31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:47 AM WIB

Merintis Karir Dari Sersan, Dulu Harus Latihan Renang di Sungai

Lazimnya di institusi setingkat polres, hanya ada seorang perwira dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Pangkat itu disandang oleh Kapolres. Tapi di Polres Buleleng, ada 2 orang yang menyandang pangkat AKBP. Selain Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto, pangkat yang sama dipegang oleh Kabag SDM Polres Buleleng AKBP I Nyoman Sumarajaya. Siapa sebenarnya sosok Sumarajaya?

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

I NYOMAN Sumarajaya, 57, terlihat sibuk. Bersama beberapa orang personel di bagian SDM Polres Buleleng dia tengah menyusun bagan alur penerimaan personel Polri. Bulan ini akan menjadi bulan yang sibuk bagi Sumarajaya. Sebab pendaftaran penerimaan personel Polri mulai dibuka. Animo masyarakat pun cukup tinggi.

 

I Nyoman Sumarajaya bisa dibilang sosok yang istimewa. Dia adalah salah seorang personel Polri di Polres Buleleng yang menyandang pangkat AKBP. Sehingga di Polres Buleleng ada 2 orang personel yang menyandang pangkat yang sama. Yakni I Nyoman Sumarajaya dan Andrian Pramudianto yang kini memegang jabatan Kapolres.

 

Sumarajaya resmi menyandang pangkat AKBP sejak 1 Maret 2022 lalu. Pangkat itu disematkan Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto. Pemberian pangkat AKBP tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri Nomor KEP/1944/XII/2021 tanggal 23 Desember 2021 silam.

 

Pangkat yang disandang oleh Sumarajaya adalah pangkat penghargaan. Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan apresiasi berupa pangkat penghargaan bagi personel yang tidak tercela. Baik itu dalam hal disiplin personel, maupun pidana. Pangkat penghargaan itu berhak disandang selama 3 bulan, hingga memasuki masa pensiun pada 1 Juni 2022 mendatang.

 

“Saya sangat bersyukur bisa dan berterima kasih mendapat pangkat penghargaan ini. Saya memulai karir dari pangkat brigadir. Kalau dulu istilahnya sersan. Sekarang menjelang pensiun diberi kesempatan menyandang pangkat AKBP. Teman-teman satu angkatan saya, banyak yang pensiun hanya dengan pangkat Aipda dan Aiptu,” ujarnya.

 

Keinginan Sumarajaya bergabung dengan Polri sudah tertanam sejak dia berada di bangku kelas II SMAN 1 Mengwi. Tatkala itu dia nekat memotong habis rambutnya. Mirip dengan siswa yang tengah menjalani pendidikan. Teman-temannya bahkan sempat memanggil Sumarajaya dengan sebutan “Si Gundul”.

Di hadapan cermin dia mengenakan pakain berwarna hijau polos. Pakaian yang biasa digunakan para siswa kepolisian di era 1980-an. “Waktu itu juga langsung kepikiran, saya nanti harus kerja jadi polisi,” ujarnya.

 

Keinginan itu makin menggebu-gebu saat dia bertemu dengan salah seorang rekan sepermainan yang tinggal dalam satu lingkungan. Kebetulan rekannya berhasil lulus sebagai tamtama Polri dengan pangkat kopral. Rekannya kemudian ditempatkan di Polres Buleleng.

 

Berbekal nekat, Sumarajaya berusaha mendatangi temannya. Dia menumpang dari satu truk ke truk lainnya. Hingga dia terdampar di seputaran Air Sanih.

 

“Waktu itu saya hanya ingin tanya ke teman saya, kalau mau daftar polisi itu gimana syaratnya. Karena jaman itu informasi belum banyak seperti sekarang. Akhirnya diberi penjelasan bagaimana syarat dan jalurnya,” tutur Sumarajaya saat ditemui di ruang kerjanya Selasa kemarin (12/4).

