RadarBali.com– Konferensi International Confrance of Vocation Highher Education (ICVHE) yang kedua berlangsung semarak pada tanggal (27 -29/7) di Sanur Paradise Hotel Bali.
Tahun ini konferensi internasional tersebut mengangkat tema The Importance on Advancing Vocational Education to Meet Contemporary Labor Demands dan diikuti oleh sekitar 83 riset terbaik dari berbagai perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri.
Konferensi dibuka oleh Rektor Universitas Indonesia (UI), Muhammad Anis yang didampingi oleh Direktur Program Pendidikan Vokasi UI Sigit Pranowo Hadiwardoyo. Turut hadir pula Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia Bambang Satrio Lelono.
Dalam sambutannya, Sigit menyatakan bahwa Program Pendidikan Vokasi UI mendukung program pemerintah untuk mempersiapkan tenaga kerja siap pakai yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Pendidikan Tinggi Vokasi tidak terbatas pada bidang manufaktur tetapi juga pada bidang-bidang lain seperti humaniora, kesehatan dan keuangan.
Pendidikan Tinggi Vokasi UI berupaya memperkuat para lulusan dengan sertifikasi profesi dan kurikulum yang mumpuni,” ujar Sigit. Sementara itu, Dean Y. Affandi, Chairman ICVHE UI menjelaskan dengan adanya keynote speech yang disampaikan, Indonesia dapat belajar dari Australia.
Ia menilai untuk program studi Vokasi di Indonesia sangat strategis dalam memenuhi demand pasar tenaga kerja. “Kami berusaha memenuhi pasar tenaga kerja sebagai institusi pendidikan yang dapat memberikan pembekalan kompetensi terhadap anak-anak sehingga siap berkompetisi di dunia kerja level Asean,” ujarnya.
Pendidikan Vokasi di Indonesia sudah meningkat, bahkan berdasarkan arahan dari Presiden Joko Widodo yang ingin mengembangkan pendidikan vokasi.
Berdasarkan data yang dihimpun dari penelitiannya, siswa SMK yang menginginkan masuk ke Pendidikan Vokasional kurang dari 10 persen.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya asumsi bahwa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi hanya untuk mengejar gelar sarjana.
Sehingga menjadi tantangan dunia vokasional untuk lebih memberikan sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat luas bahwa sebenarnya pendidikan vokasi merupakan alternatif dari pendidikan sarjana S1.
“Pendidikan diploma III dan IV bukan pendidikan yang lebih buruk tapi pendidikan alternatif selain S1 yang spesialisasinya menghasilkan lulusan yang siap kerja,” pungkasnya.