32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:08 PM WIB

Garam Rumahan di Bali (Sementara) Dipasok dari Bima

RadarBali.com – Krisis garam yang terjadi di semua wilayah berdampak pada industri kecil yang ada di Bali. Bahkan, pasokan garam dari Jawa dan Madura sejak bulan Mei 2017 lalu kosong.

Solusi terakhir, industri kecil rumahan terpaksa memesan garam dari Bima, NTB. Seperti yang dituturkan Hijriyah, 43, salah seorang pengolah garam krosok di Denpasar. Dia mengakui harga garam naik 100 persen.

Dengan kondisi produksi garam yang normal, untuk berat 30 kilogram garam, ia biasa menjual seharga Rp 90 ribu.

Namun sejak mengalami krisis garam, harganya mulai meningkat hingga saat ini tembus di harga Rp 225 ribu per 30 kilogram.

“Susah sekali dapat garam, sampai saya ambil dari Bima. Ini kan garam krosok dan diolah lagi jadi garam halus,” ujarnya ditemui Jawa Pos Radar Bali kemarin.

Meski harga garam di Bima lebih murah lantaran dari segi kualitas yang masih kalah dengan garam Jawa dan Madura, dia tetap mengeluarkan budget yang cukup besar.

“Karena ongkos kirimnya mahal, bisa sampai Rp 11 juta untuk 300 karung,” ungkapnya. Dalam satu hari, dia menerima pesanan garam sebanyak 600 kilogram.

Biasanya, ia akan kembali melakukan permintaan kepada petani garam selama dua minggu sekali. “Dalam satu minggu per orang ngambil ke saya sampai 30 karung. Satu karung beratnya mencapai 30 kilogram,” tandasnya.

RadarBali.com – Krisis garam yang terjadi di semua wilayah berdampak pada industri kecil yang ada di Bali. Bahkan, pasokan garam dari Jawa dan Madura sejak bulan Mei 2017 lalu kosong.

Solusi terakhir, industri kecil rumahan terpaksa memesan garam dari Bima, NTB. Seperti yang dituturkan Hijriyah, 43, salah seorang pengolah garam krosok di Denpasar. Dia mengakui harga garam naik 100 persen.

Dengan kondisi produksi garam yang normal, untuk berat 30 kilogram garam, ia biasa menjual seharga Rp 90 ribu.

Namun sejak mengalami krisis garam, harganya mulai meningkat hingga saat ini tembus di harga Rp 225 ribu per 30 kilogram.

“Susah sekali dapat garam, sampai saya ambil dari Bima. Ini kan garam krosok dan diolah lagi jadi garam halus,” ujarnya ditemui Jawa Pos Radar Bali kemarin.

Meski harga garam di Bima lebih murah lantaran dari segi kualitas yang masih kalah dengan garam Jawa dan Madura, dia tetap mengeluarkan budget yang cukup besar.

“Karena ongkos kirimnya mahal, bisa sampai Rp 11 juta untuk 300 karung,” ungkapnya. Dalam satu hari, dia menerima pesanan garam sebanyak 600 kilogram.

Biasanya, ia akan kembali melakukan permintaan kepada petani garam selama dua minggu sekali. “Dalam satu minggu per orang ngambil ke saya sampai 30 karung. Satu karung beratnya mencapai 30 kilogram,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/