33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:41 PM WIB

Erupsi Gunung Agung, Harga Batako Meroket Tajam, Semen Stabil

GIANYAR – Erupsi Gunung Agung berdampak luas. Penutupan sebagian areal galian C membuat pasokan pasir untuk Gianyar menjadi langka.

Akibatnya, harga bahan bangunan yang terbuat dari pasir meroket. Seperti harga batako naik 50 persen, dari Rp 2.000 per batako, kini jadi Rp 3.000 per batako.

Karyawan UD Mitra Usaha, Made Dwi Anggara, di Banjar Pedapdapan Pejeng, Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring menyatakan, kenaikan harga batako karena imbas naiknya harga pasir.

Harga pasir kini mencapai Rp 2 juta per satu truk. “Sebelumnya satu truk Rp 1,6 juta. Jadi karena bahan naik, harga batako ikut naik,” ujar Dwi Anggara kemarin.

Menurutnya, kenaikan harga pasir ini tidak bisa dihindari. “Kalau kami paksa harga lama, tidak dapat keuntungan. Bisa rugi,” ujarnya.

Terlebih, pihaknya harus mengupah tenaga untuk mengolah semen dan pasir. “Belum lagi untuk mencetak pakai mesin press, itu pakai tenaga. Jadi harus bayar tenaga lagi,” jelasnya.

Dari hitung-hitungan, harga Rp 3.000 per batako sudah pas. “Awalnya Rp 2.100, lalu naik Rp 2.600. Sekarang Rp 3.000,” jelasnya.

Kata dia, harga bisa meningkat lagi tergantung pasokan pasir. Apabila harga pasir naik, mau tidak mau akan berimbas kembali kepada kenaikan harga batako.

“Kami rasa semuanya sudah paham akan situasi ini,” ujarnya. Beruntung harga semen tidak naik. “Kami mencetak 3-4 hari sekali. Itu sudah maksimal bagi kami,” jelasnya. 

GIANYAR – Erupsi Gunung Agung berdampak luas. Penutupan sebagian areal galian C membuat pasokan pasir untuk Gianyar menjadi langka.

Akibatnya, harga bahan bangunan yang terbuat dari pasir meroket. Seperti harga batako naik 50 persen, dari Rp 2.000 per batako, kini jadi Rp 3.000 per batako.

Karyawan UD Mitra Usaha, Made Dwi Anggara, di Banjar Pedapdapan Pejeng, Desa Pejeng Kecamatan Tampaksiring menyatakan, kenaikan harga batako karena imbas naiknya harga pasir.

Harga pasir kini mencapai Rp 2 juta per satu truk. “Sebelumnya satu truk Rp 1,6 juta. Jadi karena bahan naik, harga batako ikut naik,” ujar Dwi Anggara kemarin.

Menurutnya, kenaikan harga pasir ini tidak bisa dihindari. “Kalau kami paksa harga lama, tidak dapat keuntungan. Bisa rugi,” ujarnya.

Terlebih, pihaknya harus mengupah tenaga untuk mengolah semen dan pasir. “Belum lagi untuk mencetak pakai mesin press, itu pakai tenaga. Jadi harus bayar tenaga lagi,” jelasnya.

Dari hitung-hitungan, harga Rp 3.000 per batako sudah pas. “Awalnya Rp 2.100, lalu naik Rp 2.600. Sekarang Rp 3.000,” jelasnya.

Kata dia, harga bisa meningkat lagi tergantung pasokan pasir. Apabila harga pasir naik, mau tidak mau akan berimbas kembali kepada kenaikan harga batako.

“Kami rasa semuanya sudah paham akan situasi ini,” ujarnya. Beruntung harga semen tidak naik. “Kami mencetak 3-4 hari sekali. Itu sudah maksimal bagi kami,” jelasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/