28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:05 AM WIB

Produksi Kopi Arabika Turun, Permintaan Meningkat, Harga Terkerek Naik

RadarBali.com – Cuaca yang kurang mendukung yang terjadi sepanjang tahun 2017 membuat produksi kopi Kintamani jenis Arabika menurun.

Meski produksi menurun, petani kopi tetap sumringah. Pasalnya, harga kopi kini naik lantaran permintaan kopi Arabika Kintamani meningkat. Nilai tawarnya pun menjadi cukup tinggi.

Distributor kopi Bali Arabika Komang Sukarsana mengatakan, penurunan produksi dipengaruhi beberapa faktor.

Selain pengaruh musim hujan yang cukup panjang beberapa waktu lalu, alih fungsi komoditas dari kopi ke tanaman hortikultura juga memberi dampak penurunan.

“Penurunan produksi sekitar 40 persen untuk masa panen tahun ini antara bulan Juni dan Juli,” kata Sukarsana.

Peningkatan permintaan terjadi karena pertumbuhan gerai kopi atau coffee shop di beberapa daerah di Indonesia kian menjamur.

Menjamurnya kedai kopi di beberapa tempat ini lantaran adanya pergeseran budaya ngopi di kalangan pemuda yang semakin banyak diminati.

“Dengan mengemas kedai kopi yang elegan, budaya ngopi yang dulu dianggap budaya orang tua, saat ini bergeser seiring variasi menu kopi yang semakin berkembang,” jelasnya.

Kopi Arabika Kintamani di Bali dikembangkan di tiga wilayah. Yakni di Kecamatan Kintamani, Petang, dan Wanagiri Buleleng. Kopi jenis ini, bisa tumbuh di ketinggian 900 sampai 1.600 mdpl.

Pengembangan kopi Arabika di Bali 70 persen lebih banyak di Kintamani. “Kalau secara keseluruhan, Bali paling banyak mengembangkan jenis Robusta,” kata Sukarsana.

Disinggung mengenai jumlah produksi, dia tidak memiliki data pasti. Hanya saja, untuk keseluruhan produksi kopi Arabika di Bali mencapai 8000 hektare.

Dari sisi harga, sejak tahun 2012 selalu mengalami peningkatan. Saat ini harga kopi Kintamani jenis Arabika untuk biji mentah antara Rp 80 ribu sampai 120 ribu.

“Ini membawa dampak bagus bagi kesejahteraan petani kopi. Karena sebelum masa panen, kopi Kintamani sudah dipesan duluan. Dan kebanyakan dijual di luar Bali,” bebernya.

Dia menambahkan, kopi Kintamani Arabika ini menjadi sajian saat peringatan hari kemerdekaan RI Agustus 2017 lalu.

Penyajian kopi tersebut diperuntukkan kepada presiden dan tamu-tamu penting negara. “Jadi dengan kesempatan itu, juga sangat mengangkat kopi Kintamani di mata dunia,” pungkasnya

RadarBali.com – Cuaca yang kurang mendukung yang terjadi sepanjang tahun 2017 membuat produksi kopi Kintamani jenis Arabika menurun.

Meski produksi menurun, petani kopi tetap sumringah. Pasalnya, harga kopi kini naik lantaran permintaan kopi Arabika Kintamani meningkat. Nilai tawarnya pun menjadi cukup tinggi.

Distributor kopi Bali Arabika Komang Sukarsana mengatakan, penurunan produksi dipengaruhi beberapa faktor.

Selain pengaruh musim hujan yang cukup panjang beberapa waktu lalu, alih fungsi komoditas dari kopi ke tanaman hortikultura juga memberi dampak penurunan.

“Penurunan produksi sekitar 40 persen untuk masa panen tahun ini antara bulan Juni dan Juli,” kata Sukarsana.

Peningkatan permintaan terjadi karena pertumbuhan gerai kopi atau coffee shop di beberapa daerah di Indonesia kian menjamur.

Menjamurnya kedai kopi di beberapa tempat ini lantaran adanya pergeseran budaya ngopi di kalangan pemuda yang semakin banyak diminati.

“Dengan mengemas kedai kopi yang elegan, budaya ngopi yang dulu dianggap budaya orang tua, saat ini bergeser seiring variasi menu kopi yang semakin berkembang,” jelasnya.

Kopi Arabika Kintamani di Bali dikembangkan di tiga wilayah. Yakni di Kecamatan Kintamani, Petang, dan Wanagiri Buleleng. Kopi jenis ini, bisa tumbuh di ketinggian 900 sampai 1.600 mdpl.

Pengembangan kopi Arabika di Bali 70 persen lebih banyak di Kintamani. “Kalau secara keseluruhan, Bali paling banyak mengembangkan jenis Robusta,” kata Sukarsana.

Disinggung mengenai jumlah produksi, dia tidak memiliki data pasti. Hanya saja, untuk keseluruhan produksi kopi Arabika di Bali mencapai 8000 hektare.

Dari sisi harga, sejak tahun 2012 selalu mengalami peningkatan. Saat ini harga kopi Kintamani jenis Arabika untuk biji mentah antara Rp 80 ribu sampai 120 ribu.

“Ini membawa dampak bagus bagi kesejahteraan petani kopi. Karena sebelum masa panen, kopi Kintamani sudah dipesan duluan. Dan kebanyakan dijual di luar Bali,” bebernya.

Dia menambahkan, kopi Kintamani Arabika ini menjadi sajian saat peringatan hari kemerdekaan RI Agustus 2017 lalu.

Penyajian kopi tersebut diperuntukkan kepada presiden dan tamu-tamu penting negara. “Jadi dengan kesempatan itu, juga sangat mengangkat kopi Kintamani di mata dunia,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/