26.7 C
Jakarta
27 April 2024, 9:27 AM WIB

Galungan, Pedagang Penjor Musiman Tabanan Ketiban Rezeki Nomplok

TABANAN – Pedagang penjor dan sanggah musiman di Tabanan ketiban rezeki menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Pasalnya Umat Hindu yang merayakan Hari Raya Galungan tak lepas bisa penjor dan sanggah. Karena menjadi salah satu perlengkapan sarana upacara.

Di pinggir Jalan Kaswari, Banjar Dinas Jambe Baleran, Desa Dajan Peken, Tabanan, tampak ramai kesibukkan pembuatan penjor dan sanggah yang terbuat dari bahan bambu.

Penjor-penjor dan sanggah dirangkai sedemikian rupa lalu dijejer dipinggir jalan. Pembeli tinggal pilih berbagai jenis penjor dan sanggah tergantung dari selera

“Biasanya akan ramai pembeli penjor dan sanggah cucuk tiga hari menjelang Hari Galungan,” ucap I Made Agus Semadi, 47, pedagang penjor dan sanggah musiman.

Kendati penjor dan sanggah cucuk yang ia jual tak senormal dulu sebelum pandemi Covid-19. Namun, masih ramai diburu warga Tabanan yang akan merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

“Sekarang memang penjualan turun, itu khusus penjulan penjor jadi. Akan tetapi bahan penjor dan sanggah baru stabil bahkan meningkat.

Karena warga lebih banyak memilih membeli bambu dengan mengerjakan pembuatan penjor di rumah secara mandiri,” kata pria yang sudah 20 tahun bergelut menjadi pedagang penjor musiman di Tabanan.

Untuk harga penjor dan sanggah bervariasi. Penjor biasa ia jual dengan harga Rp 165 ribu perbuah. Sementara penjor janur ia jual dengan harga Rp 350 ribu.

Kemudian untuk sanggah cucuk ia jual Rp 10 ribu. Sementara bahan penjor seperti bambu Rp 25-35 ribu tergantung dari ukuran.  

“Yang paling ramai diburu kalau di Tabanan sanggah cucuk dan penjor biasa, ya lumayan bisa laku sebelum hari raya 150-200 biji,” ungkapnya.

Diakui Made Semadi, usaha berjualan penjor dan sanggah merupakan usaha yang dikerjakan oleh keluarga.

Ada sekitar 15 anggota keluarga yang terlibat setiap harinya menjelang hari raya melakukan pembuatan penjor.

Tak hanya itu dalam penjualan penjor sanggah untuk menarik pembeli. Pihaknya menerima segala jenis penjor dan sanggah yang pesan warga. Kemudian juga penjor dapat diantar secara langsung ke rumah warga.

“Untuk pembeli penjor dan sanggah. Dominan pemesannya dari warga yang tinggal di perumahan. Seperti daerah Perumahan Sanggulan, Kediri, Tabanan dan perumahan yang ada Kerambitan,” terangnya.

Saat ini untuk memenuhi kebutuhan penjor Hari Raya Galungan pihaknya telah menyediakan sebanyak 2.000 bambu bahan pembuatan penjor.

Begitu pula dengan sanggah sekitar 1.000 biji sudah ia siapkan. “Bahan-bahan bambu pembuatan penjor kami dapat dari Tabanan. Yakni di desa Batungsel, Sanda Belimbing wilayah kecamatan Pupuan,” tandasnya. 

TABANAN – Pedagang penjor dan sanggah musiman di Tabanan ketiban rezeki menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Pasalnya Umat Hindu yang merayakan Hari Raya Galungan tak lepas bisa penjor dan sanggah. Karena menjadi salah satu perlengkapan sarana upacara.

Di pinggir Jalan Kaswari, Banjar Dinas Jambe Baleran, Desa Dajan Peken, Tabanan, tampak ramai kesibukkan pembuatan penjor dan sanggah yang terbuat dari bahan bambu.

Penjor-penjor dan sanggah dirangkai sedemikian rupa lalu dijejer dipinggir jalan. Pembeli tinggal pilih berbagai jenis penjor dan sanggah tergantung dari selera

“Biasanya akan ramai pembeli penjor dan sanggah cucuk tiga hari menjelang Hari Galungan,” ucap I Made Agus Semadi, 47, pedagang penjor dan sanggah musiman.

Kendati penjor dan sanggah cucuk yang ia jual tak senormal dulu sebelum pandemi Covid-19. Namun, masih ramai diburu warga Tabanan yang akan merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan.

“Sekarang memang penjualan turun, itu khusus penjulan penjor jadi. Akan tetapi bahan penjor dan sanggah baru stabil bahkan meningkat.

Karena warga lebih banyak memilih membeli bambu dengan mengerjakan pembuatan penjor di rumah secara mandiri,” kata pria yang sudah 20 tahun bergelut menjadi pedagang penjor musiman di Tabanan.

Untuk harga penjor dan sanggah bervariasi. Penjor biasa ia jual dengan harga Rp 165 ribu perbuah. Sementara penjor janur ia jual dengan harga Rp 350 ribu.

Kemudian untuk sanggah cucuk ia jual Rp 10 ribu. Sementara bahan penjor seperti bambu Rp 25-35 ribu tergantung dari ukuran.  

“Yang paling ramai diburu kalau di Tabanan sanggah cucuk dan penjor biasa, ya lumayan bisa laku sebelum hari raya 150-200 biji,” ungkapnya.

Diakui Made Semadi, usaha berjualan penjor dan sanggah merupakan usaha yang dikerjakan oleh keluarga.

Ada sekitar 15 anggota keluarga yang terlibat setiap harinya menjelang hari raya melakukan pembuatan penjor.

Tak hanya itu dalam penjualan penjor sanggah untuk menarik pembeli. Pihaknya menerima segala jenis penjor dan sanggah yang pesan warga. Kemudian juga penjor dapat diantar secara langsung ke rumah warga.

“Untuk pembeli penjor dan sanggah. Dominan pemesannya dari warga yang tinggal di perumahan. Seperti daerah Perumahan Sanggulan, Kediri, Tabanan dan perumahan yang ada Kerambitan,” terangnya.

Saat ini untuk memenuhi kebutuhan penjor Hari Raya Galungan pihaknya telah menyediakan sebanyak 2.000 bambu bahan pembuatan penjor.

Begitu pula dengan sanggah sekitar 1.000 biji sudah ia siapkan. “Bahan-bahan bambu pembuatan penjor kami dapat dari Tabanan. Yakni di desa Batungsel, Sanda Belimbing wilayah kecamatan Pupuan,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/