 

Berbekal informasi dari tetangga, dia berusaha menyiapkan diri sebaik-baiknya. Selama 8 bulan penuh dia menyiapkan diri. Dia mengaku rutin menempa fisik tiap pagi dan sore. Seperti lari, push-up, dan sit-up. Belum lagi menyiapkan materi akademik untuk menghadapi tes fisik. Latihan renang pun dilakukan di sungai.

 

“Di daerah saya waktu itu belum ada kolam renang. Jadi latihan renang paling gampang ya di sungai,” cerita pria kelahiran 1 Mei 1964 silam itu.

 

Waktu pendaftaran tiba. Sumarajaya mengikuti seluruh tahapan dengan percaya diri. Dari 26 orang rekan-rekannya di SMAN 1 Mengwi, hanya 2 orang yang lulus dalam penerimaan Polri. I Nyoman Sumarajaya adalah salah satunya.

 

Sepekan setelah lulus, dia langsung masuk ke Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 011-1 Singaraja. Depo itu kini berganti nama menjadi Sekolah Polisi Negara (SPN) Singaraja. Sumarajaya ingat, dia harus menempuh pendidikan selama 11 bulan. Pada 3 bulan awal, ditempuh dengan pendidikan fisik. Sementara 8 bulan sisanya diisi dengan materi kelas.

 

Dia akhirnya dilantik sebagai personel Polri pada tahun 1984, dengan penempatan pertama sebagai tenaga pendidik di Dodiklat Singaraja. Tahun demi tahun berlalu, karirnya terus menanjak. Dia berhasil mendapat peluang sekolah perwira. Hingga berhak menyandang pangkat Ipda pada tahun 1997. Pada 2007, dia kemudian menyandang pangkat Kompol.

Selama belasan tahun Sumarajaya berusaha bertugas sebaik-baiknya sebagai personel Polri.

 

Berbagai jabatan pernah diisi. Di antaranya Kapolsek Banjar dan Kapolsek Seririt saat dia masih menyandang pangkat AKP. Saat menyandang pangkat Kompol, dia juga pernah menjabat sebagai Kapolsek Blahbatuh, Kapolsek Kediri, Kapolsek Banjar, dan terakhir sebagai Kabag SDM Polres Buleleng.

 

“Saya hanya berusaha bertugas sebaik-baiknya. Bekerja dengan disiplin. Jangan sampai ada catatan disiplin, apalagi catatan pidana. Pada akhirnya pendidikan, pangkat, dan jabatan akan mengikuti,” ungkapnya.

 

Sumarajaya akan memasuki masa pensiun pada 1 Juni mendatang. Dia telah menyiapkan masa tuanya sejak kini. Dia berencana kembali ke kampung halamannya di Kediri, Tabanan. Menggeluti kembali rutinitasnya kala muda.

 

“Kembali ke desa. Menggeluti lagi yang sudah pernah dilakukan dulu. Sekadar tanam padi, tanam cabai, pelihara sapi dan ayam. Karena dulu waktu kecil kesehariannya begitu,” ungkap ayah dari 3 orang anak itu.

 

Sementara itu, Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengatakan, ada 3 orang personel Polri yang mendapat kenaikan pangkat penghargaan. Sebanyak 2 orang diantaranya mendapat kenaikan pangkat dari Iptu menjadi AKP, dan 1 orang mendapat kenaikan pangkat dari Kompol menjadi AKBP.

 

Menurutnya semua itu bermula dari kedisiplinan dan kerja keras personel. “Kami harap personel yang mendapat pangkat penghargaan ini bisa menjadi sosok panutan bagi personel lain. Semuanya harus bekerja dengan baik dan disiplin. Apalagi institusi sudah menyiapkan skema reward bagi yang bekerja dengan baik, dan punishment bagi yang tidak disiplin. Bila bisa kerja dengan baik dan disiplin, tentu akan diusulkan mendapat pangkat penghargaan,” demikian Andrian. (*)

 

 

Lazimnya di institusi setingkat polres, hanya ada seorang perwira dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Pangkat itu disandang oleh Kapolres. Tapi di Polres Buleleng, ada 2 orang yang menyandang pangkat AKBP. Selain Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto, pangkat yang sama dipegang oleh Kabag SDM Polres Buleleng AKBP I Nyoman Sumarajaya. Siapa sebenarnya sosok Sumarajaya?

