25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:59 AM WIB

Raih Laba Rp 569,86 Miliar, Bank BPD Bali Makin Tumbuh dan Berinovasi

DENPASAR – Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menunjukkan pertumbuhan dan pencapaian kinerja positif dibanding tahun sebelumnya. 

Hal tersebut tercermin dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan atas Tahun Buku 2019, Rabu (11/3) kemarin dengan 

agenda pengesahan atas Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Perseroan, dan Laporan Pengawasan Dewan Komisaris Tahun Buku 2019.

Direktur Utama (Dirut) BPD Bali I Nyoman Sudharma SH MH menyatakan, sampai dengan Desember 2019, BPD Bali berhasil membukukan

laba setelah pajak sebesar Rp 569,86 miliar atau tumbuh 6,11 persen dibandingkan Desember 2018, yakni sebesar Rp 537,03 miliar.

Sementara, dilihat dari sisi aset, BPD Bali menembus angka Rp 24,66 triliun, atau tumbuh 9,80 persen dibandingkan Desember 2018 sebesar Rp 22,45 triliun. 

“Pertumbuhan aset yang cukup signifikan ini didorong oleh penyaluran kredit sebesar Rp 18,41 triliun pada Desember 2019, atau tumbuh sebesar 11,92 persen dari Rp 16,45 triliun pada Desember 2018,” ucap Sudharma.

Sesuai dengan visi dan misi BPD Bali, yaitu menjadi bank yang kuat, berdaya saing tinggi, dan terkemuka dalam melayani UMKM serta berkontribusi bagi pertumbuhan 

perekonomian daerah, imbuhnya secara nyata diwujudkan melalui peningkatan kredit produktif sehingga mencapai 43,32 persen dari total portofolio kredit pada Desember 2019.

“Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis, BPD Bali telah melakukan peningkatan kualitas produk dan layanan dengan semakin aktif 

mengembangkan program-program yang inovatif dan bernilai tambah bagi para nasabah, seperti pengembangan Layanan Gerakan Nasional Non Tunai (QRIS dan Kartu Debit), 

Aliansi dengan Pemda dan Pihak Lainnya (PHR, E-Ticketing, E-Retribusi, Mobile Pos PHR dan E-Link LPD), 

Pengembangan Infrastruktur (CRM) dan Pengembangan Biller (baik Daerah maupun Nasional),” rinci Sudharma. 

Upaya tersebut membuahkan pertumbuhan dana pihak ketiga yang cukup signifikan, yaitu sebesar 11,40 persen atau dari Rp 18,01 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 20,06 triliun pada tahun 2019. 

Peningkatan dimaksud terdistribusi dari peningkatan giro sebesar 63,52 persen (dari Rp 1,73 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,84 triliun pada 2019, red) 

dan tabungan mengalami peningkatan sebesar 10,77 persen; dari Rp 9,07 triliun pada 2018 menjadi Rp 10,05 triliun pada 2019.

Sejalan dengan kinerja keuangan yang baik, rasio-rasio keuangan juga menunjukkan pencapaian pada tingkat yang baik. 

Rasio kecukupan modal (CAR) terjaga pada level 22,48 persen. Sedangkan rasio profitabilitas, yaitu ROA dan ROE masing-masing mencapai angka 3,08 persen dan 18,18 persen. 

Lebih lanjut, dari sisi pengelolaan kredit bermasalah, BPD Bali berhasil menurunkan NPL (non performing loan) dari 3,17 persen per Desember 2018 menjadi 2,61 persen per Desember 2019. 

Sementara itu, rasio likuiditas, yaitu BOPO per Desember 2019 sebesar 91,72 persen dan rasio efisiensi, yaitu BOPO terjaga pada level 70,87 persen. 

Dari sisi kepatuhan, tidak ada pelanggaran BMPK, GWM, dan PDN yang dilakukan oleh BPD Bali.

“Dalam RUPST, pemegang saham telah menerima RBB BPD Bali tahun 2020. Di samping itu, dalam rangka pencapaian RBB bank dan peningkatan peran bank 

sebagai agen pembangunan daerah, pemegang saham menegaskan agar sektor produktif tetap menjadi prioritas utama dengan tetap menjaga 

kualitas kredit yang diberikan dan kerjasama dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat ditingkatkan serta terus meningkatkan 

kapasitas Teknologi Informasi dan Sumber Daya Manusia agar sesuai dengan kebutuhan pasar,” tutup Sudharma. 

