesin pembakaran sejatinya telah berfungsi semua. Hanya saja dalam perjalan ada saja kendala yang dihadapi. Itu lantaran pembakaran yang dilakukan hingga mencapai 800 derajat celcius.
“Karena alat itu panas makanya cepat rusak dan harus diperbaiki. Untuk itu kaki terus sempurnakan,” pungkasnya.