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

I NYOMAN Sumarajaya, 57, terlihat sibuk. Bersama beberapa orang personel di bagian SDM Polres Buleleng dia tengah menyusun bagan alur penerimaan personel Polri. Bulan ini akan menjadi bulan yang sibuk bagi Sumarajaya. Sebab pendaftaran penerimaan personel Polri mulai dibuka. Animo masyarakat pun cukup tinggi.

 

I Nyoman Sumarajaya bisa dibilang sosok yang istimewa. Dia adalah salah seorang personel Polri di Polres Buleleng yang menyandang pangkat AKBP. Sehingga di Polres Buleleng ada 2 orang personel yang menyandang pangkat yang sama. Yakni I Nyoman Sumarajaya dan Andrian Pramudianto yang kini memegang jabatan Kapolres.

 

Sumarajaya resmi menyandang pangkat AKBP sejak 1 Maret 2022 lalu. Pangkat itu disematkan Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto. Pemberian pangkat AKBP tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri Nomor KEP/1944/XII/2021 tanggal 23 Desember 2021 silam.

 

Pangkat yang disandang oleh Sumarajaya adalah pangkat penghargaan. Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan apresiasi berupa pangkat penghargaan bagi personel yang tidak tercela. Baik itu dalam hal disiplin personel, maupun pidana. Pangkat penghargaan itu berhak disandang selama 3 bulan, hingga memasuki masa pensiun pada 1 Juni 2022 mendatang.

 

“Saya sangat bersyukur bisa dan berterima kasih mendapat pangkat penghargaan ini. Saya memulai karir dari pangkat brigadir. Kalau dulu istilahnya sersan. Sekarang menjelang pensiun diberi kesempatan menyandang pangkat AKBP. Teman-teman satu angkatan saya, banyak yang pensiun hanya dengan pangkat Aipda dan Aiptu,” ujarnya.

 

Keinginan Sumarajaya bergabung dengan Polri sudah tertanam sejak dia berada di bangku kelas II SMAN 1 Mengwi. Tatkala itu dia nekat memotong habis rambutnya. Mirip dengan siswa yang tengah menjalani pendidikan. Teman-temannya bahkan sempat memanggil Sumarajaya dengan sebutan “Si Gundul”.

Di hadapan cermin dia mengenakan pakain berwarna hijau polos. Pakaian yang biasa digunakan para siswa kepolisian di era 1980-an. “Waktu itu juga langsung kepikiran, saya nanti harus kerja jadi polisi,” ujarnya.

 

Keinginan itu makin menggebu-gebu saat dia bertemu dengan salah seorang rekan sepermainan yang tinggal dalam satu lingkungan. Kebetulan rekannya berhasil lulus sebagai tamtama Polri dengan pangkat kopral. Rekannya kemudian ditempatkan di Polres Buleleng.

 

Berbekal nekat, Sumarajaya berusaha mendatangi temannya. Dia menumpang dari satu truk ke truk lainnya. Hingga dia terdampar di seputaran Air Sanih.

 

“Waktu itu saya hanya ingin tanya ke teman saya, kalau mau daftar polisi itu gimana syaratnya. Karena jaman itu informasi belum banyak seperti sekarang. Akhirnya diberi penjelasan bagaimana syarat dan jalurnya,” tutur Sumarajaya saat ditemui di ruang kerjanya Selasa kemarin (12/4).