DENPASAR – Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menunjukkan pertumbuhan dan pencapaian kinerja positif dibanding tahun sebelumnya. 

Hal tersebut tercermin dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan atas Tahun Buku 2019, Rabu (11/3) kemarin dengan 

agenda pengesahan atas Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Perseroan, dan Laporan Pengawasan Dewan Komisaris Tahun Buku 2019.

Direktur Utama (Dirut) BPD Bali I Nyoman Sudharma SH MH menyatakan, sampai dengan Desember 2019, BPD Bali berhasil membukukan

laba setelah pajak sebesar Rp 569,86 miliar atau tumbuh 6,11 persen dibandingkan Desember 2018, yakni sebesar Rp 537,03 miliar.

Sementara, dilihat dari sisi aset, BPD Bali menembus angka Rp 24,66 triliun, atau tumbuh 9,80 persen dibandingkan Desember 2018 sebesar Rp 22,45 triliun. 

“Pertumbuhan aset yang cukup signifikan ini didorong oleh penyaluran kredit sebesar Rp 18,41 triliun pada Desember 2019, atau tumbuh sebesar 11,92 persen dari Rp 16,45 triliun pada Desember 2018,” ucap Sudharma.

Sesuai dengan visi dan misi BPD Bali, yaitu menjadi bank yang kuat, berdaya saing tinggi, dan terkemuka dalam melayani UMKM serta berkontribusi bagi pertumbuhan 

perekonomian daerah, imbuhnya secara nyata diwujudkan melalui peningkatan kredit produktif sehingga mencapai 43,32 persen dari total portofolio kredit pada Desember 2019.

“Guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis, BPD Bali telah melakukan peningkatan kualitas produk dan layanan dengan semakin aktif 

mengembangkan program-program yang inovatif dan bernilai tambah bagi para nasabah, seperti pengembangan Layanan Gerakan Nasional Non Tunai (QRIS dan Kartu Debit), 

Aliansi dengan Pemda dan Pihak Lainnya (PHR, E-Ticketing, E-Retribusi, Mobile Pos PHR dan E-Link LPD), 

Pengembangan Infrastruktur (CRM) dan Pengembangan Biller (baik Daerah maupun Nasional),” rinci Sudharma. 

Upaya tersebut membuahkan pertumbuhan dana pihak ketiga yang cukup signifikan, yaitu sebesar 11,40 persen atau dari Rp 18,01 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 20,06 triliun pada tahun 2019. 

Peningkatan dimaksud terdistribusi dari peningkatan giro sebesar 63,52 persen (dari Rp 1,73 triliun pada 2018 menjadi Rp 2,84 triliun pada 2019, red) 

dan tabungan mengalami peningkatan sebesar 10,77 persen; dari Rp 9,07 triliun pada 2018 menjadi Rp 10,05 triliun pada 2019.

Sejalan dengan kinerja keuangan yang baik, rasio-rasio keuangan juga menunjukkan pencapaian pada tingkat yang baik. 

Rasio kecukupan modal (CAR) terjaga pada level 22,48 persen. Sedangkan rasio profitabilitas, yaitu ROA dan ROE masing-masing mencapai angka 3,08 persen dan 18,18 persen. 

Lebih lanjut, dari sisi pengelolaan kredit bermasalah, BPD Bali berhasil menurunkan NPL (non performing loan) dari 3,17 persen per Desember 2018 menjadi 2,61 persen per Desember 2019. 

Sementara itu, rasio likuiditas, yaitu BOPO per Desember 2019 sebesar 91,72 persen dan rasio efisiensi, yaitu BOPO terjaga pada level 70,87 persen. 

Dari sisi kepatuhan, tidak ada pelanggaran BMPK, GWM, dan PDN yang dilakukan oleh BPD Bali.

“Dalam RUPST, pemegang saham telah menerima RBB BPD Bali tahun 2020. Di samping itu, dalam rangka pencapaian RBB bank dan peningkatan peran bank 

sebagai agen pembangunan daerah, pemegang saham menegaskan agar sektor produktif tetap menjadi prioritas utama dengan tetap menjaga 

kualitas kredit yang diberikan dan kerjasama dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dapat ditingkatkan serta terus meningkatkan 

kapasitas Teknologi Informasi dan Sumber Daya Manusia agar sesuai dengan kebutuhan pasar,” tutup Sudharma. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/