29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:53 AM WIB

Gerakkan Pompa Air di Penuktukan, Beban Listrik Puluhan Juta Sebulan

SINGARAJA – Penyelesaian masalah air bersih di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, sudah mendekati akhir.

Pemerintah akhirnya memasang sambungan listrik untuk menggerakkan pompa tersebut. Hanya saja beban biaya yang dibutuhkan sangat besar.

Setelah pemasangan listrik, dikhawatirkan warga tak mampu membayar biaya listrik bulanan. Saat ini di wilayah Penuktukan sebenarnya sudah terdampat sebuah sumur pompa yang dibuat Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.

Sumur itu bisa menyalurkan air dengan debit cukup besar. Diperkirakan debitnya mencapai 11 liter per detik. Hanya saja untuk menarik air dari sumur dibutuhkan pompa air dengan kekuatan cukup besar.

Hasil kajian tim Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng, untuk menggerakkan pompa tersebut saja dibutuhkan energi listrik sebanyak 41,5 kVA.

Apabila pompa itu digunakan secara kontinu, diperkirakan butuh biaya operasional sebesar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan.

Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra yang dikonfirmasi kemarin mengatakan, sumur itu sudah beroperasi sejak dua bulan terakhir.

Selama ini sumur dioperasikan menggunakan genset. Biaya pembelian solar untuk menggerakkan genset disubsidi oleh Perumda Tirta Hita Buleleng.

“Kami sudah amprah untuk pemasangan listrik. Jadi nanti tidak lagi menggunakan genset. Kalau pakai listrik lebih murah dari menggunakan solar. Bulan depan sudah dialiri listrik,” kata Adiptha.

Adiptha mengaku biaya untuk menggerakkan pompa cukup besar. Apabila nantinya diserahkan pada pengelola air minum di desa, hal itu sangat membebani.

Dampaknya harga air baku juga akan menjadi mahal. Solusinya pemerintah akan memasang panel surya di sana. Selain itu jam operasional pompa juga akan dibatasi.

Sehingga bisa menghemat penggunaan listrik. Upaya itu diharapkan bisa menghemat beban operasional hingga 50 persen.

Khusus untuk pemasangan panel surya, Adiptha menyebut tim masih melakukan survey lanjutan.

“Lokasi yang ditunjukkan masih jauh. Jaraknya sekarang masih sekitar 300-500 meter. Itu kan ada potensi loss energi kalau sejauh itu. Kalau bisa yang lebih dekat lagi dengan sumur pompa,” imbuhnya.

Selain itu untuk jangka panjang pemerintah akan menambah bak pembagi dan reservoar di bagian hulu. Sehingga air juga bisa dialirkan ke rumah-rumah warga.

Utamanya yang tinggal di wilayah selatan desa. Sekadar mengingatkan, masalah air bersih di Kecamatan Tejakula terjadi hampir tiap tahun.

Pada tahun 2020 ini, masalah air bersih membuat dua desa di Kecamatan Tejakula nyaris terlibat konflik.

Kedua desa itu yakni Desa Penuktukan dan Desa Les. Pemerintah akhirnya berjanji menyelesaikan masalah air bersih di dua desa itu secara bertahap. 

SINGARAJA – Penyelesaian masalah air bersih di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, sudah mendekati akhir.

Pemerintah akhirnya memasang sambungan listrik untuk menggerakkan pompa tersebut. Hanya saja beban biaya yang dibutuhkan sangat besar.

Setelah pemasangan listrik, dikhawatirkan warga tak mampu membayar biaya listrik bulanan. Saat ini di wilayah Penuktukan sebenarnya sudah terdampat sebuah sumur pompa yang dibuat Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.

Sumur itu bisa menyalurkan air dengan debit cukup besar. Diperkirakan debitnya mencapai 11 liter per detik. Hanya saja untuk menarik air dari sumur dibutuhkan pompa air dengan kekuatan cukup besar.

Hasil kajian tim Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng, untuk menggerakkan pompa tersebut saja dibutuhkan energi listrik sebanyak 41,5 kVA.

Apabila pompa itu digunakan secara kontinu, diperkirakan butuh biaya operasional sebesar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan.

Kepala Dinas PUTR Buleleng I Putu Adiptha Ekaputra yang dikonfirmasi kemarin mengatakan, sumur itu sudah beroperasi sejak dua bulan terakhir.

Selama ini sumur dioperasikan menggunakan genset. Biaya pembelian solar untuk menggerakkan genset disubsidi oleh Perumda Tirta Hita Buleleng.

“Kami sudah amprah untuk pemasangan listrik. Jadi nanti tidak lagi menggunakan genset. Kalau pakai listrik lebih murah dari menggunakan solar. Bulan depan sudah dialiri listrik,” kata Adiptha.

Adiptha mengaku biaya untuk menggerakkan pompa cukup besar. Apabila nantinya diserahkan pada pengelola air minum di desa, hal itu sangat membebani.

Dampaknya harga air baku juga akan menjadi mahal. Solusinya pemerintah akan memasang panel surya di sana. Selain itu jam operasional pompa juga akan dibatasi.

Sehingga bisa menghemat penggunaan listrik. Upaya itu diharapkan bisa menghemat beban operasional hingga 50 persen.

Khusus untuk pemasangan panel surya, Adiptha menyebut tim masih melakukan survey lanjutan.

“Lokasi yang ditunjukkan masih jauh. Jaraknya sekarang masih sekitar 300-500 meter. Itu kan ada potensi loss energi kalau sejauh itu. Kalau bisa yang lebih dekat lagi dengan sumur pompa,” imbuhnya.

Selain itu untuk jangka panjang pemerintah akan menambah bak pembagi dan reservoar di bagian hulu. Sehingga air juga bisa dialirkan ke rumah-rumah warga.

Utamanya yang tinggal di wilayah selatan desa. Sekadar mengingatkan, masalah air bersih di Kecamatan Tejakula terjadi hampir tiap tahun.

Pada tahun 2020 ini, masalah air bersih membuat dua desa di Kecamatan Tejakula nyaris terlibat konflik.

Kedua desa itu yakni Desa Penuktukan dan Desa Les. Pemerintah akhirnya berjanji menyelesaikan masalah air bersih di dua desa itu secara bertahap. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/