 

Berbekal informasi dari tetangga, dia berusaha menyiapkan diri sebaik-baiknya. Selama 8 bulan penuh dia menyiapkan diri. Dia mengaku rutin menempa fisik tiap pagi dan sore. Seperti lari, push-up, dan sit-up. Belum lagi menyiapkan materi akademik untuk menghadapi tes fisik. Latihan renang pun dilakukan di sungai.

 

“Di daerah saya waktu itu belum ada kolam renang. Jadi latihan renang paling gampang ya di sungai,” cerita pria kelahiran 1 Mei 1964 silam itu.

 

Waktu pendaftaran tiba. Sumarajaya mengikuti seluruh tahapan dengan percaya diri. Dari 26 orang rekan-rekannya di SMAN 1 Mengwi, hanya 2 orang yang lulus dalam penerimaan Polri. I Nyoman Sumarajaya adalah salah satunya.

 

Sepekan setelah lulus, dia langsung masuk ke Depo Pendidikan dan Latihan (Dodiklat) 011-1 Singaraja. Depo itu kini berganti nama menjadi Sekolah Polisi Negara (SPN) Singaraja. Sumarajaya ingat, dia harus menempuh pendidikan selama 11 bulan. Pada 3 bulan awal, ditempuh dengan pendidikan fisik. Sementara 8 bulan sisanya diisi dengan materi kelas.

 

Dia akhirnya dilantik sebagai personel Polri pada tahun 1984, dengan penempatan pertama sebagai tenaga pendidik di Dodiklat Singaraja. Tahun demi tahun berlalu, karirnya terus menanjak. Dia berhasil mendapat peluang sekolah perwira. Hingga berhak menyandang pangkat Ipda pada tahun 1997. Pada 2007, dia kemudian menyandang pangkat Kompol.

Selama belasan tahun Sumarajaya berusaha bertugas sebaik-baiknya sebagai personel Polri.

 

Berbagai jabatan pernah diisi. Di antaranya Kapolsek Banjar dan Kapolsek Seririt saat dia masih menyandang pangkat AKP. Saat menyandang pangkat Kompol, dia juga pernah menjabat sebagai Kapolsek Blahbatuh, Kapolsek Kediri, Kapolsek Banjar, dan terakhir sebagai Kabag SDM Polres Buleleng.

 

“Saya hanya berusaha bertugas sebaik-baiknya. Bekerja dengan disiplin. Jangan sampai ada catatan disiplin, apalagi catatan pidana. Pada akhirnya pendidikan, pangkat, dan jabatan akan mengikuti,” ungkapnya.

 

Sumarajaya akan memasuki masa pensiun pada 1 Juni mendatang. Dia telah menyiapkan masa tuanya sejak kini. Dia berencana kembali ke kampung halamannya di Kediri, Tabanan. Menggeluti kembali rutinitasnya kala muda.

 

“Kembali ke desa. Menggeluti lagi yang sudah pernah dilakukan dulu. Sekadar tanam padi, tanam cabai, pelihara sapi dan ayam. Karena dulu waktu kecil kesehariannya begitu,” ungkap ayah dari 3 orang anak itu.

 

Sementara itu, Kapolres Buleleng AKBP Andrian Pramudianto mengatakan, ada 3 orang personel Polri yang mendapat kenaikan pangkat penghargaan. Sebanyak 2 orang diantaranya mendapat kenaikan pangkat dari Iptu menjadi AKP, dan 1 orang mendapat kenaikan pangkat dari Kompol menjadi AKBP.

 

Menurutnya semua itu bermula dari kedisiplinan dan kerja keras personel. “Kami harap personel yang mendapat pangkat penghargaan ini bisa menjadi sosok panutan bagi personel lain. Semuanya harus bekerja dengan baik dan disiplin. Apalagi institusi sudah menyiapkan skema reward bagi yang bekerja dengan baik, dan punishment bagi yang tidak disiplin. Bila bisa kerja dengan baik dan disiplin, tentu akan diusulkan mendapat pangkat penghargaan,” demikian Andrian. (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/