26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 6:06 AM WIB

Kebaya dan Daging Ayam Masuk Daftar Penyumbang Inflasi Denpasar

DENPASAR –  Seretnya pasokan ayam potong yang memicu naiknya harga daging memicu naiknya inflasi di Kota Denpasar.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada bulan April 2018, inflasi di Kota Denpasar tercatat sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,49.

Inflasi ditunjukkan dengan naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran. Kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 0,33 persen. Kelompok kesehatan tercatat inflasi sebesar 0,32 persen.

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan  tercatat  inflasi  sebesar  0,30  persen serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat inflasi sebesar 0,01  persen.

Sedangkan  kelompok  yang  tercatat  mengalami penurunan indeks atau deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,25 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19 persen.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan, komoditas yang tercatat memberikan sumbangan untuk inflasi kota Denpasar di bulan April 2018

antara lain bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, air kemasan, bensin non subsidi, dan tarif angkutan udara.

“Secara akumulasi bahan penyumbang makanan ini menyumbang deflasi dan sumbangan itu terutama disebabkan turunnya harga beras,” tutur Adi Nugroho.

Adi menjelaskan, pada kelompok bahan makanan ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga. Salah satunya daging ayam ras dan turunannya seperti telur, rempela dan lainnya.

Namun, secara akumulasi kenaikan harga ayam dan jenis turunannya itu, terkalahkan dengan turunnya harga beras dan beberapa bahan makanan yang lain.

“Harga beras ini turun karena suplai tinggi akibat panen raya,” terang Adi. Kenaikan juga terjadi pada kelompok sandang.

Kata, Adi, kenaikan sandang ini keluar dari kebiasaan. Karena dari beberapa bulan bahkan tahun sebelumnya, biasanya harga sandang di Bali cenderung turun.

Namun, kenaikan inflasi pada kelompok sandang tidak hanya terjadi di Bali, namun juga terjadi tingkat nasional.

“Setelah kami lihat di Bali itu yang mempengaruhi kenaikan pada kelompok sandang yakni kain kebaya dan sandang wanita dari katun, ditambah juga ditambah pembalut wanita,” bebernya.

Tingkat inflasi pada periode Januari hingga April tahun 2018 tercatat sebesar 1,82 persen dan tingkat inflasi bulan April 2017 hingga April 2018 tercatat sebesar 3,23 persen.

Disinggung inflasi menjelang puasa, dia mengungkapkan biasanya terjadi saat bulan puasa hingga Lebaran. Ini karena pada masa tersebut, terjadi eskalasi kenaikan harga barang konsumsi.

Setelah melewati pelaksanaan puasa baru akan terukur berapa tingkat inflasi di Kota Denpasar maupun Singaraja.

 “Sepanjang sejarah yang biasanya saat puasa itu inflasi, justru puasa 2017 kemarin deflasi. Itu hebat. Semoga ini terjadi juga di Tahun 2018 ini,” pungkasnya

DENPASAR –  Seretnya pasokan ayam potong yang memicu naiknya harga daging memicu naiknya inflasi di Kota Denpasar.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada bulan April 2018, inflasi di Kota Denpasar tercatat sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,49.

Inflasi ditunjukkan dengan naiknya indeks pada lima kelompok pengeluaran. Kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,88 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 0,33 persen. Kelompok kesehatan tercatat inflasi sebesar 0,32 persen.

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan  tercatat  inflasi  sebesar  0,30  persen serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tercatat inflasi sebesar 0,01  persen.

Sedangkan  kelompok  yang  tercatat  mengalami penurunan indeks atau deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,25 persen serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19 persen.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho mengatakan, komoditas yang tercatat memberikan sumbangan untuk inflasi kota Denpasar di bulan April 2018

antara lain bawang merah, daging ayam ras, cabai merah, air kemasan, bensin non subsidi, dan tarif angkutan udara.

“Secara akumulasi bahan penyumbang makanan ini menyumbang deflasi dan sumbangan itu terutama disebabkan turunnya harga beras,” tutur Adi Nugroho.

Adi menjelaskan, pada kelompok bahan makanan ada komoditas lain yang mengalami kenaikan harga. Salah satunya daging ayam ras dan turunannya seperti telur, rempela dan lainnya.

Namun, secara akumulasi kenaikan harga ayam dan jenis turunannya itu, terkalahkan dengan turunnya harga beras dan beberapa bahan makanan yang lain.

“Harga beras ini turun karena suplai tinggi akibat panen raya,” terang Adi. Kenaikan juga terjadi pada kelompok sandang.

Kata, Adi, kenaikan sandang ini keluar dari kebiasaan. Karena dari beberapa bulan bahkan tahun sebelumnya, biasanya harga sandang di Bali cenderung turun.

Namun, kenaikan inflasi pada kelompok sandang tidak hanya terjadi di Bali, namun juga terjadi tingkat nasional.

“Setelah kami lihat di Bali itu yang mempengaruhi kenaikan pada kelompok sandang yakni kain kebaya dan sandang wanita dari katun, ditambah juga ditambah pembalut wanita,” bebernya.

Tingkat inflasi pada periode Januari hingga April tahun 2018 tercatat sebesar 1,82 persen dan tingkat inflasi bulan April 2017 hingga April 2018 tercatat sebesar 3,23 persen.

Disinggung inflasi menjelang puasa, dia mengungkapkan biasanya terjadi saat bulan puasa hingga Lebaran. Ini karena pada masa tersebut, terjadi eskalasi kenaikan harga barang konsumsi.

Setelah melewati pelaksanaan puasa baru akan terukur berapa tingkat inflasi di Kota Denpasar maupun Singaraja.

 “Sepanjang sejarah yang biasanya saat puasa itu inflasi, justru puasa 2017 kemarin deflasi. Itu hebat. Semoga ini terjadi juga di Tahun 2018 ini,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/