28.2 C
Jakarta
17 September 2024, 2:35 AM WIB

Desa Petiga, Sentra Tanaman Hias di Bali, Sasar Pasar Luar Pulau

TABANAN – Tak banyak yang tahu, Desa Petiga yang terletak di Kecamatan Marga memiliki potensi di bidang tanaman hias.

Yup, sejumlah tanaman hias seperti kucai, taiwan, dan anggrek bandung tampak tumbuh subur di pekarangan rumah warga.

Kondisi ini membuat pandangan mata teduh, dan betah untuk berlama-lama berada di desa itu.

Wajar sejak tahun 90 – an, mantan Gubernur Dewa Beratha menetapkan Desa Petiga sebagai kawasan Desa Agropolitan Tanaman Hias.

Kepala Desa Petiga I Made Darmadiyasa menceritakan, awal mula desanya dijuluki desa tanaman hias ketika dua kelompok di banjar Semingan melakukan gerakan menanam masal untuk mempercantik kawasan desa.

Tanaman sederhana dari jenis pureng dan kacang-kacangan di tanaman di halaman rumah. Ternyata gerakan ini membawa efek positif.

Dua banjar lainnya yakni Blamban dan Petiga Kangin ikut membentuk kelompok tanaman. “Dari sana, ternyata banyak yang mengikuti. Jadi, setiap rumah ditanami tanaman hias berbagai jenis,” tuturnya.

Hal ini membuka peluang bagi masyarakat Petiga memasarkan produk tanaman hias sebagai penopang ekonomi masyarakat.

Bak gayung bersambut, penjualan tanaman menyedot perhatian sebagian masyarakat luas untuk datang berkunjung ke desa tersebut.

“Karena ada peluang akhirnya warga memilih berjualan tanaman yang dipajang di depan rumah,” bebernya.

Darmadiyasa mengungkapkan, bisnis penjualan tanaman yang dilakoni warga ini mampu menopang ekonomi masyarakat hingga 75 persen.

Terbukti, dengan adanya pekerjaan ini minat masyarakat untuk merantau sangat sedikit dan lebih memilih untuk hidup di desa.

“Potensinya sangat besar, karena berbagai jenis tanaman ada disini. Pemasaran pun sudah merambah luar daerah Bali yakni Sumatera, Jawa dan Kalimantan,” pungkasnya.

TABANAN – Tak banyak yang tahu, Desa Petiga yang terletak di Kecamatan Marga memiliki potensi di bidang tanaman hias.

Yup, sejumlah tanaman hias seperti kucai, taiwan, dan anggrek bandung tampak tumbuh subur di pekarangan rumah warga.

Kondisi ini membuat pandangan mata teduh, dan betah untuk berlama-lama berada di desa itu.

Wajar sejak tahun 90 – an, mantan Gubernur Dewa Beratha menetapkan Desa Petiga sebagai kawasan Desa Agropolitan Tanaman Hias.

Kepala Desa Petiga I Made Darmadiyasa menceritakan, awal mula desanya dijuluki desa tanaman hias ketika dua kelompok di banjar Semingan melakukan gerakan menanam masal untuk mempercantik kawasan desa.

Tanaman sederhana dari jenis pureng dan kacang-kacangan di tanaman di halaman rumah. Ternyata gerakan ini membawa efek positif.

Dua banjar lainnya yakni Blamban dan Petiga Kangin ikut membentuk kelompok tanaman. “Dari sana, ternyata banyak yang mengikuti. Jadi, setiap rumah ditanami tanaman hias berbagai jenis,” tuturnya.

Hal ini membuka peluang bagi masyarakat Petiga memasarkan produk tanaman hias sebagai penopang ekonomi masyarakat.

Bak gayung bersambut, penjualan tanaman menyedot perhatian sebagian masyarakat luas untuk datang berkunjung ke desa tersebut.

“Karena ada peluang akhirnya warga memilih berjualan tanaman yang dipajang di depan rumah,” bebernya.

Darmadiyasa mengungkapkan, bisnis penjualan tanaman yang dilakoni warga ini mampu menopang ekonomi masyarakat hingga 75 persen.

Terbukti, dengan adanya pekerjaan ini minat masyarakat untuk merantau sangat sedikit dan lebih memilih untuk hidup di desa.

“Potensinya sangat besar, karena berbagai jenis tanaman ada disini. Pemasaran pun sudah merambah luar daerah Bali yakni Sumatera, Jawa dan Kalimantan,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/